Di rasa cukup untuk mengistirahatkan tubuhnya yang di rasa remuk, Chelsea berhasil bangkit dari posisi tidurnya, hanya infus yang belum dilepas karena masih tersisa setengah kantong. Beberapa mobil asing yang melintas melewati jalan membuat Chelsea yang kala itu tengah berdiri dibalik jendela kamar menyernyit. Apakah ada tempat khusus di belakang rumah mewah itu?
Hari sudah cukup gelap karena bulan yang sudah berganti tugas menyinari bumi, meski kenyataannya bulan tidak pernah mempunyai cahaya, ia hanya mendapatkan bantuan dari pantulan matahari.
Ia bingung, apakah harus bersyukur karena Benedict menyelamatkannya atau memaki pria itu karena membiarkan ia diculik dan hampir mati. Di pikir ulang, jika seandainya saat itu ia tidak berhasil meloloskan diri merayap susah payah dengan keadaan terikat kursi. Sudah dipastikan detik ini ia tidak akan mampu berdiri di tempatnya, ia akan berada di alam yang berbeda.
Entah apa yang akan ia jelaskan pada kantor magangnya karena sudah terlalu lama tidak hadir. Juga pada Natalie yang menempati tempat magang yang sama dengannya.
Chelsea melangkah perlahan ingin keluar kamar, ia bosan terus menerus berada di kamar meskipun ruangan yang ia tempati terisi fasilitas lengkap. Melangkah pelan dengan berpegang pada tiang infus, ia ingin makan sesuatu, perutnya tiap tengah malam minta di isi nutrisi. Mungkin dengan sekali tekan tombol di sisi ranjangnya ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa harus turun dan keluar kamar. Tapi Chelsea merasa tidak sepantasnya mendapatkan pelayanan spesial itu. Semakin memikirkannya membuat hidup Chelsea seperti tinggal sedikit lagi. Ya, Benedict membuat dirinya layaknya ratu sebelum di eksekusi.
Ruangan telah gelap, sunyi menyambutnya saat kakinya berjalan menuju dapur yang letaknya cukup jauh dari kamarnya. Udara malam itu sangat dingin, Chelsea harus mengusap lengannya karena kulitnya merinding. Belum sempat sampai di tempat yang ia tuju guna mengganjal perutnya yang terus berbunyi, sebuah tangan menyentak dan mendorongnya keras pada dinding.
"Akh.."
Benedict dengan keahliannya yang mampu menyembunyikan rasa terkejutnya menyadari seseorang yang ia kira mata-mata ternyata adalah Chelsea, gadis polos yang ia sandera untuk membalas perbuatan seseorang. Mengungkung tubuh mungil itu pada dinding yang dingin. Menyorot tajam netra bulat yang ketakutan melihatnya.
Cukup lama Chelsea tertegun akan apa yang dilakukan Benedict padanya, jujur saja punggungnya terasa sakit saat pria itu mendorongnya keras. Hanya diterangi cahaya bulan Chelsea dapat melihat manik legam tajam itu dengan dekat, dan lekat. Untuk pertama kalinya, Chelsea melihat dengan jelas pahatan indah yang tercipta pada wajah Benedict. Seakan tatapannya merambat turun pada jantungnya yang kini bergedup kencang memberi sinyal bahaya.
Tapi tidak, sepertinya bukan sinyal bahaya yang ia rasakan saat ini. Itu perasaan asing yang ia rasakan ketika mengagumi lawan jenis. Chelsea segera menepis pemikiran konyolnya. Gerakan alis lebat yang menukik menyadarkan Chelsea bahwa situasinya sangat buruk. "Ma-af, Tuan. Saya hanya ingin minum," cicitnya menurunkan tatapannya.
Benedict bergeming, terdiam dengan posisinya mengungkung tubuh mungil Chelsea. Memperhatikan gerak tubuh gadis di hadapannya yang gelisah.
Ya Tuhan.. kenapa dia tidak menyingkir dari hadapanku? Irama detak jantung Chelsea sudah tidak normal, kali ini bukan irama mengangumi, melainkan ketakutan, tubuhnya mulai berkeringat di udara yang dingin. Biji bola matanya melotot hampir copot menyadari apa yang ada tepat di hadapannya. Bahkan mulutnya menganga lebar dengan tenggorokan yang tercekat. Ya Tuhan.. cobaan apalagi ini?
Seharusnya yang Chelsea lakukan adalah mengalihkan tatapannya, tapi kepalanya seperti terpaku untuk menatap bongkahan dada bidang di hadapannya. Posisi Benedict yang membungkuk membuat piyama bertali yang dikenakan memperlihatkan dada bidangnya. Dan karena Chelsea yang hanya sebatas dada bisa melihat keindahan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chelsea : I Want You (End)
General Fiction(18+) Kehidupan Chelsea berubah sejak seorang pria asing membawanya paksa ke sebuah rumah mewah dengan fasilitas lengkap. Entah apa yang mendasari pria asing tersebut menculiknya ketika keadaan kampus bahkan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi. Tap...