Pagi ini, gadis manis bersurai panjang itu sudah berada di dapur bersama bibi Song. Lagi lagi ia dibuat kagum dengan salah satu bagian dari rumah ini. Dapur yang luasnya bahkan mungkin sama seperti luas rumahnya. Disana terdapat kulkas besar yang berisi berbagai sayur, buah, daging, makanan ringan, dan masih banyak lagi.
Perabot lainnya pun tak kalah lengkap dan canggih, persis seperti dapur acara memasak yang ia tonton di televisi. Ah, tidak. Disini bahkan lebih lengkap.
Yoonji pov
Rumah ini benar-benar tidak pas jika disebut rumah, lebih tepat jika menyebutnya sebagai istana. Begitu menakjubkan. Aku belum mengenal lingkungan tempat ini seluruhnya, tapi aku yakin aku tidak akan bisa mengingat setiap bagian rumah ini dengan cepat. Mungkin saja aku akan tersesat di sini.Aku juga terkejut dan heran ketika mendengar penuturan bibi Song semalam. Rumah yang sangat besar, luas, tinggi, dan megah ini hanya ditinggali oleh Nyonya Park dan putranya, kepala penjagaan, dan bibi Song. Untuk apa orang kaya ini menghabiskan begitu banyak uang untuk semua ini, bahkan dalam sehari saja belum tentu mereka akan mengunjungi setiap ruangan di rumah ini.
Bicara mengenai putra semata wayang nyonya Park. Aku belum melihatnya dari kemarin.
Aku hanya sedikit bertanya tentang siapa sosok tuan muda itu. Katanya tuan muda itu adalah seorang pria pekerja keras, setelah resmi menjadi pewaris tunggal keluarga Park ia harus merelakan masa muda nya untuk bekerja. Selain di kantor, waktu kosong yang seharusnya ia gunakan untuk istirahat di rumah pun ia habiskan di ruang kerjanya. Entah apa yang pria itu lakukan disana.
Baiklah. Ini adalah hari pertamaku bekerja. Jujur saja, aku tidak tau harus memulai pekerjaanku darimana. Rumah ini sangat besar, namun kebersihannya begitu terjaga. Sangat bersih.
Dengan semangat aku menghampiri bibi Song untuk bertanya dari mana aku harus memulai dan bagaimana aku membersihkan setiap sudut rumah ini. Mengingat kami hanya berdua di sini, memulainya lebih awal akan lebih baik dan cepat selesai pikirku. Bukan jawaban dari pertanyaanku yang ku dapat. Bibi Song terkekeh dan mengajakku ke dapur.
Aku tak banyak bertanya lagi. Aku hanya mengikut saja dan membantu bibi Song memasak untuk sarapan. Awalnya aku memang berniat untuk membantunya memasak, tapi aku tidak tau seperti apa selera orang di rumah ini.
Jadi setelah memotong beberapa sayur aku beralih untuk mengelap piring dan gelas saja. Gaya hidupku sungguh jelas berbeda jauh dengan mereka, jadi aku rasa aku perlu memahami sedikit gaya hidup dan selera orang kaya untuk beradaptasi di sini.
"Dimana nyonya Park, bi? Apa dia belum bangun?"
"Dia bahkan bangun lebih awal darimu, Yoonji"
Dengan santainya bibi Song menjawab, seketika aku terdiam. Bagaimana bisa seorang majikan bangun lebih awal dariku yang seorang pelayan. Apa aku bangun terlalu lambat? Padahal aku sudah mengatur alarm lebih awal dari biasanya dan tentu aku bangun tepat waktu. Haruskah aku bangun lebih pagi lagi.
"... Nyonya memang sudah biasa bangun pagi dan sekarang dia ada di halaman belakang"
"Ini masih pukul setengah tujuh. Apa yang dia lakukan disana?"
"Bisa tolong siapkan ini di meja makan?"
"Aw!"
"Astaga. Kau baik-baik saja? Seharusnya kau memakai sarung tangan"
Hampir saja aku menjatuhkan mangkuk berisi sop panas ini. Aish, tanganku bahkan sampai merah.
'Bodoh sekali kau Yoonji!' aku merutuki diriku sendiri bagaimana bisa aku seceroboh ini, padahal sudah ada dua sarung tangan tepat di depan mataku. Ya Tuhan, kalau sampai mangkuk mahal itu jatuh bisa-bisa aku ditendang keluar dari sini.
Pov end
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband | Park Jimin
FanfictionMendapat tawaran bekerja sebagai pelayan rumah tangga, Han Yoonji justru terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang CEO muda yang sangat sukses. Bernama Park Jimin. Pria dingin yang tak pernah memikirkan cinta dan pernikahan, kini harus menerim...