Part 17

357 32 0
                                        

Saat ini Jimin telah memposisikan dirinya di atas altar bersebelahan dengan pendeta, menunggu sang mempelai wanita. Semua orang menatap takjub pada pria bermarga Park itu. Sahabat-sahabat nya duduk di kursi barisan kedua, mereka juga menatap kagum pada Jimin. Bangga sekaligus tidak percaya bahwa Jimin yang tidak pernah mau mengenal cinta kini sudah akan menjadi seorang suami.

Hingga atensi seluruh tamu disana beralih pada seorang wanita yang baru saja memasuki area altar dengan seorang pria paruh baya di sampingnya. Semua menatap kagum pada Yoonji, meski wajahnya tertutup tudung putih transparan ia tetap terlihat cantik dan elegan dengan balutan gaun pernikahannya.

Yoonji setengah mati menahan gugupnya, jantungnya terpompa dengan begitu cepat. Sampai ia tak bisa mengendalikannya. Beberapa kali ia menghembuskan nafasnya kasar.

Dari balik tudung putih transparannya bisa ia lihat semua orang disana menatap dirinya. Ibu, adik, dan ibu mertuanya tersenyum hangat melihat ke arahnya. Namun itu tak membantu rasa gugupnya untuk hilang.

Kegugupannya semakin bertambah saat melihat di depan sana seorang pria tampan dengan tuxedo nya tengah berdiri dengan gagah, wajah tenang dan senyum tipis juga terpatri di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegugupannya semakin bertambah saat melihat di depan sana seorang pria tampan dengan tuxedo nya tengah berdiri dengan gagah, wajah tenang dan senyum tipis juga terpatri di wajahnya.

Yoonji meremas lengan jas tuan Park, dan tangan kiri refleks memegang dada merasakan degup jantung yang begitu hebatnya berdetak.

"Tenanglah" tuan Park mengusap lembut tangan yang berada di lengan kirinya, berharap dapat mengurangi kegugupan wanita di sampingnya.

Perlahan namun pasti. Yoonji dan tuan Park kini telah sampai di hadapan Jimin dan pendeta. Pria itu mengulurkan tangannya pada Yoonji.

"Aku serahkan nona Han padamu. Jaga menantuku dengan baik. Kebahagiaan nya sekarang ada di tanganmu, Jim" ucap tuan Park sembari menyerahkan tangan Yoonji pada Jimin.

"Akan aku lakukan semampuku" ucap Jimin.

Mata mereka bertemu, meski samar namun Yoonji pastikan bahwa Jimin tersenyum menatapnya. Senyuman yang tak pernah Yoonji lihat sebelumnya. Terlihat begitu tulus.

Atau dia sedang melakukan sandiwaranya dengan baik sekarang?

Sekarang Jimin dan Yoonji telah berdampingan di atas altar menghadap pendeta. Pendeta berdiri sembari membawa kitab di tangannya. Yoonji menunduk, ia merasakan sangat sesak di dadanya. Hingga tak terasa bulir bening dari matanya mengalir di pipi mulusnya, segera Yoonji menghapus air matanya sebelum Jimin melihatnya. Namun salah, Jimin tau Yoonji sedang menangis dan dengan cepat ia memalingkan wajah saat Yoonji mulai mengangkat kepalanya.

Janji suci telah terucap, cincin pernikahan pun telah tersemat di jari manis kedua mempelai. Mereka telah sah menjadi suami istri.

"Sekarang kau boleh mencium mempelai wanita"

Kata-kata yang baru saja terlontar dari mulut pendeta tersebut membuat jantung Yoonji kembali berdetak tidak karuan. Bahkan keringat dinginnya kembali keluar dari tubuhnya.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang