Part 42

335 32 6
                                        

Hari berlalu dengan begitu cepat. Namun tak ada yang berubah sama sekali, Yoonji masih berada di istana megah ini dengan keadaan yang sama. Menyandang status sebagai istri dari pria yang bisa dibilang sempurna nyatanya tak membuat dirinya bahagia.

"Jimin-ssi, hari ini aku ingin pergi bersama temanku"

"Iya" balas Jimin dengan singkat sambil mengunyah makanannya.

Selesai sarapan Jimin pun langsung bergegas ke kantornya. Tak menghiraukan Yoonji yang masih duduk disana menatapnya.

"Padahal waktu itu kau sangat romantis" gumam wanita itu sendirian.

Seperti inilah, semakin hari Jimin semakin acuh pada Yoonji. Yoonji selalu tak mengerti dengan perubahan Jimin, sejak makan malam yang Yoonji anggap sangat romantis beberapa waktu lalu itu kini Jimin menjadi pria yang sangat berbeda. Yoonji pikir semua Jimin lakukan untuk dirinya, namun sepertinya hanya sebagai syarat harmonis didepan publik saja.

"Bibi, hari ini aku akan keluar. Aku akan sekalian berbelanja keperluan dapur, jadi tolong buatkan catatannya" ucap Yoonji sembari mengambil air minum di kulkas.

"Itu adalah tugas pelayan, Yoonji"

"Apa bibi lupa aku juga seorang pelayan disini"

"Yak! Kau ini istri tuan muda, jangan bicara seperti itu"

Yoonji menghembuskan nafasnya dan tersenyum tipis. Istri diatas kertas, memangnya apa yang bisa ia banggakan.

"Kau selalu saja berkata seperti itu"

Han Yoonji tak bergeming dan memilih untuk bersantai sejenak di halaman belakang. Bunga-bunga yang ia rawat tumbuh dengan cantik disana. Ia duduk di bangku menatap langit. Bibirnya tersenyum ketika angin menerpa wajahnya.

"Tuhan, apakah aku tidak berhak untuk bahagia?" gumamnya.

"Tolong jagalah pernikahanku. Aku tau bahwa aku egois karena hanya aku yang menginginkannya. Meskipun akan sulit, setidaknya beri aku kekuatan untuk bertahan"

"Tidak bisakah kau membuatnya jatuh cinta padaku?"

Pikirannya melayang, ia membayangkan kehidupan yang menjadi dambaannya. Hidup bahagia dan menua bersama dengan orang yang ia cintai juga mencintainya, membesarkan anak-anak mereka dengan penuh cinta.

"Lucu sekali" Yoonji terkekeh sendiri, dirinya merasa tak tau diri jika terus berharap seperti ini.

Cukup lama Yoonji berdiam diri disana. Tangannya meraih ponsel di sakunya dan melihat sebuah pesan masuk.

"Ya ampun aku hampir lupa" Yoonji langsung bergegas menuju kamarnya. Ia segera bersiap untuk menemui seseorang yang sudah menunggunya.

...

"Jiminie, aku bosan"

Wanita bernama Yerin itu terus bermanja-manja pada Jimin. Jimin pun menjadi sedikit terganggu karena kekasihnya itu terus merengek dan menyentuh wajahnya sedang pekerjaannya masih menumpuk.

"Kau mau shopping?" tanya Jimin seraya mengelus punggung Yerin.

Yerin menatapnya dengan senang, Jimin selalu mengerti apa maunya.

"Shopping? Aku mau. Ah, sudah lama kita tidak pergi 'kan?"

Jimin tersenyum, "Hm, tapi aku tidak bisa menemanimu. Lihat pekerjaanku masih banyak, sayang" tuturnya dengan lembut.

Yerin menatap Jimin dengan kesal dan malas, "Kau selalu sibuk" jawabnya.

Pria yang memangkunya itu terkekeh lirih, merogoh saku jas, lalu ia mengeluarkan sebuah card dari dompet kulitnya dan memberikannya pada Yerin.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang