Part 23

394 34 0
                                        

Hari sudah berganti. Tidak seperti biasanya. Pagi ini Yoonji masih terlelap dalam tidurnya dengan selimut yang menutup penuh tubuhnya. Bahkan cahaya matahari sudah masuk melalui sela kaca jendela yang tak tertutup tirai, menyapa wajah cantiknya yang masih terpoles make up karna semalam Yoonji sama sekali tak terbangun setelah Jimin mengantarnya ke kamar.

Untuk ke sekian kalinya alarm di ponselnya berdering. Yoonji menggeliat, tangannya terulur mencari ponselnya di bawah selimut namun ia tak menemukannya. Perlahan ia membuka matanya, ia sedikit mengerjap kala maniknya langsung menangkap cahaya matahari dari luar.

Yoonji menatap sekitar. Ingatannya samar-samar teringat jika ia semalam tertidur saat dalam perjalanan pulang, lalu sekarang ia terbangun di kamarnya.

"Apa dia yang membawaku kesini?" gumamnya dengan mata sayu.

Seketika ia membuka matanya lebar, lalu mengangkat sedikit selimut yang membungkus tubuhnya.

"Huh, syukurlah" ia menghela nafas lega, pakaiannya masih lengkap dan sama seperti terkahir kali ia kenakan.

"Yoonji bodoh! Memang apa yang akan dia lakukan padamu. Kau bukanlah tipe wanita idamannya" sarkasnya pada diri sendiri.

Ia kemudian bangun dengan malas dari tidurnya lalu melirik jam kecil di atas nakas "Astaga!" jam menunjukkan pukul 07.39 dan ia belum membersihkan diri sama sekali. Dengan cepat ia mengganti pakaiannya, membasuh wajahnya dan msnggosok gigi. Lalu turun menuju dapur untuk menyiapkan sarapan suaminya.

"Bisa-bisanya aku tidur seperti orang pingsan" gerutunya sembari menuruni tangga.

Setelah sampai di dapur, ia membuka kulkas dan kembali terkejut. Bahan makanan di kulkas dan bumbu dapur lain hampir habis, ia lupa seharusnya kemarin ia berbelanja namun karna terlalu asyik di rumah Nan Hee ia melupakan semuanya.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku masak? Roti juga habis" lirihnya sedikit frustasi, sebentar lagi suaminya akan berangkat ke kantor. Tidak mungkin Yoonji akan membiarkannya segitu saja, kan?

Cukup lama terdiam di dapur dengan wajah gusar, Yoonji ingat jika ia masih punya cookies yang ia simpan di rak atas. Ia kemudian mengambilnya dan menaruhnya di atas piring kecil serta menuangkan susu ke gelas bening.

"Maafkan aku, tuan. Hanya ini sarapanmu pagi ini" ucapnya sedikit menyesal.

Sejak tak ada bibi Song, Yoonji lah yang seharusnya mengambil alih urusan dapur karna semua pelayan yang bekerja di sini hanya ditugaskan untuk membersihkan rumah saja.

"Kenapa dia belum keluar juga" gumamnya, ia duduk di kursi bar yang ada di dapur. Hampir sepuluh menit tapi Jimin belum juga muncul.

Akhirnya, Yoonji pergi meninggalkan dapur untuk pergi ke kamar Jimin. Siapa tau pria itu sedang kesusahan dan membutuhkan bantuannya, sekalian untuk minta maaf karna ia tidak sempat menyiapkan keperluan Jimin tadi.

Yoonji mengetuk pintu kamar Jimin beberapa kali namun tetap tidak ada jawaban dari dalam. Perlahan Yoonji membuka pintu itu "Permisi" ucapnya seraya memasuki kamar.

"Oh. Tidak ada orang?" Ia mengangkat kedua alisnya, menatap pintu kamar mandi lalu menghampirinya.

Yoonji mengetuk pintu kamar mandi dengan pelan "Apa kau di dalam?" Namun tidak ada jawaban juga. Bahkan tidak ada suara gemercik air sama sekali. Ia memberanikan diri untuk memutar kenop pintu itu "Tidak di kunci?" Gumamnya.

Dengan sangat hati-hati Yoonji menyembulkan kepalanya untuk melihat keadaan dalam kamar mandi, dan dia tidak menemukan siapapun di sana. Ia menutup pintu kembali lalu menghela nafas kasar.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang