Part 22

390 34 1
                                        

Yoonji benar-benar tidak habis pikir dengan Jimin. Pria itu tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan, menariknya paksa dari pesta itu lalu dia memeluknya. Dan sekarang? Pria itu kembali dengan wajah datar dan sifat dinginnya.

Yoonji pun hanya bisa diam tanpa berbuat apapun, sesekali ia melirik Jimin yang fokus pada jalanan di depan. Beberapa kali juga pria itu mengeluarkan suaranya singkat untuk menjawab telpon yang tersambung dengan earphone terpasang telinganya.

"Kenapa kita pergi dari sana?" Ucap Yoonji sangat lirih, berharap pria itu akan meresponnya.

"Aku tidak pernah menghadiri acara sampai selesai" balasnya dingin.

"Tapi, bagaimana dengan kolegamu nanti?"

Jimin menghela nafas, lalu menoleh sekilas pada Yoonji sebelum ia menjawab.

"Kau tidak perlu memikirkannya. Semua bisa di atasi" jelasnya dengan singkat.

"Lalu kita akan kemana?" Tanya Yoonji dengan begitu pelan.

"Kau akan tau setelah sampai" balas Jimin dengan nada yang masih sama.

Yoonji hanya mengangguk lemas. Percuma saja bicara dengan pria itu. Yoonji memilih memalingkan pandangannya ke arah luar jendela mobil, jalanan kota Seoul di malam hari terlihat indah dan sangat menyenangkan. Entah kapan lagi ia bisa merasakan kesenangan itu. Sejak menikah, otaknya hanya di penuhi bayang-bayang dirinya di masa depan. Ditinggalkan. Lalu hidup dengan kesendirian.

Ia mengedarkan atensinya ke seluruh jalanan yang mereka lewati, matanya mengerjap beberapa kali. Ini bukanlah jalan menuju rumah Jimin, meskipun ia belum terlalu paham. Namun, dia sedikit mengingatnya.

"Kita tidak pulang?" Tanyanya lagi pada Jimin dengan pelan.

Jimin hanya diam. Setelahnya mobil berhenti tepat di depan sebuah restaurant mewah.

"Ayo keluar" ucap Jimin membuka sealtbelt nya hendak keluar dari mobil.

"Untuk apa?"

Jimin menoleh pada Yoonji dengan wajah aneh "Kau masih bertanya setelah kita sampai disini?"

"Maksudku, aku sudah memasak untuk makan malam tadi. Apa tidak sebaiknya kita makan malam di rumah saja." jelas Yoonji begitu pelan.

"Tidak. Aku ingin makan malam di sini" balasnya lalu keluar dari mobil.

Tidak ada pilihan lain, selain menuruti kemauan tuan muda Park Jimin. Yoonji menarik nafasnya panjang sebelum melepas sealtbelt nya dan keluar dari mobil dengan Jimin yang membukakan nya pintu.

Setelah menutup pintu mobil, tangan Jimin beralih pada pinggang sang istri lalu menariknya pelan agar menempel pada tubuhnya. Yoonji tentu tersentak seketika dengan perlakuan Jimin.

"Jangan melihat ke arah lain. Tetap berjalan dengan tenang dan atur ekspresi wajahmu" ucap Jimin tiba-tiba.

Yoonji mengerutkan keningnya "Memangnya kenapa?" Jimin juga membuat Yoonji menjadi gugup. Namun Yoonji tetap melangkah tenang memasuki restaurant dengan tangan Jimin yang masih berada di pinggangnya.

"Sepertinya kau harus terbiasa mulai saat ini" ucap Jimin ringan.

"Aku tidak mengerti" jawab Yoonji tanpa menoleh.

Jimin terkekeh pelan, dan itu membuat Yoonji semakin dibuat bingung olehnya. Sejenak Yoonji melupakannya, matanya kembali berbinar setelah memasuki restaurant tersebut. Detail interior yang elegan dan mewah. Nuansa indah dengan alunan musik yang tenang membuat kesan romantis juga terasa.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang