Jimin sampai di rumahnya sekitar pukul sebelas malam karna harus lembur untuk membuat rancangan baru dari produknya, ia dan karyawannya harus bekerja sangat ekstra untuk peluncuran produk baru itu.
Pria itu memang ambisius, sebenarnya bisa saja ia membuat rancangan baru dengan tidak begitu tergesa. Namun, itu bukanlah Jimin. Sesuatu yang sudah diharuskan terjadi, maka bagaimana pun caranya ia harus tetap melakukannya.
Dengan sangat lesu ia membawa tubuhnya memasuki rumah. Saat melewati ruang keluarga, ia melihat Yoonji yang tengah tertidur di sofa dengan posisi duduk. Jimin melepas jasnya kemudian mendekat ke arah Yoonji, ia menunduk dan sedikit membungkukan tubuhnya saat berada di hadapan wanita itu. Ia menopang tubuhnya sendiri dengan dua tangan di punggung sofa.
Jimin memandang wajah Yoonji begitu lekat, jemarinya terulur untuk menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah istrinya. Jujur saja Jimin sangat menyukai wajah Yoonji saat tertidur, ia begitu damai dengan wajah polosnya.
Pria itu kemudian mencium kening istrinya. Satu detik, dua detik, dan detik ketiga Yoonji melenguh. Segera saja Jimin menjauhkan bibirnya dari sana, menjauhkan tubuhnya dari Yoonji kemudian memasukan tangannya ke dalam saku celana.
"Kau sudah pulang?" Tanya Yoonji dengan suara seraknya karna terbangun. Ia mengucek matanya, membenarkan posisinya kemudian berdiri.
"Hmm. Kenapa kau tidur disini?"
"Kau sudah makan?" Bukannya menjawab, Yoonji malah menimpalinya dengan pertanyaan.
"Belum. Aku akan langsung ke atas saja" singkat Jimin hendak melangkah pergi. Namun Yoonji mengentikannya.
"Tunggu. Makanlah dulu" Jimin menoleh sekilas tangan Yoonji yang menahan lengannya. Yoonji segera melepasnya kemudian berdehem kecil.
"Maaf. Biar aku panaskan makanan, ya? Setelah makan baru kau mandi" jelas Yoonji dengan lembut.
Jimin yang sudah sangat lelah hanya berdehem dan mengangguk kecil, kemudian melangkah pergi ke dapur dengan malas.
Setelah selesai memanaskan makanan, Yoonji dengan telaten menyiapkan piring dan nasi untuk suaminya. Mengambil beberapa lauk dan sayur juga.
"Selamat makan" ucapnya tersenyum.
"Kau mau makan?" Tanyanya melihat Yoonji yang ikut duduk di kursi bar sebelahnya.
Yoonji menggeleng pelan "Aku sudah makan tadi"
Jimin tak bergeming lagi, ia mulai menyantap makanannya. Sesekali Jimin melirik Yoonji yang terlihat sangat mengantuk, beberapa kali juga wanita itu menguap.
"Tidur saja jika mengantuk"
"Tidak. Aku akan menemanimu sampai selesai"
"Jangan dipaksa"
"Aku akan menunggumu" kekeh Yoonji yang keras kepala. Jimin hanya diam, ia menambah kecepatan makannya agar cepat selesai.
"Pelan-pelan, nanti kau bisa tersedak" suara lembut Yoonji memperingati.
"Aku sudah selesai" ucapnya setelah menyelesaikan makannya, lalu meneguk habis air minum yang di sediakan istrinya.
"Cepat sekali" gumam Yoonji heran, sedangkan Jimin langsung pergi ke lantai atas.
Yoonji membereskan piring kotor dan mencucinya. Kemudian ia pergi ke lantai atas. Bukan ke kamarnya, melainkan kamar Jimin untuk menyiapkan air hangat dan pakaian suaminya.
Ya, seperti itulah rutinitas Yoonji selama ini. Menyiapkan semua keperluan suami, menunggu suaminya pulang kerja, dan menemaninya makan. Meski bagi Jimin ia hanyalah seorang yang tidak berarti, namun Yoonji melakukannya dengan tulus bahkan ia senang. Alih-alih bisa melakukan perannya sebagai istri yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband | Park Jimin
FanficMendapat tawaran bekerja sebagai pelayan rumah tangga, Han Yoonji justru terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang CEO muda yang sangat sukses. Bernama Park Jimin. Pria dingin yang tak pernah memikirkan cinta dan pernikahan, kini harus menerim...