Dua jam berlalu, Jimin terlihat gusar di kamarnya. Kata-kata terakhir yang diucapkan Yoonji membuat dirinya menjadi gundah. Tau apa dia tentang adiknya?
"Kenapa aku jadi memikirkannya terus!" Jimin mengusap wajahnya dengan kasar. Setelah itu ia keluar kamar untuk mengambil air dingin di kulkas.
"Ada apa denganku" ia duduk di kursi bar setelah minum dan memijat pelan pelipisnya.
Jimin merasa bersalah, ia sadar sudah keterlaluan terhadap Yoonji. Namun di sisi lain, ia juga merasa berhak bersikap seperti itu.
Jimin menghela nafas, ia beranjak dari duduknya. Kakinya melangkah menaiki anak tangga menuju kamar Yoonji untuk melihat keadaannya.
Hampir setengah jam Jimin hanya diam didepan pintu kamar Yoonji, kini ia memberanikan diri untuk masuk.
Dengan cahaya remang-remang, netranya bisa melihat istrinya tengah meringkuk diatas ranjang. Jimin berjalan pelan ke arahnya, menyelimuti tubuh mungil itu lalu duduk di tepi ranjang.
Ia terus menatap wajah istrinya yang tertidur hingga menyadari mata sembab dan bekas air mata yang mengering diwajah damai itu.
Jimin menghela nafas ringan kemudian mencium pelipis Yoonji cukup lama, jemarinya senantiasa mengelus kepala Yoonji.
"Tidurlah yang nyenyak".
~
~
~Yoonji menggeliat dalam tidurnya, kemudian menyandarkan tubuhnya ke punggung ranjang. Pagi ini, rasanya sangat malas.
Dengan langkah lunglai Yoonji pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Yoonji terdiam menatap dirinya di cermin, ditelinganya masih terngiang jelas akan kalimat Jimin semalam.
"Diluaran sana banyak orang tidur bersama tanpa saling mengenal"
"Jangan bodoh, Yoonji!" Yoonji membasuh wajahnya dengan kasar lalu kembali menatap cermin.
"Wanita jelek sepertimu kenapa terus berharap padanya? Dia tidak mungkin bisa membuka hati untukmu. Sekarang kau hanya perlu disini dan pergi setelah semuanya selesai!" tegasnya dengan mata yang sudah memerah.
"Ini akan mudah jika saja aku tak mencintai pria itu". Gumamnya kembali menangis.
Setelah selesai dengan ritual paginya di kamar, Yoonji keluar menuju dapur. Saat akan menuruni tangga, langkahnya terhenti, ia menatap ke arah pintu kamar Jimin. Hembusan nafas berat terdengar darinya.
"Selamat pagi, bi"
"Selamat pagi, Yoonji. Apa tidurmu nyenyak?"
"Sangat nyenyak" jawab Yoonji tersenyum.
Setelah selesai memasak Yoonji menata makanannya di meja makan. Sekarang tinggal menunggu suaminya untuk turun.
"Kau tidak memanggilnya?" tanya bibi Song.
Yoonji hanya tersenyum dan menggeleng, bibi Song pun tersenyum seadanya.
"Ah, dia sudah turun" ucap bibi Song dengan pelan saat mendengar suara sepatu pantofel milik Jimin. Yoonji bangkit dari duduknya hendak pergi.
"Kau mau kemana?"
"Ke dapur"
"Siapa yang menyuruhmu pergi?" tanya Jimin saat Yoonji hendak melangkahkan kaki.
Bibi Song membungkuk hormat kepada Jimin kemudian berlalu darisana. Sedangkan Yoonji hanya diam menunduk.
"Duduk" perintah Jimin, bukannya duduk Yoonji mundur satu langkah tanpa bersuara.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband | Park Jimin
FanfictionMendapat tawaran bekerja sebagai pelayan rumah tangga, Han Yoonji justru terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang CEO muda yang sangat sukses. Bernama Park Jimin. Pria dingin yang tak pernah memikirkan cinta dan pernikahan, kini harus menerim...