Hanya butuh waktu lima belas menit. Jimin telah jauh meninggalkan kawasan rumahnya dengan salah satu mobil sport kesayangannya. Lampu lalu lintas berwarna merah yang artinya Jimin harus menghentikan laju mobilnya, saat menunggu lampu berubah hijau kembali tiba-tiba terlintas di bayangannya senyuman gadis itu. Senyuman yang begitu tulus. Tidak sadar, Jimin menyunggingkan senyum tipisnya.
Hingga suara klakson mobil yang brutal itu membuyarkan lamunannya.
Dengan salah tingkah Jimin segera menyalakan mesin mobil dan dengan cepat melajukannya kembali menuju kantor. Jimin mengerang dan menyisir rambutnya kasar dengan tangan kirinya.
"Sial! Apa-apaan ini?"
Jimin sampai di kantornya, perusahaan induk Park Group. Berjalan dengan tenang menyusuri lorong gedung menuju ruang kerjanya. Semua mata disana tertuju padanya, membungkukkan badannya dengan hormat untuk menyapa boss besarnya itu.
Pemandangan inilah yang selalu terlihat di pagi hari, tepatnya saat Jimin yang memasuki area kantornya.
"Selamat pagi, tuan" sapaan itu selalu terdengar di telinga Jimin. Dan pria itu hanya berdehem atau sekedar mengangguk kecil untuk membalas mereka.
Meski wajah dingin dan tatapan tajamnya itu menjadikannya terlihat angkuh dan menakutkan. Namun itu tak masalah, ia masih sangat tampan dan berkharisma. Bahkan aura kewibawaannya semakin terpancar. Terlebih dimata para wanita, entah yang tua atau masih muda.
"Selamat pagi, tuan" sapa seorang wanita sedikit mendekat dengan membungkukan badannya dan memandang Jimin dengan tatapan memuja. Jimin hanya berdehem bahkan ia tak melirik sama sekali pada wanita itu.
"Kenapa boss kita itu semakin tampan saja" ucap wanita itu pada temannya dengan nada histeris yang tertahan. Matanya terus memandang Jimin yang telah berjalan melewatinya.
"Sayangnya dia tidak tertarik dengan wanita" ucap wanita lainnya berbisik dan seketika membuat wanita rambut pirang itu menoleh "Kau mengatakannya karna kau juga gagal mendekatinya kan?" Jawabnya tak terima.
"Kalian datang untuk bekerja atau bergosip?"
Ketiga wanita itu menoleh dan membungkukkan badannya dengan kaku "Maafkan kami, tuan". Mereka pergi ke meja mereka masing-masing dengan gugup.
Taehyung berdecih dan menggelengkan kepalanya pelan saat melihat pintu lift yang lumayan jauh dari pandangannya mulai tertutup dengan Jimin di dalamnya.
"Tuan"
Suara tidak asing itu terdengar, sosok anggun berpakaian formal dengan bawahan rok mini itu menghampiri Jimin dengan sopan.
Jimin berdehem tanpa menoleh dan pandangannya tetap fokus menuju ruangannya.
"Ada masalah dengan cabang perusahaan yang ada di Tokyo-" ucap wanita itu mencoba menjelaskan namun terpotong karna Jimin langsung bersuara.
"Kita bicarakan didalam" singkat Jimin dan langsung masuk ke ruangannya.
Lee Sora hanya mengangguk mengikuti atasannya itu. Hampir lima tahun ia bekerja di bawah Park Group, dan menjadi sekretaris pribadi Jimin sejak pertama kali pria itu mendapatkan gelar CEO nya. Jadi, ia sudah terbiasa dan cukup paham dengan sikap Jimin. Tidak ada masalah sama sekali dengan itu.
Bahkan Sora sudah tau sifat dingin pria itu lebih dari lima tahun.
Dulu, mereka pernah kuliah di universitas yang sama, namun Jimin sama sekali tidak mengenal Sora sebelum gadis itu bekerja di perusahaannya. Berbeda dengan Sora, karena Jimin merupakan keturunan Park Group maka siapa saja akan dengan mudah mengenalinya. Jimin memang sangat masa bodoh dengan orang-orang di sekitarnya yang ia rasa tidak penting. Sudah dibilang Jimin adalah orang yang pemilih, dari segi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband | Park Jimin
FanfictionMendapat tawaran bekerja sebagai pelayan rumah tangga, Han Yoonji justru terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang CEO muda yang sangat sukses. Bernama Park Jimin. Pria dingin yang tak pernah memikirkan cinta dan pernikahan, kini harus menerim...