Part 32

349 32 9
                                        

Malam ini seperti biasanya, Yoonji masih setia menunggu Jimin di ruang tamu. Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam namun Jimin belum juga pulang.

Wanita itu menghela nafas, sebenarnya hatinya masih sakit jika mengingat perjanjian yang dibuat oleh Jimin. Namun kenapa ia tak bisa marah ataupun membenci pria itu. Bahkan secuil harapan masih tersisa di hatinya.

Miris sekali. Antara bodoh atau terlalu cinta.

Yoonji berdiri dari duduknya saat mendengar suara pintu terbuka dan pria tanpa ekspresi berjalan memasuki istananya.

Pria itu tak menggubris Yoonji yang tersenyum lembut menyambutnya, ia tetap melangkah melewati Yoonji.

"Kau sudah makan malam?"

Jimin menghentikan langkahnya dan menoleh sekilas, "Belum".

"Aku siapkan makanan ya?"

"Tidak perlu"

"Jangan seperti itu, aku siapkan sekarang. Kau mandi dulu saja"

"Ya"

Yoonji menghela nafasnya panjang begitu Jimin pergi, pria itu kembali dingin dan acuh.

"Tidak apa" gumamnya dengan tersenyum. Lalu pergi ke dapur.

Selesai mandi Jimin langsung turun untuk makan malam. Ia melihat Yoonji yang sedang duduk di ruang makan, matanya terlihat sayu karna mengantuk.

Jimin duduk di kursi makan dan langsung memulai makannya. Yoonji terus memperhatikan Jimin, pria di depannya sangat berubah. Sedingin apapun dia, pasti akan selalu bertanya apakah Yoonji sudah makan atau belum. Tapi kali ini pria itu tak mengeluarkan suaranya sama sekali. Apa waktu sehari bisa merubah orang begitu saja?

Selesai makan pun Jimin langsung melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.

Yoonji mencuci piring dengan mata yang berkaca-kaca, ia tak mengerti apa yang terjadi pada suaminya itu.

Apakah dia punya kekasih? Hanya itu yang Yoonji simpulkan diatas keadaan ini.

Setelah selesai mencuci piring, ia langsung menuju lantai atas. Sampai di ujung tangga, matanya tertuju pada pintu besar berwarna hitam yang menjadi tempat singgahnya pria dingin itu. Yoonji melangkah mendekat dan berdiri tepat didepannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi denganmu?" Gumamnya terus menatap pintu itu.

Ia juga khawatir pada pria itu, pagi tadi saat memasuki kamar itu untuk membersihkannya. Keadaannya sangat kacau, semua bantal tergeletak dilantai dan pecahan beling ada dimana-mana.

Yoonji terperanjat saat tiba-tiba pintu terbuka, "Kau sedang apa?" Tanya Jimin dengan nada dinginnya.

"T-tidak ada. S-selamat malam" Yoonji membungkukkan badannya dan langsung pergi dari sana dengan gugup dan juga malu.

Sedangkan Jimin hanya menatapnya aneh. Ia melangkah menuju ruang kerjanya. Baru saja mendudukan diri di kursi kebesarannya, seseorang menelepon. Bibirnya tersenyum lalu mengangkat teleponnya.

"Kau sudah pulang? Apa kau sudah makan malam, Jimin-ie?" Jimin tersenyum lembut saat suara itu langsung menyambar begitu teleponnya tersambung.

"Iya, aku sudah dirumah. Sudah makan malam. Dan sekarang aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum selesai"

"Jangan terlalu lelah, Jimin-ah. Kau harus istirahat"

"Aku tau. Apa kau baru pulang?"

"Eoh, aku baru saja sampai apartemen. Aku merindukan suaramu jadi aku menghubungimu" ucapnya dengan manja.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang