Part 26

343 30 1
                                    

Jimin mengusap wajahnya dengan kasar, ia menghela nafas panjang lalu menyenderkan tubuhnya ke kursi. Matanya tetap fokus tertuju pada layar komputer yang masih menyala. Beberapa berkas juga terlihat berantakan di atas meja kerjanya.

Ia memejamkan matanya sejenak lalu menegakkan tubuhnya dan kembali berkutat dengan laptop nya. Besok adalah hari peluncuran resmi produk barunya. Jimin sudah berusaha sangat keras tiga hari ini. Bahkan hari ini adalah hari Minggu, namun ia menghabiskan seluruh waktunya di ruang kerja miliknya.

"Hampir selesai" gumamnya guna menyemangati diri sendiri.

Beberapa menit berlalu, Jimin masih tetap fokus pada layar komputer.

"Kerja bagus Jimin!" Serunya lalu menghembuskan nafas dengan lega, pekerjaannya telah selesai.

Jimin merenggangkan otot-ototnya yang kaku, hampir seharian ini ia duduk di kursi kerjanya. Ia menyenderkan tubuhnya perlahan ke kursi, matanya terpejam beberapa saat.

Kemudian ia membuka layar ponselnya untuk melihat jam, waktu menunjukkan pukul 08.27 malam. Ia sampai tak ingat waktu saking sibuknya. Setelahnya ia bangkit dari duduknya untuk membasuh wajahnya ke kamar mandi yang ada di ruangan itu.

Di sisi lain, Yoonji sedang berada di dapur. Ia sedang membuat susu hangat, menyiapkan beberapa potong cookies dan beberapa kue kering lain sebagai teman minum.

Yoonji membuatnya untuk suaminya. Beberapa hari ini Jimin sangat sibuk, bahkan hari libur seperti ini ia terus berkutat dengan pekerjaannya. Ia keluar ruangan hanya untuk makan, setelah selesai ia langsung kembali ke lantai atas.

Yoonji sampai heran, menjadi orang sukses dan mempunyai segalanya tidaklah semenyenangkan yang dilihat ternyata. Namun ia juga bangga pada suaminya itu. Ia benar-benar pria pekerja keras dan bertanggung jawab.

Dengan langkah tenang dan senyuman yang terpatri di wajah cantiknya, Yoonji membawa nampan itu menyusuri anak tangga menuju ruang kerja Jimin.

Sampai di depan pintu ruangan suaminya ia mengetuk pintu itu pelan, beberapa kali ia mengetuk dan memanggil suaminya namun tidak ada sahutan dari dalam.

Perlahan ia meraih kenop pintu itu, saat pintu hampir terbuka ia teringat sesuatu.

"Kau boleh memasuki kamar ini karna aku mengijinkanmu, tapi jangan pernah masuk ruang kerja Jimin tanpa persetujuannya. Kau mengerti?"

Ia teringat ucapan ibu mertuanya saat pertama kali wanita itu membawanya ke kamar Jimin. Yoonji hendak mengurungkan niatnya memasuki ruang kerja Jimin.

"Aku hanya akan mengantarkan ini lalu pergi" ucapnya kemudian membuka pintu itu, ia melihat sekeliling namun tidak ada Jimin di sana.

"Mungkin dia di kamar mandi" gumamnya sembari meletakkan nampan itu di atas meja kerja Jimin. Yoonji meringis dengan miris melihat begitu banyak berkas berserakan di atas meja. Sejenak ia membereskan berkas-berkas itu agar lebih rapi, setidaknya sedikit meringankan Jimin agar tidak perlu membereskan mejanya lagi.

Seperti ingatannya terhapus begitu saja. Ia tidak langsung pergi dari ruangan itu sesuai niat awalnya setelah ia melihat beberapa bingkai foto yang terjejer di atas nakas pojok ruangan.

Kakinya membawanya untuk menghampiri, ia melihat anak laki-laki yang sedang bermain pasir tersenyum menghadap kamera. Ada yang tertawa menunjukkan gigi ompongnya, Yoonji terkekeh geli melihatnya.

"Dia punya senyum yang indah, tapi kenapa sekarang wajahnya selalu menyeramkan" gumamnya sambil tersenyum dan mengusap pelan foto masa kecil suaminya. Pria pemilik eye smile itu memang terlihat sangat menggemaskan saat tersenyum.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang