Part 4

342 34 0
                                    

Yoonji kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang besar dan sangat nyaman.

Kamar megah yang di berikan nyonya Park ini sangatlah lebih dari sekedar nyaman. Ia sangat terkejut ketika memasuki kamar. Terdapat cermin besar bertengger di sudut ruangan sana serta sebuah televisi besar tertempel di dinding kamar. Beberapa hiasan dinding dan lainnya pun terlihat sangat mahal.

Jendela kamar yang menjulang tinggi dengan tirai berwarna cream. Karna letak kamarnya berada di lantai dua, ia pun dapat melihat pemandangan luar rumah, taman dengan rumput hijau yang sangat terawat dan berbagai bunga yang indah pun turut melengkapi.

Belum lagi kamar mandi yang seperti di hotel berbintang, sangat mewah. Ia belum pernah ke sana. Tentu saja ia mengetahuinya dari drama-drama yang ia tonton.

"Ini adalah kamarmu"

"Kamarku?"
"Bukankah kamar pelayan biasanya berada di dekat dapur"

Wanita itu tersenyum "Nyonya yang memintanya untukmu"

Gadis itu menggeleng cepat "Aku pasti sedang bermimpi"

"Ayo bangunlah Han Yoonji"

Ia menepuk pipinya sendiri berkali-kali. Berusaha menyadarkan dirinya dari mimpi yang indah ini.

"Ini sakit"

"Berarti aku tidak bermimpi"

Gadis itu terlihat sangat gusar, ia menerka-nerka apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan dirinya. Semua nyata namun seperti mimpi. Sangat sulit di percaya.

Hal yang mengejutkan lagi juga telah ia saksikan pagi ini.

Flashback
"Apa aku tidak terlihat sama sekali di sini?" Gumamnya menahan kesal.

"Yoonji, ayo kita sarapan" suara lembut itu terdengar di telinganya, membuat sang pemilik nama menoleh.

"Iya, nyonya" ketika Yoonji melangkahkan kakinya melewati meja makan, ia bermaksud menuju dapur namun nyonya Park menghentikannya.

"Kau mau kemana?"

"Saya akan sarapan di dapur"

"Aku mengajakmu sarapan. Jadi, bukan di dapur, tapi di sini" wanita itu menunjuk kursi kosong di sebelahnya.

Yoonji terdiam, menatap nyonya Park dan kursi kosong di sana secara bergantian. Bagaimana bisa ia makan satu meja dengan majikannya. Cukup kemarin siang dan tadi malam saja. Itu pun nyonya Park yang memaksanya.

"Duduklah nona Han. Aku tidak suka penolakan"

Sekali lagi ia tak bisa menolak dan segera duduk di samping nyonya Park.

Suasana hening yang seperti sudah biasa tercipta di ruang makan itu terpecahkan ketika Yoonji tertawa mendengar lelucon kuno yang di sampaikan nyonya Park. Yoonji pun tak mau kalah, ia menceritakan pengalaman lucunya. Mereka sangat heboh meski mereka hanya saling melontarkan lelucon kecil.

Nyonya Park memang terlihat sangat nyaman berbicara dengan Yoonji. Ia pun tak segan untuk bercerita apa saja. Ia juga lupa, entah kapan terkahir kali ia tertawa lepas seperti ini.

Sampai saat selesai sarapan, Yoonji berniat membereskan meja makan. Namun nyonya Park tampak mengernyit melihat gadis itu.

"Apa yang kau lakukan?"

"Tentu saja saya akan membersihkannya, nyonya" ia tersenyum kaku dan sedikit aneh dengan pertanyaan majikannya. Ini adalah pekerjaan seorang pelayan lalu kenapa masih di pertanyakan.

"Tidak perlu. Banyak pelayan di sini jadi biarkan saja"

Belum sempat Yoonji bertanya kembali. Bibi Song datang dengan dua wanita muda berpakaian hitam putih khas seperti seorang pelayan keluarga kaya dan berbeda dengan bibi Song. Ia mengenakan pakaian yang lebih rapi dari dua wanita yang bersamanya. Padahal pagi tadi Yoonji tak melihatnya berpakaian seperti ini.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang