Waktu sudah menunjukan pukul 08.50 malam. Yoonji sudah berada di kamarnya saat ini. Tubuh gadis itu sangat lemas dengan beban pikiran yang begitu runyam. Membuat matanya enggan untuk terpejam barang sebentar saja.
Ia tak henti-henti memikirkan semua yang terjadi di hidupnya, terlebih tentang sebuah kesepakatan yang diciptakan oleh Jimin. Itu bahkan bukan kesepakatan, melainkan paksaan dari seorang Park Jimin dengan kelicikannya.
Berbeda sekali dengan Yoonji, saat makan malam Jimin bahkan bersikap sangat tenang dan seperti biasanya. Seolah tak terjadi apapun diantara mereka. Padahal Yoonji dengan sekuat jiwa raganya menahan kegugupannya di depan pria itu.
Persetan dengan diri sendiri. Pria itu benar-benar membuat Yoonji frustasi dan menimbulkan tanda tanya besar tentang siapa sebenarnya pria yang menjadi tuannya itu, yang dengan mudahnya mengajukan sebuah kesepakatan bodoh tentang sebuah pernikahan. Apakah pernikahan baginya itu tidak penting.
"Aku harus memutuskan ini!" Seru Yoonji sembari menarik nafasnya panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Sepertinya keputusannya ini sudah ia pikirkan dengan matang?
"Aku harus menemuinya sekarang juga!" Tekadnya sudah bulat sekarang. Dan semoga saja memang benar bulat.
Dengan segera, Yoonji bangkit dari kasur empuknya dan melangkah dengan sigap menuju kamar tuan besar di rumah ini. Menyingkirkan rasa lelah dan kantuknya untuk menemui sang tuan demi menyerukan keputusannya ini.
...
Sudah hampir setengah jam Yoonji berdiri di depan pintu besar berwarna hitam yang begitu menawan sekaligus menyeramkan baginya. Tempat dimana pria angkuh dan dingin itu berada.
Gadis itu terus bergulat dengan pikirannya yang tidak karuan dengan ribuan kegugupan, sembari menyerapahi dirinya sendiri. Menatap pintu yang menjulang tinggi di depannya, tekad bulatnya berubah menjadi kotak sekarang.
Baru melihat pintunya saja wajahnya langsung pucat. Apakah semenyeramkan itu?
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Ia sudah berada di sana sekarang. Tidak mungkin untuk kembali ke kamarnya dan memikirkan hal bodoh itu sepanjang malam. Ia harus menyelesaikannya malam ini juga. Apapun yang terjadi.
Sebelum semuanya terlambat.
Dengan penuh percaya diri, ia mengetuk pintu itu dan, "Masuk" suara berat itu menggema ditelinga Yoonji.
Yoonji menelan saliva nya. Perlahan ia meraih kenop pintu untuk segera memasuki kamar tersebut.
Setelah langkahnya berhasil memasuki kamar, ia melihat seorang pria dengan pakaian tidurnya duduk di salah satu sofa yang berada di kamar itu. Itu Jimin. Pria itu tengah fokus dengan ponsel di tangannya.
Yoonji hanya berdiri di dekat pintu, menatapnya dari jauh dan tidak berniat sama sekali untuk menghampiri pria itu.
Pergi kemana rasa percaya diri itu Yoonji!
"Bagaimana aku harus memulainya?"
"Haruskah aku menanyakannya tentang hutang itu terlebih dahulu?"
"Atau, aku langsung katakan saja aku menolak untuk menikah dengannya"
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?"
"Tuan, ada yang ingin saya bicarakan"
"Hal penting apa yang ingin kau sampaikan padaku, sampai kau harus datang ke kamarku di jam seperti ini?"
Jimin terkekeh dan mendekati Yoonji dengan melayangkan ekspresi yang begitu datar.
Sejenak Yoonji diam. Sebisa mungkin ia tepis kan semua kegugupannya dengan menampilkan raut wajah keseriusan yang begitu jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband | Park Jimin
FanfictionMendapat tawaran bekerja sebagai pelayan rumah tangga, Han Yoonji justru terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang CEO muda yang sangat sukses. Bernama Park Jimin. Pria dingin yang tak pernah memikirkan cinta dan pernikahan, kini harus menerim...