Part 39

337 30 4
                                    

Malam ini Yoonji masih berada di kediaman orang tua suaminya. Mertuanya itu mengundang ibu dan adiknya untuk makan malam bersama. Tidak ada acara spesial, mertuanya hanya ingin mempererat hubungan kekeluargaan dengan besannya itu.

Dari atas balkon, Yoonji memperhatikan sebuah kebahagiaan yang tercipta dari beberapa orang yang ada ditaman. Kedua mertuanya, ibu, dan adiknya. Mereka sedang berbincang disana, gelak tawa bahagia begitu terdengar di telinganya.

Hingga bulir bening jatuh begitu saja dari kedua mata indahnya. Kepalanya saat ini terisi penuh tentang perjanjian pernikahan, perceraian, dan cerita kelam yang dialami suaminya.

Mampukah Yoonji menghadapi semuanya?

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan"

Tiba-tiba suara pria terdengar dari belakangnya. Yoonji menoleh dan tersenyum tipis.

"Katakan saja, Jimin-ssi" ucapnya.

Jimin memasukan tangannya kedalam saku celana sembari berjalan menghampiri Yoonji. Pria itu berdiri disamping Yoonji dengan pandangannya melihat ke arah orangtuanya di bawah sana.

"Tentang pernikahan kita"

"... Kau sudah menandatangani surat perjanjian itu?"

Tubuh Yoonji sedikit menegang mendengar pertanyaan itu, hatinya pun menjadi risau. Tidak biasanya Jimin membahas hal ini.

"Ah, itu- maaf aku belum tanda tangan"

"Kenapa?"

"Aku belum sempat"

"Apa kau sengaja menundanya agar sewaktu-waktu kau bisa lari dari tanggungjawabmu?" tanya Jimin menatap Yoonji.

Yoonji juga menatap Jimin dengan sedikit bingung. "Maksudmu?" tanyanya.

Jimin tersenyum miring, lalu memalingkan wajahnya.

"Segera tanda tangan dan serahkan surat itu padaku"

"Kenapa diam?" seru Jimin lagi karna Yoonji hanya diam dan menghela nafas beratnya.

Jimin menghadapkan tubuhnya ke Yoonji kemudian tersenyum remeh. "Jadi kau memang berniat ingin lari dari hutangmu dan pergi bersama pria yang kau cintai itu?"

"Apa?" sontak saja Yoonji menoleh dengan mata melebar.

Jimin mengangkat satu alisnya.

"Bisa-bisanya kau berfikir seperti itu, Jimin-ssi" tutur Yoonji sedikit tak terima.

Jimin mengedikkan bahunya acuh, "Aku mengerti, satu tahun memang lama. Aku juga tidak sabar. Tapi sayangnya, aku tidak bisa menarik perjanjian itu lagi"

Mata Yoonji memerah, ia menahan sesak di dadanya. Jimin sungguh ingin bercerai dengannya?

Oh, ya ampun. Memangnya apa yang kau harapkan, Yoonji?

"Aku tau, Jimin-ssi"

"Ya, memang sudah seharusnya kau tau bahwa aku hanya terpaksa menikah denganmu" ucap Jimin lagi.

"Apa kau sudah lupa, Jimin-ssi? Dari awal kau juga yang memaksaku untuk menerima pernikahan ini" ucap Yoonji sedikit parau karna menahan tangis.

"Kau benar, andai saja waktu itu aku berfikir lebih kedepan sudah pasti aku tidak akan menawarkan hal bodoh padamu"

Perkataan Jimin sungguh kasar, bagaimana bisa? Dia mengatakan pernikahan yang suci ini adalah sebuah hal bodoh? Jimin sangat keterlaluan.

Yoonji meremas bajunya dengan kuat, ini sangat melukainya. Jimin selalu mengingatkan hal menyakitkan ini pada Yoonji, namun bodohnya Yoonji semakin berharap kala Jimin memperlakukannya dengan baik.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang