Saat ini Yoonji sudah berada di dapur, berkutat dengan alat dapur untuk menyiapkan makan malam. Ia bersenandung kecil sembari memasak. Ia tak ingin berlarut dalam kesedihannya, mengingat dan memikirkannya hanya akan membuat Yoonji semakin terpuruk.
Satu menu sudah selesai dan siap untuk disajikan. Ketika ia akan menaruhnya ke atas meja di ruang makan, ia dibuat terkejut saat berbalik badan.
"Astaga!" Pekiknya.
Dilihatnya Jimin yang sedang berdiri menyender di daun pintu dengan tatapan tajam dan wajah datarnya.
"Kenapa kau terkejut begitu? Aku ini bukan hantu" ucapnya datar.
"Sejak kapan kau berdiri disitu?" Tanya Yoonji sembari menaruh piringnya di atas meja bar kecil yang ada di dapur, mungkin saja Jimin sudah lama disana dan mendengarnya bernyanyi tadi. Memalukan sekali.
Yoonji mengernyit menatap Jimin, pria itu mengenakan kemeja, pakaiannya sangat rapi namun tanpa dasi "Kau ada meeting?" Ucapnya kemudian.
"Aku lupa untuk mengatakannya padamu. Malam ini aku ada acara, kau harus ikut bersamaku"
"Aku?" Yoonji mengerjapkan matanya dan menunjuk dirinya sendiri.
Jimin berdecih "Kau ini istriku, kau lupa?" Tanya Jimin menaikkan satu alisnya.
"... Ganti pakaianmu. Aku sudah memanggil perias untukmu. Mereka sudah menunggumu di kamar tamu" timpalnya.
"Perias? Kapan mereka datang?" Sepertinya Yoonji tidak mendengar bel rumah berbunyi, apalagi orang masuk.
Tatapan Jimin menajam "Jangan banyak bertanya. Aku tunggu di ruang tamu" serunya kemudian pergi meninggalkan Yoonji dengan kebingungannya.
Yoonji menghela nafas ringan "Kemana dia akan membawaku?" Gumamnya. Kemudian menuju kamar tamu seperti perintah dari suaminya.
Setelah sampai di kamar tamu, benar saja disana sudah ada beberapa orang perias. Ia juga melihat beberapa gaun yang tergantung indah di sana.
"Selamat malam, nyonya" ucap para perias dengan membungkuk hormat.
Yoonji hanya tersenyum dan mengangguk untuk membalas mereka, bukan tidak sopan. Ia hanya masih bingung saja untuk apa harus memakai perias begini. Namun Yoonji segera menyadari bahwa mungkin Jimin tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri jika datang bersama Yoonji.
"Mari, nyonya. Kami akan meriasmu" ucap salah seorang perias.
Yoonji hanya mengangguk kemudian mendudukkan dirinya di depan cermin dengan berbagai ratusan merk make up didepannya.
Polesan make up sudah selesai di wajah Yoonji, make up yang sederhana namun sangat manis untuknya. Tentu saja, Jimin pasti menyewa perias terbaik untuk Yoonji. Tertera di seragam para perias itu nama agency mereka sama dengan yang merias di hari pernikahannya.
"Sekarang nyonya tinggal berganti pakaian" ucap perias itu.
"Terimakasih" ujar Yoonji tersenyum.
Yoonji berdiri dan menghampiri gantungan beberapa gaun yang ada di belakangnya. Namun salah satu perias disana mendekatinya dan menghentikan pergerakannya.
"Maaf, nyonya. Tuan Jimin sudah memilihkan gaun untuk nyonya"
"... Ini" lanjutnya dengan menyerahkan gaun yang katanya adalah pilihan Jimin.
Yoonji tampak sedikit mengerutkan keningnya. Yoonji menatap gaun itu dengan lekat, matanya berbinar, gaun model V-Neck dengan warna soft purple yang sangat manis. Selera suaminya memang tinggi. Ia menerima gaun itu lalu tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband | Park Jimin
Fiksi PenggemarMendapat tawaran bekerja sebagai pelayan rumah tangga, Han Yoonji justru terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang CEO muda yang sangat sukses. Bernama Park Jimin. Pria dingin yang tak pernah memikirkan cinta dan pernikahan, kini harus menerim...