Part 28

361 34 1
                                    

Yoonji pov

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur empuk yang ada di kamar mewah ini. Sore hari ini begitu cerah udaranya pun sangat menyejukkan, namun aku sama sekali tidak tertarik dengan itu. Aku berkali-kali menghela nafas menatap langit-langit kamar.

Yang ada dipikiranku hanya ada satu nama.

Park Jimin.

Ini sudah menginjak hari ketiga setelah kami kembali dari Busan, aku menjadi lebih pendiam. Oh, tidak. Aku jadi pendiam karna memang Jimin yang mendiamiku.

Aku sama sekali tak mengerti kenapa sikap Jimin berubah dingin bahkan ia tak pernah mengeluarkan suaranya, padahal beberapa hari sebelumnya Jimin mulai menunjukkan perubahan sikapnya padaku. Tapi sekarang pria itu kembali seperti awal kami bertemu.

Jimin lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah, berangkat ke kantor sangat pagi dan pulang larut malam. Kami juga jarang sekali makan bersama, lebih tepatnya Jimin seperti menghindar dariku.

Aku juga tak pernah menginjakkan kakiku di kamar Jimin tiga hari ini, dia selalu mengunci kamarnya, itu artinya dia memang tak ingin aku mendekatinya kan?

Saat kami tak sengaja bertemu di dapur atau di anak tangga, Jimin selalu menghindari kontak mata denganku. Bahkan tak segan pria itu langsung pergi begitu melihatku. Bukankah itu aneh?

Dia marah? Tapi apa salahku? Aku merasa aku tidak melakukan kesalahan apapun. Jika memang marah, setidaknya dia bisa mengatakan apa kesalahanku bukan diam seperti sekarang.

Apa ini ada hubungannya dengan kejadian di pemakaman dan saat aku menanyakan hal perceraian padanya?

Jika benar, beginikah cara Jimin menjawabnya? Dia sengaja tidak bicara padaku agar membuatku sadar bahwa aku tidak boleh mengharapkannya.

Kenapa juga harus di persulit, dia tinggal menjawabnya. Jika tidak, dia bisa langsung menceraikanku dan biarkan aku bebas darinya untuk bekerja lagi melunasi hutang ku.

Entah kemana arah jalan pikiran pria itu.

Bukankah ini lucu? Aku mencintai pria bersifat dingin dan selalu membuatku takut hanya dengan tatapannya, yang bisa melakukan apa saja dengan segala kekuasaannya, termasuk menjebakku ke dalam lubang kehidupannya. Hingga aku benar-benar terjebak dengan perasaanku sendiri.

Haruskah aku menutup kembali hatiku padanya?

Sesulit inikah mencintai?

Aku mengakuinya, mencintaimu akan menjadi kesalahan favoritku, Park Jimin.

"Aku merindukannya, Tuhan"

Salahkah jika aku merindukan suamiku sendiri? Kami satu rumah, kami bertemu setiap hari. Tapi kami seperti orang asing yang tidak saling mengenal.

"Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan"

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan pikiranku, aku beranjak membuka pintu dan kulihat wanita paruh baya berdiri di depanku membawa nampan yang terdapat segelas jus Strawberry dan cookies kesukaanku. Dengan senyuman hangat yang terpatri diwajahnya.

"Bibi Song?"

Iya, kepala pelayan itu sudah kembali ke rumah ini dua hari yang lalu. Bahkan supir dan penjaga lain yang sempat dipindahkan oleh mertuaku juga sudah kembali. Aku tidak tau apa alasannya. Tapi ini bagus juga, setidaknya aku tidak lagi merasa kesepian berada dirumah. Terlebih dengan sikap Jimin saat ini.

Bibi Song juga tau bagaimana keadaanku dengan Jimin yang tidak satu kamar, dan Jimin tentu sudah memperingati semua pekerja di sini untuk tutup mulut.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang