Part 38

333 28 3
                                    

Jam menunjukan pukul 05.00 pagi, Yoonji sudah terbangun sejak satu jam yang lalu. Jantungnya sedari tadi berpacu dengan cepat, bahkan ia sedikit menahan nafasnya. Ia merasakan deru nafas hangat yang sangat terasa menyapu leher belakangnya. Karna Jimin tidur dengan memeluk Yoonji dari belakang.

Perlahan wanita itu berusaha melepas tangan Jimin yang melilit tubuhnya. Yoonji yakin Jimin tak sadar memeluknya. Namun Jimin justru semakin mengeratkan pelukannya.

Apa dia sudah bangun? Batinnya.

Ah sial! Untuk bergerak saja Yoonji kesulitan. Sekilas ia memiringkan kepalanya untuk melihat ke belakang. Matanya terpejam sesaat dan menghela nafas. Sekali lagi ia mencoba untuk melepaskan diri namun Jimin semakin erat.

"Jimin-ssi?" Lirih Yoonji mencoba memastikan.

Tidak ada jawaban, Jimin hanya mengeratkan pelukan dan hembusan nafasnya sangat terasa di leher Yoonji. Membuat wanita itu merinding karenanya. Yoonji diam, ia tak lagi bergerak namun jantungnya terus meronta.

Kenapa dia terus memelukku seperti ini.

Yoonji merasakan nyaman diposisi ini, apakah Jimin juga? Tapi itu tidak mungkin, pasti Jimin tidak sadar. Atau dia menganggap bahwa Yoonji adalah Yerin?

Yoonji memejamkan mata dan menghembuskan nafasnya dengan kasar, untuk apa ia berharap lebih pada Jimin.

"Kenapa?"

Sontak mata indahnya terbuka dan tubuhnya meremang saat suara berat Jimin terdengar tepat di telinganya.

"K-kau sudah bangun?" Tanya Yoonji pelan.

Jimin membalikan tubuh Yoonji mengahadapnya, tangannya tak terlepas dari tubuh Yoonji. Beberapa detik mereka bertatapan Yoonji lebih dulu memutus kontak mata. Jantungnya semakin tidak aman.

Sudut bibir Jimin terangkat sedikit. Lalu kembali memeluk Yoonji hingga wajah wanita itu tersembunyi di dada bidangnya. Yoonji membulatkan mata dan berusaha melepaskan diri namun Jimin tak peduli.

"Ini masih terlalu pagi untuk bangun" ucap Jimin.

Yoonji merasa seperti terbang ke langit dan bunga serta kupu-kupu berterbangan mengelilinginya.

Entah apa yang terjadi pada Jimin.

Yoonji benar-benar merasa nyaman, hingga matanya perlahan terpejam dan semakin menenggelamkan wajahnya didada sang suami. Ia menghirup aroma tubuh Jimin yang menjadi candu. Kantukpun menyerang kembali.

Yoonji terbangun saat matahari pagi sudah menyerobot masuk ke dalam kamar. Ia hampir memekik saat matanya sudah terbuka, pemandangan yang ia lihat adalah seorang pria dengan posisi miring dengan menatapnya.

Pagi yang sangat indah, Yoonji tersenyum menatap wajah tampan suaminya.

"Selamat pagi, Jimin-ssi" ucapnya lembut.

Jimin diam, ia tercekat melihat senyum Yoonji. Kemudian pria itu mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang untuk menyembunyikan gugupnya. Ia lalu bangkit dan turun dari ranjang.

Alis Yoonji bertaut memperhatikan Jimin yang berlalu ke kamar mandi tanpa membalas ucapannya, bahkan tanpa respon sedikitpun.

Yoonji turun dari ranjang dan menggulung rambut panjangnya, lalu berjalan menuju balkon. Senyumnya mengembang, udara pagi sangat segar dan pagi ini ia terbangun dengan perasaan yang bahagia.

Terimakasih, Tuhan. Aku harap ini adalah sesuatu yang baik.

Yoonji menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Ia tersenyum pada Jimin yang baru saja keluar kamar mandi. Awalnya Jimin ingin menghampiri Yoonji namun melihat senyuman itu lagi Jimin mengurungkan niatnya. Ia memilih untuk keluar kamar saja.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang