Part 34

310 31 6
                                    

Seorang pria berpakaian celana ripped jeans dan hoodie hitam dengan penutup kepala yang hampir menutupi wajahnya, berdiri di depan pintu apartemen. Beberapa saat ia menunggu hingga akhirnya seorang wanita membuka pintu dan terkejut melihat kehadiran pria itu.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya dengan menoleh kanan kiri lorong apartemen. Takut ada yang melihat.

Pria itu tak menghiraukannya, tanpa permisi ia mendorong wanita itu masuk apartemen dan menutup pintu.

"Jim?-" pekiknya saat pria itu langsung memeluknya.

"Aku merindukanmu, Yerin-ah" ucapnya mengeratkan pelukan pada wanitanya.

"Lepaskan dulu" seru Yerin yang merasa nafasnya sedikit sesak karna pelukan pria itu.

"Maafkan aku" ucap lirih Jimin sembari melepas pelukannya.

Wanita itu menatap sendu pria didepannya, ia juga sangat merindukannya. Yerin kemudian kembali memeluknya erat dengan mata berkaca-kaca.

"Aku sangat merindukanmu, Jimin-ah. Aku selalu memikirkanmu, aku pikir kau sudah tidak peduli lagi padaku"

Jimin mengecup pucuk kepala Yerin saat mendengar isakan kecil dari wanita itu.

"... Aku juga minta maaf padamu, tidak seharusnya aku bersikap kekanakan seperti kemarin. Aku seharusnya mengerti dengan keadaan kita sekarang" lanjut Yerin dengan suara parau.

Jimin mengeratkan pelukannya dan mengusap punggung wanita itu dengan penuh kasih sayang.

"Kau tidak salah. Harusnya aku juga tau apa yang kau rasakan" ucap Jimin menenangkan.

Ia melepas pelukannya kemudian mencium bibir Yerin dengan lembut. Yerin tersenyum dan membalas ciumannya. Beberapa saat tautan mereka terlepas, nafas keduanya sedikit terengah-engah karna kegiatannya tadi. Mata mereka saling menatap dengan kening yang menempel satu sama lain, dan saling melontarkan senyum.

"Jangan pernah meninggalkanku lagi" pinta Jimin dengan tangannya mengusap pipi Yerin.

"Aku tidak akan meninggalkanmu" ucap Yerin.

"Kau janji?"

"Aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu, Jimin-ah" jelasnya lagi dengan suara lembut.

Jimin tersenyum senang, ia mengecup kening Yerin lama dan kembali memeluk kekasihnya itu. Kebahagiaan yang pernah ia rasakan bersama wanita itu kini kembali lagi. Dan ia harap kali ini Yerin benar-benar tidak akan pernah meninggalkannya.

"Tunggu dulu" seru Yerin melepas pelukannya.

Jimin mengerutkan keningnya saat Yerin memperhatikannya dari atas sampai bawah dan menatapnya dengan aneh.

"Kenapa?"

"Kau berpakaian seperti ini?" Tanya Yerin memastikan.

"Memangnya kenapa? Bukankah aku terlihat keren?" Jimin terkekeh dengan menaik turunkan alisnya.

"Maksudku- apa kau tidak akan ke kantor?"

Jimin menghela nafas panjang dan melepas penutup kepala hoodie nya, "Apa kau sangat merindukanku sampai kau lupa ini hari Minggu, hm?"

Yerin menepuk keningnya dan tersenyum kikuk, "Sepertinya kau benar" ucapnya.

Jimin tertawa dan kembali memeluk Yerin. Setelah beberapa detik Yerin hendak melepaskan diri namun Jimin justru mengeratkannya. Terpaksa Yerin mendorong pelan dada Jimin agar bisa terlepas dan bernafas lega.

"Aku sangat lapar Jimin-ah, jadi biarkan aku makan sekarang"  ucapnya dengan wajah cemberut.

"Ini bahkan masih sangat pagi untuk sarapan" ucap Jimin sembari mengikuti langkah Yerin menuju dapur.

My Husband | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang