Tolonglah untuk menetap dan utuh bersamaku, karena aku begitu letih untuk berbagi
-Most Wanted vs Nerd Girl-***
Ratu melepas sabuk pengamannya dengan wajah muram juga dengan tangan yang gemetar. Rasanya ia ingin menangis lantaran Raja justru mengusirnya di jalan yang tidak pernah ia lalui sebelumnya.
Ratu pikir Raja hanya bergurau saja, namun rupanya Raja benar-benar meninggalkannya. Mobil mewah Raja tidak lagi terlihat olehnya membuat hatinya kian merasa gundah. Jalan yang ia lalui kini begitu sunyi, tiada kendaraan yang berlalu lalang.
Ratu lebih memilih berjalan ke arah di mana dirinya datang bersama Raja beberapa saat yang lalu, dengan harapan bisa kembali ke rumah Raja walaupun ia yakin tidak akan bisa memasukinya.
Ratu yang semula hendak menangis lantas sedikit menyunggingkan senyumnya, rasanya ia sedikit lega mendapati dari kejauhan sebuah motor tengah melaju ke arahnya. Samar-samar ia merasa tidak asing dengan motor yang ditunggangi cowok tersebut.
Semakin cowok itu mendekat, semakin diri Ratu yakin bahwa cowok tersebut adalah kakak kelasnya. Dan benar saja tebakan Ratu, cowok tersebut lantas menghentikan motornya tepat di samping kiri Ratu.
"Eh, ada Kesayangan Dylan. Ngapain di jalanan sepi sendirian, hm? Mana cowok sok jagoan itu? Dia ninggalin lo? Tega banget, gak punya hati apa dia." Dylan mengacak puncak kepala Ratu kemudian ia menghapus jejak air mata di kedua pipi sang gadis.
"Cantiknya Dylan jangan nangis, dong! Nanti gue gak bisa semangat lagi loh! OH, HATI GUE RASANYA HANCUR MELIHAT KESAYANGAN GUE MENANGIS." Dylan berusaha menghibur Ratu dengan nada dramatisnya.
"Kakak kok makin lama makin alay, sih? Kakak kelamaan jomlo, ya?" ledek Ratu tanpa dosanya.
Dylan lantas terdiam merasakan seolah ada pisau menancap di hatinya yang penuh dengan segudang gadis. "Aduh, makin lama makin nyakitin aja omongannya. Tapi, emang iya, sih. Gue kelamaan jomlo gara-gara lo sibuk jadian sama cowok sok itu."
Dylan mencolek dagu Ratu dengan jari telunjuknya. Sesaat kemudian ia terkekeh merasa gemas dengan wajah kesal sang gadis. Entah mengapa bersama dengan Ratu membuatnya begitu senang seolah ia tidak membutuhkan gadis-gadis lainnya sebagai penghibur, padahal Ratu hanyalah gadis dengan wajah biasa bahkan tidak secantik gadis lainnya.
"Bukan jadian tapi nikah, Kak." Ratu meralat ucapan Dylan dan cowok di hadapannya lantas mencubit gemas kedua pipi gembul Ratu.
"Lo masih kecil ngapain nikah segala? Tapi kalau semisal nikahnya sama gue, sih, tancap gas!" Dylan terkekeh sembari mengacungkan jempolnya. Detik kemudian ia meraih jari manis sang gadis. "Dan nanti gue bakalan hias jari manis lo pakai cincin nikah. Oke?"
Ratu hendak memprotes ucapan Dylan akan tetapi tiba-tiba saja dari arah berlawanan muncul sebuah mobil yang berhenti mendadak tepat di samping keduanya. Tidak lama dari itu, sang empunya mobil lantas ke luar menonjok Dylan hingga terjatuh bersama dengan motornya. Ratu pun sontak ikut terjatuh lantaran tangannya masih digengam oleh Dylan.
"Don't touch, my girl!" murka Raja menendang motor besar Dylan.
Ya, rupanya Raja tidak benar-benar meninggalkan sang gadis. Ia hanya bergurau saja dan menunggu Ratu di belokan tidak jauh dari lokasi di mana ia meninggalkan Ratu seorang diri.
Akan tetapi, Ratu tidak kunjung datang. Itulah mengapa ia berbalik dan menemukan Ratu bersama dengan Dylan membuatnya merasa sangat murka.
"Maksud lo apa mukul gue, hah!?" Dylan bangkit kemudian membalas tonjokannya ke perut Raja, tentu Raja menghindarinya. Sabuk hitam jangan diremehkan sobat.
Ratu hanya meringkuk memejamkan matanya. Jujur, ia amat takut melihat orang berkelahi apalagi jika sudah bermain tangan. Tiba-tiba sesuatu yang Ratu takuti di masa lalu muncul di dalam benaknya.
Flash on.
Masa itu Ratu tidak tahu apa yang membuat Papanya sangat murka kepada lelaki tua tersebut. Papanya mulai mengeluarkan pisau tajam yang selalu ada di kantung jas hitam. Tidak hanya Papanya, lelaki yang tidak Ratu ketahui siapa pelakunya pun melakukan hal serupa.
Ratu hanya bisa diam lantaran ia terikat di kursi dengan mulut tertutup lakban sehingga tidak dapat berteriak, bahkan bicara saja tidak bisa. Ia hanya bisa menangis menatap aksi kedua lelaki tua di hadapannya.
Darah segar meluncur perlahan dari lengan Papa Ratu, sang empu semakin memerah karena murka. Tidak lama Papa Ratu membalasnya dengan tusukan di dada kiri hingga lelaki yang sepertinya rekan kerja Papa Ratu itu hingga tewas di tangannya.
Tidak sampai di situ saja, bahkan Papa Ratu merobek lidah serta mencongkel kedua bola mata rekan kerjanya. Entah mengapa Papa Ratu melakukan aksi sekejam itu, namun yang jelas Papa Ratu tampak begitu marah kepada rekan kerjanya.
Papa Ratu lantas mendekati Ratu kemudian berbisik pada anak gadisnya. "Jangan pernah katakan ini kepada siapa pun atau kamu akan bernasib sama sepertinya. Kamu paham?" ancamnya.
Ratu hanya bisa mengangguk sembari menangis. Ia tidak menyangka Papanya sekejam itu bahkan tega menghabisi nyawa seseorang tepat di hadapan gadis kecil sepertinya.
"Biar saya urus lelaki itu dan kamu cepat bersihkan darah di lantai. Saya gak mau tahu pokoknya jangan sampai ada orang yang curiga!" tegas Papanya menyeret mayat tanpa bola mata. "Dan saya bukan seorang pembunuh sepertimu! Ini saya lakukan karena terpaksa, kamu paham!?"
Ratu b-bukan pembunuh. Ratu juga gak mau lahir di dunia ini jika kelahiran Ratu hanya menjadi penyebab kematian Mama, rintih Ratu dalam hatinya.
Ratu rasanya ingin memuntahkan seluruh isi dalam perutnya lantaran harus membereskan kentalnya darah segar serta kedua bola mata yang menyorot ke arahnya.
Flash off.
Tiba-tiba Ratu merasakan kehangatan seperti ada yang tengah memeluknya. Sontak Ratu membuka kedua mata cantiknya mendapati Raja tengah membawanya ke dalam dekapan. Dan Dylan yang menggengam tangan kanannya seolah memberinya kekuatan.
"Are you okay, my girl? I'm sorry I scared you," bisik Raja dengan suara lembutnya, rasanya Ratu tenggelam oleh kata-kata Raja.
Lain halnya dengan Dylan yang justru menyodorkan lolipop kepada Ratu hingga wajah Ratu yang semula pucat, kini begitu ceria dan berbinar. "Lo gak pa-pa? Mau lolipop, hm?"
"Mau!" seru Ratu menyambar lolipop dari tangan Dylan.
Raja yang merasa teracuhkan lantas menggendong sang gadis masuk ke mobilnya. Ratu terus berteriak walaupun sesekali ia menikmati lolipopnya. Memang, lolipop seolah menjadi candu bagi diri Ratu.
Raja kembali berbalik ke arah Dylan, dengan mata elangnya ia menatap tajam pada cowok yang juga adalah teman sekelasnya. "Jangan pernah dekati Ratu karena dia milik gua untuk selamanya dan jangan pernah macam-macam sama gua. Gua gak segan-segan kasar sama lo!"
"Hahaha ... lo pikir gue takut? Gue bakalan buktiin kalau gue cowok terbaik buat Ratu dan lo? Silakan halu!" protes Dylan menekankan kata terakhirnya dihadiahi tonjokan di sudut kanan bibirnya.
"Itu hadiah pertama lo! Kalau lo masih macam-macam sama gua, gua gak akan segan-segan berbuat lebih dari ini. Camkan!" tegas Raja sebelum melenggang meninggalkan Dylan dengan rasa dendamnya.
"Lihat aja, apa yang bisa gue lakuin. Gak lama lagi Ratu bakalan jadi milik gue dan gue pastikan lo hancur!" Sudut bibir kanannya terangkat membentuk senyuman sinis. "Ash ... sakit juga, nih, bibir. Awas aja lo! Gue renggut senyuman lo untuk selamanya!"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Most Wanted vs Nerd Girl
Teen Fiction🌻 WELCOME TO MY THIRD STORY^^ 🌻 CERITA SUDAH TAMAT [✔️] 🌻 Mohon maaf untuk chapter 9-13 tidak urut dikarenakan lapak tengah error! 🌻 Don't forget for vote and comment, Guys! 🌻 If you like my story please follow me! Thank you! 🌻Semoga betah, H...