Part 24. Penyesalan Papa

729 53 40
                                    

Hargailah apa pun yang kamu dapatkan meskipun tidak sesuai dengan eskpetasimu. Ingatlah tidak semua bisa kembali seperti semula dan penyesalan tiada lagi berguna
-Most Wanted vs Nerd Girl-

***

Si sisi lain Ervan tengah duduk di atas kursi goyang sembari menekan beberapa angka di layar ponselnya. Lelaki dengan kumis melintang itu kemudian menekan icon telepon di sana.

"Hallo?" Terdengar suara berat dari arah seberang, Ervan yang mendengarnya lantas menyeringai membayangkan sekoper penuh berisi uang berwarna merah muda.

"Saya Ervan," balas Ervan singkat.

"Selamat sore, bagaimana? Apakah Anda sudah memutuskannya?" Suara dari seberang telepon terdengar jelas di telinga Ervan, lelaki paruh baya itu lantas menyunggingkan senyumnya.

"Ya, cepat kamu datang lalu kirimkan uang sesuai jumlah yang sudah saya kirimkan melalui pesan singkat. Saya tunggu." Mata Ervan tampak berbinar begitu bahagia dirinya akan kaya secara mendadak berkat menjual anak yang amat ia benci.

"Uang yang sangat sedikit. Apa Anda tidak berniat untuk menambahkannya? Hmm ... biar saya sendiri yang menambahkannya. Sekitar tiga puluh menit ke depan saya akan datang memberi Anda uang secara langsung saja dan saya akan mengambil Ratu hari ini," putus Raja dari seberang dengan suara beratnya yang khas.

"Baiklah," sahut Ervan sembari menutup teleponnya.

Tut.

Ervan berteriak memanggil nama Ratu, namun tidak juga mendapat balasan dari gadis itu. Mulai kesal, Ervan lantas menaiki anak tangga menuju kamar Ratu. Dibukanyalah pintu kamar Ratu yang tidak terkunci.

Sekali lagi ia memanggil nama Ratu dengan suara seraknya, akan tetapi tetap tidak ada sahutan dari gadis itu. Ke mana perginya gadis tidak berguna itu?

Ervan memperhatikan seluruh penjuru kamar Ratu, tidak pula ditemukannya keberadaan gadis itu. Ervan melirik pada jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya. "Pukul lima sore? Apa gadis pembawa sial belum pulang dari sekolahnya? pasti keluyuran tidak jelas dia, dasar tidak berguna!"

Ervan hendak menutup kembali pintu kamar Ratu, namun matanya tanpa sengaja terpaku pada sebuah kotak berwarna biru tua yang tergeletak di atas meja belajar Ratu.

Lelaki dengan kumis melintang itu lantas mendekat berupaya mengetahui isi dalam kotak itu. "Pasti dari cowok gadis pembawa sial itu. Jika memang benar akan aku buang."

Mata Ervan membelalak usai mengetahui isi dalam kotak tersebut. Ia mendudukkan dirinya di atas kursi belajar milik Ratu, kemudian ia memangku kotak itu. Ia tidak menyangka jika Ratu masih menyimpan piala serta sertifikat yang sudah ia rusaknya selama ini.

Tangan kekarnya meraih kepingan piala lalu membaca tulisan yang tertera di sana. Ia memperhatikan seluruh piala yang sudah ia lemparkan hingga hancur tanpa mengetahui piala apa yang berhasil Ratu raih.

Mata Ervan mulai berair, tidak lama air matanya menetes terjun dari pelupuk mata tajamnya. Dengan cepat ia mengusap dengan jempol kanannya. Ia tidak menyangka jika anaknya begitu berbakat, bahkan juara paling rendah ialah juara dua, yakni dalam Olimpiade Matematika.

Tiba-tiba saja otaknya mengalami flashback di mana kala anak semata wayangnya menyodorkan piala dan dirinya justru melemparkannya hingga hancur, bahkan sertifikatnya pun ia robek menjadi empat bagian.

Flashback on.

"Papa! Lihat, Ratu dapat piala. Ratu senang banget, Pa. Ratu nggak nyangka bisa menang!" seru Ratu kala dirinya menduduki bangku kelas tujuh sekolah menengah pertama.

[✔️] Most Wanted vs Nerd Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang