Aku sangat bahagia mendapat perhatian ini darimu, terlebih aku merasa bahwa kau begitu mengistimewakan diriku, dan aku berharap semoga perhatian darimu tidak berubah menjadi-kenangan
-Most Wanted vs Nerd Girl-***
Ratu hanya diam menatap derasnya hujan bersama dengan Raja seorang. Sesekali ia melirik ke arah ketua senior yang duduk di sebelahnya itu, sekedar mencuri pandangannya.
"Kak, s-sekarang udah jam dua. Ratu terobos hujan aja, ya? Kakak kalau mau pulang, nanti aja nunggu hujan reda," cakap Ratu di sela-sela keheningan.
"Gak. Lo di sini sama gua. Kalau lo mau pulang, harus sama gua," perintah Raja tegas.
Ratu memerhatikan raut wajah Raja-terlihat sangat peduli. Sesekali ia merasa dirinya spesial mendapat perhatian dari Raja, namun detik kemudian ia tersadar apa posisinya.
Raja tampak meraih sesuatu dari dalam tas anti air. Sebuah jaket hitam membalut tubuh mungil Ratu, menjaganya dari rasa dingin yang mulai menembus tulangnya.
"Kakak? Kenapa gak Kakak aja yang pakai? Itu pakaian Kakak udah basah kuyup." Ratu mendongak menatap Raja yang bibirnya mulai bergetar karena dingin.
"Penting lo aman." Mendengar ucapan dari Raja, membuat hati Ratu berdesir.
Ia menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan rasa malu yang ada. Ratu menarik napasnya, kemudian kembali mendongak menatap Raja yang juga tengah menatapnya.
Tangan Ratu ia gosok-gosokkan hingga merasa hangat, kemudian ia menempelkannya pada kedua pipi Raja. "Biar Kakak hangat. Kakak kedinginan, mending Kakak pakai jaket ini aja, Kak. Ratu udah terbiasa dingin kok."
"Gak usah sok kuat, gua tahu lo gak tahan dingin." Ratu mengernyitkan dahinya, bagaimana Raja bisa tahu tentang dirinya sebanyak itu?
"Mau sekarang?" tanya Raja singkat namun terdengar begitu lembut.
"Ha? Apanya?" Ratu tidak mengerti apa yang Raja maksud. Sepertinya sisi cuek Raja tetap ada meskipun tidak terlalu terlihat jika bersama dengan dirinya.
"Pulangnya. Nanti lo harus ke sekolah jam tiga, on time!" cakap Raja. "Gua gak terima keterlambatan walaupun cuma satu detik sekalipun."
🍬
Ratu terus memeluk punggung tegap Raja seraya menyembunyikan wajahnya dengan jaket yang berukuran besar milik sang ketua senior. Raja menancapkan gasnya membelah derasnya hujan di siang bolong. Jam tangannya sudah menunjukkan tepat pukul tiga belas.
Tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Ratu hanya perlu memberitahu alamat rumahnya saja, karena ternyata Raja sudah sangat hafal letak perumahan yang ada di Perumahan Anggrek itu.
Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit bagi keduanya untuk sampai di rumah Ratu. Sebenarnya, Ratu sudah meminta agar diantar di depan gang saja, namun bukan Raja namanya jika tidak bersikeras.
Sepertinya Raja teringat ucapan seorang lelaki bertato yang sempat viral yang mana lelaki itu mengatakan, "ganteng doang jemput cewek dipanggang."
"Kakak mending pulang sekarang, nanti kakak sakit. Mau pakai jaket punya Papa Ratu? Daripada Kakak kedinginan di jalan. Jaket kakak udah basah besok Ratu kembaliin kalau udah Ratu cuci," terangnya.
"Gak usah, buat lo aja. Gua pulang sekarang. Siapin fisik lo buat nanti, jangan maksa kalau sakit." Raja kembali menyalakan motor besarnya, kembali meluncur menembus derasnya hujan.
"Hati-hati." Ratu menatap punggung Raja yang perlahan menghilang di balik derasnya hujan.
Ia kembali melangkah kakinya menutup pintu gerbang rumah berwarna cokelat tua. Apa Ratu sempat mampir ke tempat Mama? Mama, maafin Ratu yang gak bisa datang. Tapi, Ratu usahain datang, Ma. Tunggu Ratu, ya, batinnya.
"Hei, ngapain kamu di situ? Sudah jam segini belum siapin makanan dan itu tadi siapa, hah!? Pacar kamu, 'kan? Berapa kali saya bilang, kamu tidak boleh berpacaran. Mengerti tidak!?" Lelaki paruh baya itu mendekat membawa sebuah sapu lidi dan memukulnya mengenai Ratu.
"B-bukan tadi-"
"Bagus, sudah berani membantah. Saya tidak pernah mengajarkan kamu menjadi orang yang kurang ajar. Dasar pembawa sial!" Lelaki paruh baya itu kembali melayangkan sapu lidi yang ia gengam kuat.
Ratu hanya mampu menunduk, menahan air mata yang berlinang. Ia tidak ingin membuat Mamanya menangis bila melihat dirinya menangis. Itulah mengapa ia harus kuat menahan rasa sakit yang selalu ia dapatkan seperti-saat ini.
🍬
Raja berdiri di antara para senior yang lain. Matanya menyapu ratusan siswa, namun ia merasa ada yang hilang dari pandangannya. Raja mulai menyadari tidak adanya kehadiran cewek yang tadi ia antar. Ia melirik ke arah jam tangan yang melingkar manis di lengan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul lima belas lebih dua puluh menit.
Entah mengapa dirinya tidak merasa murka pada gadis itu, melainkan rasa khawatir yang menyelimuti hatinya. Ia merasa khawatir apakah gadis itu baik-baik saja ataukah gadis itu demam karena kehujanan bersamanya.
"Lo ambil alih, gua ke gerbang," perintahnya singkat pada Liam dan Liam langsung mengerti apa yang Raja maksud.
Raja berjalan menjauh dari barisan, kakinya semakin bersemangat berjalan ke arah gerbang berharap nerd girl itu datang di hadapannya dengan kondisi baik-baik saja.
Sepuluh menit sudah ia menunggu, namun belum ada tanda-tanda gadis itu akan datang. Dalam hatinya semakin bertanya-tanya, apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak?
Ia berbalik hendak kembali ke barisan senior, namun tanpa sengaja ekor matanya menjumpai seorang gadis dengan tampilan begitu berantakan berlari ke arahnya.
Gadis itu berhenti dengan napas tersenggal-senggal. "K-kak, Ratu minta maaf karena Ratu terlambat lagi. Kakak boleh hukum Ratu, Ratu siap. Ucapan Kakak dulu terbukti, sekarang Ratu udah telat tiga puluh menit."
"Masuk barisan, cepat!"
🍬
"Selamat sore, guys! Sebelumnya kami kecewa kepada kalian yang terlambat dalam MOS sore hari ini. Karena waktu tidak memungkinkan, kalian kami bebaskan dari hukuman. Dan sekarang tanpa membuang-buang waktu kita mulai saja MOS pada sore yang agak mendung ini." Suara Liam terdengar jelas dari mikropon.
"Tumben dia bisa diandalkan," lirih Galih tak percaya pada Liam yang tengah memulai acara MOS, lantaran Liam terkenal dengan sikapnya yang selengean.
Saat ini barisan dibubarkan sementara, mereka dipersilakan untuk melaksanakan sholat Ashar bagi yang belum melaksanakannya. Sedangkan, untuk yang tidak sholat diperbolehkan untuk masuk ke kelas dan kembali berkumpul tepat pukul empat sore nanti.
Ratu segera melepas sepatu dan kaus kakinya sembari mengeluarkan mukena abu-abunya. Sesegera mungkin ia berwudhu dan menunaikan ibadah sholat Ashar dengan waktu yang cukup singkat itu.
Selepas sholat, ia terlebih dahulu berdzikir dan berdoa pada Allah Sang Pemilik Alam Semesta. Air matanya mendadak terjun dari pelupuk matanya diiringi isakan kecil darinya.
Beruntung, kondisi di mushola sekolah cukup bising, hingga tidak ada yang mengetahui dirinya tengah menangis. Namun, tidak berlaku pada seseorang yang berdiri mengawasi dari seberang.
Kenapa gua begitu benci tangisan lo? Berhenti menangis, tangisan lo buat hati gua sakit, cakap seseorang dalam hati.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Most Wanted vs Nerd Girl
Teen Fiction🌻 WELCOME TO MY THIRD STORY^^ 🌻 CERITA SUDAH TAMAT [✔️] 🌻 Mohon maaf untuk chapter 9-13 tidak urut dikarenakan lapak tengah error! 🌻 Don't forget for vote and comment, Guys! 🌻 If you like my story please follow me! Thank you! 🌻Semoga betah, H...