06

1.2K 255 54
                                    

Bby : aku futsal

Bby : kamu mau ikut nggak ? Ajak Eca juga gapapa atau temen temen kamu yg lain

Jesya : harus ikut dong!

Jesya : aku gak mau ya kamu digodain sama cewek cewek nggak jelas yang ada di sana

Jesya : aku jemput Eca dulu ya

Bby : siap bu bos, i love you ❤

Jesya : i love me more hehehe

Setelah mendapat pesan dari Jakarta, Jesya buru buru keluar kelas dan berlari kecil menuju ke fakultas Sastra. Gedung fakultas Jesya dan Eca tidak jauh hanya dipisahkan oleh parkiran dan kantin saja maka dari itu tidak butuh waktu lama untuk sampai ke gedung fakultas Sastra.

Jesya bersenandung senang sembari sesekali membalas sapaan dari beberapa teman yang mengenali dirinya. Sebetulnya kalau dibilang terkenal ya nggak terlalu juga, cuma ya karna Jesya anaknya mudah bergaul jadi banyak yang kenal. Followers instagramnya juga nggak sampe ribuan, dia ini cuma mahasiswi biasa yang kata teman temannya diberikan kelebihan oleh Tuhan dengan kecantikan wajah.

Tapi Jesya tidak merasa itu suatu kelebihan malah sebaliknya. Ia sejak kecil memang dikenal memiliki wajah cantik yang mengakibatkan banyak anak anak sebayanya yang iri kepada Jesya. Saat SMP saja Jesya tidak punya seorang pun teman perempuan karna mereka semua mengucilkan Jesya sebab anak laki laki di kelas selalu menggodanya padahal Jesya menanggapi dengan sikap biasa saja.

Memasuki SMA Jesya perlahan mempunyai teman dan merasa emosi setiap kali melihat anak lain menindas anak anak lemah seperti Eca yang dulu sering di bully oleh geng Jaka dan teman temannya. Karna Jesya tau rasanya dikucilkan dan terasingkan itu tidak enak maka dari itu Jesya merangkul Eca, mengajak berteman baik dengannya.

Jesya memang sesekali sombong tentang kecantikannya tapi kecantikannya jugalah yang membuat Jesya dulu dilecehkan. Makanya dia selalu setuju dengan ungkapan kalau 'Cantik itu Luka' karna tidak semua orang cantik beruntung.

Memasuki fakultas Sastra, Jesya memilih untuk duduk di bangku kayu panjang di depan area kantin. Dia hendak menelepon Eca menanyakan keberadaan temannya itu tapi tiba tiba dari belakang pundaknya disentuh seseorang membuat Jesya tersentak kaget dan menoleh.

Eca tertawa melihat ekpresi wajah kaget dari Jeysa, gadis itu memilih duduk di sebelah Jesya yang mengelus ngelus dadanya.

"Lo tuh ya dateng dateng ngagetin, mana sini bagi ciloknya." Jesya merebut plastik berisi cilok di tangan Eca sementara gadis berambut blonde itu masih asik mentertawakan Jesya.

"Haduh lucu banget tau muka kamu tadi pengen aku foto terus aku kirim ke Arta."

"Kayak punya nomernya aja lo."

"Punya, kemarin dia ngasih aku nomernya kok."

Jesya langsung menoleh, "beneran Arta ngasih nomernya ke lo ?"

Eca mengangguk polos.

"Tapi lo nggak aneh aneh kan Ca sama Arta ? Lo nggak akan nikung gue kan ?"

"Kamu ngomong apasih gak jelas banget." Eca menyahut kembali cilok miliknya, "mana mungkin aku mau nikung kamu kan kamu tau sendiri aku sukanya sama siapa ?"

"Ya tapi bisa aja kan Ca ? Hati orang mana ada yang tau."

Eca tersenyum kemudian memeluk Jesya dari samping, "nggak Jesya santai aja kemarin tuh pas mau balik dari perpus hp aku ketinggalan nah aku kan nunggu di halte tuh eh ada Jakarta sama Dimas lewat aku pinjem deh hp nya Arta buat miss call hp aku ternyata emang bener ketinggalan di perpus dan di simpen sama Pak Jadmiko, untung kan ada Arta kalau nggak mungkin hp aku udah hilang." 

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang