23

1K 158 48
                                    

"Jaket kebanggan lo mana Ja?" Tanya Dimas pagi itu ketika mereka berjalan berdua dari parkiran. Ya, pagi ini tak seperti biasa Jaka tidak memakai jaket bomber hitam yang selalu dia pakai padahal setau Dimas di lemari Jaka banyak banget jaket dari yang harganya murah sampai ke yang mahal.

Dimas pernah terlintas mau nyuri tapi nggak lah dia nggak mau nyuri barangnya temen, kalau barang orang lain masih bisa lah. NGGAK BECANDA DOANG.

"Ada di orang," sahut Jaka cuek sambil melihat handphonenya.

"Dicuri Ja? Gila tau gitu lo kasih ke gue aja dah tuh kan karma, pelit nggak mau bagi bagi jaket jadi di curi kan."

"Sapa yang ngomong dicuri sih? Gue kan cuma ngomong di orang."

"Ya terus siapa? Lo pinjemin gitu ke orang, tumben banget."

"Kok kesannya kayak gue nggak pernah minjemin barang barang gue ke orang lain sih? Jaket gue tiga biji aja masih di lo, belum helm gue sama sepatu, lupa lo Dim?"

"Ya kali aja lo bagi cuma cuma kan ke kaum miskin kayak gue."

Jaka menghela napasnya sambil memasukan handphone ke saku celana, "ya udah buat lo aja deh toh juga udah dari tahun lalu nggak lo balik balikin," ujar Jaka.

Dimas terkekeh melingkarkan satu tangan ke pundak Jaka. "Gitu dong sering bagi bagi ke temen," ucapnya bahagia, "btw Ja lo wangi banget anjir mau ngapelin siapa?"

"Biasa aja tuh gue setiap hari selalu wangi."

"Bangsat."

"Lihat deh by pagi pagi ada dua cowok peluk pelukan mana satunya ngomong kasar lagi, ckckck."

Jaka dan Dimas kompak menoleh mendengar suara Bima. Pemuda yang rambutnya entah sejak kapan menjadi normal tidak ada lagi jambul ayam itu memandang remeh ke arah Jaka dan Dimas, dia dengan sengaja memamerkan genggaman tangannya dengan Lilis.

"Tumben lo nggak telat telatan lagi?" Tanya Dimas.

"Nggak lah gue kan nginep kosannya Lilis," jawab Bima.

"Anjir Lis emang boleh?"

Lilis mengangguk menjawab pertanyaan Dimas. "Asal nggak aneh aneh mah boleh sih, malah ada kating yang sering bawa cowok diem diem, berisik lagi di kamarnya ganggu yang lain," ujar Lilis.

"Lo berdua juga berisik begitu?" Tanya Dimas.

"Kepo, mending lo urusin si Juju noh katanya nih Dim gue denger kalau Juju lagi di deketin sama kating temennya Bang Tayo yang mukanya adem kek ubin mesjid namanya Bang Mos-"

"HALO RAKYAT RAKYAT KEBANGGAAN MEGAN GANTENG SEDUNIA LAGI NGAPAIN NIH SERU BANGET KAYAKNYAAA.." teriakan Megan yang tiba tiba membuat Lilis menghentikan omongannya. Cowok yang tubuhnya besar itu merangkul Bima membuat Bima yang badannya lebih kecil ketimbang Megan mengumpat, "bangsat lo berat anjing."

"Lo dateng tiba tiba udah kayak setan aja," sahut Lilis kemudian dia tersenyum ketika mendapati Jesya dan Bintang berjalan di belakang Megan sambil asik mengobrol.

"Lah? Kok pada ngumpul di mari ini ada apa ya bapak bapak? Eh ada Lilis, tumben lo ada di depan parkiran Lis? Biasanya udah asik di kelas ngerumpiin maba cowok ganteng hehe," ujar Bintang.

Bima biasa aja soalnya udah tau tabiat ceweknya yang selalu mengagumi cowok cowok ganteng.

"Lo berduaan aja? Juju nggak sama lo pada?" Tanya Dimas.

Jesya menggeleng, "Juju libur hari ini. Udah yuk cabut, kasihan Eca nungguin sendirian di kantin."

"Eca? Kantin mana Jes?" Tanya Jaka.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang