25

1K 167 53
                                    

"Loyo banget pak haji kemarin malem berapa ronde emang sama doi?" Tanya Dimas tiba tiba menepuk pundak Jakarta yang sedang melamun sendirian di depan perpustaan.

Jakarta menoleh dan menghela napas.

Dimas mengamati wajah loyo Jakarta sambil mengerjap, anak satu ini kenapa mukanya lesuh tapi tetep ganteng ya nggak kayak dia.

"Muka lo kusut banget sih lagi mikir apaan?" Tanya Dimas.

"Masa depan gue," jawab Jakarta.

"Anjir lo udah mikir masa depan aja. Kenapa Ja, kenapa? Apa yang lo khawatirin sampe siang siang gini melamun ganteng sendirian di sini." Dimas merangkul pundak temannya ini sambil tersenyum.

Jakarta menoleh sebentar kemudian melepaskan lengan Dimas yang merangkul di pundaknya, "mau gue ceritain ke lo juga lo nggak bakal paham Dim. Btw mana Megan? Katanya mau ngobrol sama gue, udah ditungguin setengah jam di sini nggak muncul muncul juga tuh anak," ujar Jakarta.

"Mana gue tau, Bima sama Jaka juga kemana sih."

Jakarta mengangkat bahunya.

Tak jauh dari mereka duduk di area perpustakaan, segerombol anak laki laki di pimpin oleh Megan menuju ke arah tempat duduk Jakarta dan Dimas. Di sana juga ada Mahesa, Bima, tak terkecuali Jaka.

"Mahesaaa, Esaa sasa ajinomotooo.." teriak Dimas sambil berdiri. "Anjir lo makin ganteng aja nih mas dj," goda Dimas menoel noel pipi Mahesa.

"Lo kayak nggak pernah ketemu Esa aja Dim," sahut Bima.

"Ya emang jarang ketemu nih setan kan betah banget tuh diem di ruang radio, ehm btw mereka siapa?" Tanya Dimas menunjuk ke dua cowok yang berdiri di belakang Bima.

Bima menoleh dan tersenyum, "sohibnya Jaka pas SMA, yang ini namanya Ogel kalau ini namanya Yatno," ucap Bima memperkenalkan dua orang baru itu.

Dimas mengangguk, menyalami dua orang ini.

Jakarta masih duduk tidak tertarik menyapa teman Jaka, pemuda ini melirik ke arah Megan yang mengobrol bersama dengan Mahesa dan juga Milan. Jakarta berdiri kemudian berjalan menuju ke Megan, "lo katanya mau ngomong sama gue, ngomongin masalah apa?" Tanya Jakarta langsung memotong pembicaraan antara Megan dan Milan.

Kompak ketiga pemuda tampan itu menoleh.

"Ah iya sorry Ja nungguin lama ya? Ini nih si Milan emang menyulitkan orang banget, bentaran ya Lan gue ngobrol berdua sama Jakarta dulu, soal projek itu nanti dibahas lagi." Megan merangkul pundak Jakarta kemudian pamit untuk mengobrol berduaan. Milan dan juga Mahesa mempersilahlan, mereka berdua bergabung mengobrol dengan teman teman lainnya.

Sementara Jaka, matanya fokus mengikuti perginya Megan dan Jakarta. Dia memang sudah tau soal Jesya yang kemarin malam mabuk dan menginap di rumah Eca, mungkin Megan mengajak Jakarta membicarakan tentang hal itu.

Dan soal pertemuan Eca bersama anak geng Jaka, pemuda ini merasa bersalah terhadap Eca tetapi sejak pagi tadi pesannya belum juga dibalas, bahkan telfon Jaka juga tidak diangkat oleh Eca.

"Projek film? Jadi lo berdua minta bantuan kita buat projek film gitu?" Tanya Dimas menunjuk ke arah Milan dan juga Mahesa.

Kedua pria tampan itu mengangguk.

"Gue juga minta bantuan temennya Jaka, untung Yatno sama Ogel mau dan emang lagi senggang di kampus. Jadi gimana Dim? Lo mau bantuin kita nggak? Tenang, ada kompensasi nanti soalnya ini projek nggak main main gue dapet dari temennya Bang Tayo anak periklanan, katanya kalau kita juara dapet hadiah seratus juta Dim," ucap Milan menghasut Dimas. Tapi memang benar projek yang dia dapat dari teman Tayo ini sungguh bukan projek yang main main.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang