"Kok sebentar? Katanya rapat lama." Jesya menoleh menatap Jakarta yang tadi kembali ke UKM sekarang malah duduk anteng di sebelahnya.
Hari ini sebetulnya Jesya libur tapi karna dia gabut di rumah akhirnya Jesya memutuskan untuk ke kampus, itung itung juga dia bisa sambil pacaran.
"Males ikut palingan juga bahas masalah makrab yang ditunda."
"Ditunda? Kapan."
"Bulan depan, kamu masih mau ikut atau nggak?"
Jesya mengangguk yakin. Dia sudah berjanji kepada Bintang soal makrab UKM MAPALA ini, "ikut dong apalagi bulan depan, makrabnya kemana emang?" Tanyanya penasaran. Setau Jesya senior MAPALA dulu makrab ke pantai siapa tau tahun ini juga ke pantai, staycation di villa terus bobo berdua sama Jakarta. Mantep banget pasti.
"Aku juga nggak tau sih tapi kata Bang Tayo kalau nggak ke pantai ya ke gunung, doain aja ke pantai soalnya males banget kalau harus naik gunung, bawaanya berat."
Jesya mengangguk setuju, dia juga belum pernah mendaki gunung dan kata Ayahnya kalau belum pernah tuh pasti berat banget.
"Ya udah aku anterin balik aja gimana?"
"Nggak usah aku bisa pulang sendiri kok, kamu emangnya nggak ada kelas lagi apa?" Tanya Jesya.
Jakarta menggeleng, "nggak ada. Ya udah yuk aku anterin pulang sekalian jalan jalan dulu, udah lama kan kita nggak pacaran hehe." Jakarta mengambil alih tas selempang Jesya berniat membawakannya. Si gadis ayu itu tersenyum memeluk lengan kekar Jakarta sambil mengangguk, mereka berdua berjalan menuju ke arah parkiran.
"Aku tuh dari dulu pengen bawa kendaraan sendiri kemana mana tapi nggak bisa nyetirnya," kata Jesya curhat keinginannya ketika tak sengaja melihat ada dua gadis berboncengan lewat.
"Kamu nggak bisa nyetir motor?" Tanya Jakarta.
"Nggak bisa, dulu pernah latihan sama Eca eh malah motornya Eca yang baret baret aku tabrakin ke pohon untung akunya gapapa, cuma memar di sini aja." Jesya menunjuk ke arah sikutnya memperlihatkan bekas kehitaman yang dia dapat ketika berlatih naik motor bersama Eca.
"Latihan naik sepeda dulu coba," saran Jakarta.
"Kamu lupa?! Aku kan nggak bisa sepeda roda dua, bisanya roda empat." Jesya cemberut memayunkan bibirnya membuat Jakarta gemas sendiri dan tak sadar mencubit pipi gembul Jesya.
Jesya ini definisi wanita tangguh tapi lucu. Ya lucu karna meskipun dia cuma bisa ngendarai sepeda roda empat, kayak anak TK aja.
"Mau aku ajarin nggak?" Tawar Jakarta tiba tiba membuat Jesya menjawab antusias, "mau dong. Kapan?"
Jesya sungguh sungguh antusias dengan tawaran pacarnya ini. Di rumah ada satu mobil dan satu motor matic yang sengaja dibelikan oleh ayahnya tetapi sampai saat ini kendaraan itu masih tidak tersentuh sekali pun.
Mamanya saja sampai mengusulkan agar dijual saja dua kendaraan itu daripada memenuhi garasi.
"Nggak usah deh, kamu mending nggak bisa naik kendaraan aja." Jakarta menghentikan langkah kakinya ketika mereka berdua sudah sampai di parkiran kampus.
Jesya mengerutkan dahinya menatap Jakarta. "Ih kenapa?? Aku kan pengen Arta," ucapnya dengan nada kesal sambil menarik narik jaket Jakarta.
"Nanti kita nggak bisa boncengan terus peluk pelukan pas lagi hujan."
Jesya terdiam sejenak kemudian mengangguk sambil tersenyum, "iya juga ya,kalau aku bisa naik motor boncengan kamu kosong dong terus banyak cewek cewek yang pengen pulang sama kamu. Nggak, nggak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Jaka! [END]
FanfictionEca udah naksir sama Jaka sejak SMA, tapi Jaka nggak. Dulu Eca jelek, bau, gendut, jerawatan tapi sekarang Eca udah berubah jadi cewek cantik. Akankah perubahan Eca bisa membuat Jaka jatuh cinta.