59

1.2K 161 18
                                    

Semuanya kembali normal lagi dan seminggu ini masing masing dari mereka disibukkan oleh kegiatan kuliah yang jadwalnya makin padat. Seperti Jesya ini bahkan sehabis liburannya ke Bali bersama anak anak yang lain dia tidak pernah lagi bertemu dengan Jakarta karna masing masing sibuk, mereka juga jarang berkumpul lagi.

Dan kebetulan sore ini, setelah urusan kuliahnya kelar bersamaan dengan Jakarta dua pasangan sejoli ini bertemu.

"Makan dulu atau ngapain?" Tanya Jakarta menggandeng tangan Jesya.

Jesya berpikir sejenak, "pengen makan sih tapi kan rencananya kita mau ke rumah kamu nanti, kamu nggak lupa kan?"

"Oh iya, ulang tahun Mama kan."

"Iya," ucap Jesya tersenyum. Bertepatan juga hari ini adalah hari ulang tahun Mama Jakarta, yang di mana katanya mereka akan mengadakan pesta kecil kecilan di rumah yang dihadiri oleh beberapa kenalan keluarga Jakarta.

"Aku belum nyiapin kadonya sih, emang Mama kamu sukanya apa?" Tanya Jesya menghentikan kakinya ketika mereka sampai di area parkiran. "Baju juga Mama kamu udah punya banyak, apa ya kira kira Ta?"

"Mama mau cucu," sahut Jakarta melepaskan genggaman tangan dan berjalan ke arah sepeda motornya.

"Cucu? Kalau itu mah aku gabisa ngasih dong," jawab Jesya. "Ya untuk sekarang nggak bisa tapi nanti kalau kita udah menikah baru bisa hahaha."

Mereka berdua kompak tertawa. Setelah mengeluarkan motornya, Jakarta memberikan helm yang langsung Jesya pakai. Gadis ini juga segera menaiki motor dan pergi keluar area kampus, bermaksud mencari hadiah untuk ulang tahun Mama Jakarta.

Kalau seandainya kalian tanya apakah Mama Jakarta sudah menyukai Jesya, jawabannya adalah masih abu abu karna Jesya sendiri juga tidak tau. Sikap Mama Jakarta sulit untuk ditebak dan itu membuat Jesya bingung sendiri. Tapi gadis ini akan terus berusaha agar setidaknya dia bisa diterima di keluarga Jakarta tanpa memandang masa lalunya.

Di sisi lain kampus, Dimas dan Jaka yang menunggu kedatangan Megan di dalam mobil mulai menyanyi membuang kejenuhan mereka.

"All I Ask is if...."

"This is my last night with youuu.."

Dan sampai satu lagu itu selesai, Megan juga belum menampakkan dirinya membuat Jaka tak sabar dan berusaha untuk meneleponnya.

"Nih anak lagi bertapa atau gimana sih? Nggak diangkat," ucap Jaka.

Dimas terkekeh.

Jaka kembali mencoba menelepon tetapi nihil, Megan tidak mengangkatnya.

"Tungguin aja udah kayak nggak tau Megan gimana," ucap Dimas. Kemudian cowok itu merogoh kantong celananya mengambil rokok dan pemantik kecil, "lo mau rokok?" Tawarnya kepada Jaka.

Jaka menggelengkan kepala, "gue mau ketemu bokap kalau sampai ketahuan ngerokok bisa mampus gue," jawab Jaka.

Dimas mengangguk memilih untuk keluar dari mobil dan merokok. Jaka yang masih duduk di kursi supir itu memandangi Dimas dalam diam, sebenarnya akhir akhir ini pemuda itu terlihat berbeda dari biasanya, Dimas lebih pendiam dan tidak banyak tingkah pun ketika bertemu dengan Juju ia tidak melakukan hal hal yang biasanya dia lakukan, seperti menyapa dengan penuh semangat.

Ketika masih konsentrasi melihat Dimas, ponsel pemuda tampan itu bergetar menandakan ada pesan masuk.

bae : kamu udah pulang?

Jaka : belum masih nunggu Megan di parkiran, kenapa?

Jaka : kamu kangen aku ya by?

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang