08

1.1K 213 24
                                    

Jesya tertunduk lesu setelah tadi dimarahi habis habisan oleh dosennya karna tugas Jesya tidak sesuai dengan apa yang Bu Prima inginkan.

Rasanya Jesya mau teriak ke depan Bu Prima bilang kalau kemampuannya ya cuma segitu, tapi Jesya urungkan karna sadar kalau dia malah ngelawan yang ada dia akan mengulang mata kuliah Bu Prima, nggak Jeysa nggak mau.

"Mie ayam depan yuk?" Ajak Rosi merangkul pundak Jesya.

Eca, Bintang, Juju dan Lilis mengangguk kompak sementara Jesya tidak menjawab.

"Mau nggak Jes?"

"Kenyang gue makan omelan Bu Prima satu setengah jam," jawab Jesya.

Eca terkekeh. Melihat Jesya lesuh seperti ini mengingatkan Eca pada masa masa mereka SMA dulu, Jesya yang kebetulan nggak bisa rol depan dimarahi besar besaran oleh Pak Purnomo guru olahraga mereka dulu. Beliau bahkan sampai tidak mau memberikan Jesya nilai kalau sikap Jesya belum sempurna dan setelah jam pelajaran olahraga itu Jesya selalu saja murung dan diam diam menangis di pojok kelas.

Ternyata Jesya tidak banyak berubah.

"Tapi gue laper juga sih, ya udah lah daripada gue galau perkara tugas doang mending gue seneng seneng aja."

"Nah betul tuh contoh nih gue revisian banyak tapi tetep enjoy menjalani hidup," sahut Juju menaikkan kedua alisnya.

Mereka tertawa sambil berjalan menuju ke warung mie ayam langganan para mahasiswa kampus ini. Selain karna harganya yang murah, rasa yang enak, di sini juga terkenal dengan toping yang melimpah, 10 ribu saja kenyang kalian makan di sini itu udah sama es teh manis.

"Btw lo ikut makrab anak teknik Jes? Kan cowok lo si Jakarta anak teknik tuh kali aja lo di ajak, lumayan lah sambil cuci muka liat kating ganteng sama maba maba gemes gitu." Bintang menyenggol lengan Jesya dengan sikunya sambil senyum senyum nggak jelas.

"Mang napa? Lo mau ikut makrab anak teknik emang? Ada yang lo taksir kan Tang, hayo ngaku !!" Goda Jesya.

Bintang menggelengkan kepalanya. "Mana ada, gue cuma pengen aja ikut makrab soalnya di fakultas gue kebanyakan kan cewek nggak seru tau."

"Udah lo urusin aja cowok AU lo daripada ikut makrab jurusan lain," samber Juju.

Bintang berdecak sebal. Mereka memilih duduk di luar warung tenda yang lumayan sepi karna emang biasanya ramenya tuh waktu sore untung sekarang masih siang jadi mereka berlima bisa dapet duduk nggak kepisah pisah.

"Lo pada udah denger nggak sih soal Jandreas?" Ucap Lilis yang baru saja membuka suara karna sejak tadi dia cuma diem fokus ke hpnya.

Jesya menggeleng dan melirik ke arah Eca yang kelihatan penasaran banget. "Napa tuh cowok? Nyari masalah lagi atau apa?" Tanya Jesya.

"Emang Jaka pernah ada masalah di kampus?" Eca menoleh ke arah Jesya yang dijawab dengan gelengan kepala kecil oleh gadis cantik di seberangnya itu.

"Gosipnya nih ya bokapnya Jaka tuh menikah lagi sama cewek yang jauh lebih muda, terus tuh ya selama ini Jaka nggak tinggal sama bokapnya karna nggak dibolehin nyokap barunya, makanya sejak dulu tuh cowok nggak pernah kan cerita masalah tentang keluarganya, ya karna ini nih."

"Hoax ah lo Lis, jangan kemakan sama gosip anak anak." Jesya menggelengkan kepalanya tidak percaya, meskipun dia kesel sama Jaka karna kelakuan cowok itu tapi Jesya nggak akan mudah percaya sama gosip murahan begini.

Eca mengangguk setuju, "dulu waktu SMA Jaka sering kok cerita soal Mama sama Ayahnya ke anak anak, iya kan Jes?"

"Iya. Waktu SMP juga dia sering dijemput pake mobil sama ibunya dulu sampe sampe bikin gue iri dan berdoa ke Allah minta jodoh gue biar kaya kayak si Jaka."

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang