60

1.6K 163 37
                                    

"Namanya juga masih pacaran kan Jak, kalau pengen bisa sama terus ya langsung menikah aja beres." Dimas datang datang menepuk bokong Jaka yang terlentang lemas di tengah kos kosan Bima.

Sejak novel Eca akan diangkat menjadi sebuah series oleh salah satu rumah produksi perfilman, hubungan Jaka dan Eca semakin berjarak. Tidak ada lagi telfon malam, tidak ada jalan jalan malam minggu bahkan untuk sekedar ketemuan di kampus saja sudah susah sekali.

"Pengennya gue sih begitu, langsung nikah biar gue nggak pisah sama Eca tapi kan doi masih mau ngejar impiannya," jawab Jaka dengan suara lemah. Iya dia lemah karna lama tidak bertemu dengan ayangnya.

"Hamilin aja kalau gitu dia pasti langsung mau nikah sama lo," sahut Megan yang langsung mendapat pukulan keras di kepalanya, pemuda ini meringis kesakitan sambil menoleh mencari tau siapa yang berani berani memukul kepalanya.

Rupanya Jakarta yang juga baru saja kembali dari kamar mandi lah yang memukul Megan.

"Lo tuh ngomong dipikir dulu, nyesel gue temenan sama lo," ucap Jakarta dan berlalu meninggalkan Megan yang masih kesakitan. "Ini juga udah kayak dunia runtuh aja, nggak ketemu ceweknya seminggu lemes. Gue nih udah dua bulan kaga ketemu Jesya masih waras."

Selain Jaka dan Eca, rupanya pasangan Jakarta dan Jesya juga sedang berada di fase LDR karna saat ini Jesya sedang melakukan KKN di luar kota.

"Ya tapikan lo setiap malem sleepcall anjing, gue mah jangankan sleepcall chat aja nggak dibales," ucap Jaka. "Apa jangan jangan Eca udah nggak sayang sama gue lagi ya? AAAAAAA NGGAK BOLEH AAAAA"

Bima yang asik tiduran di samping Jaka sampai terbangung ketika tak sengaja kaki pemuda itu mengenai bagian punggungnya.

"Abaikan udah abaikan, ada orang gila." Megan menyuruh teman temannya untuk membiarkan Jaka mengerang sendirian layaknya anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya.

Di sisi lain, Eca yang rupanya juga menemani produser series untuk mengcasting talent berkali kali menatap layar ponselnya. Sejujurnya dari semua talent yang beberapa hari ini mengikuti casting, ada Emma yang mengambil peran protagonis perempuan dalam cerita itu.

Tentu saja Eca awalnya terkejut begitu juga dengan Emma. Dia tidak percaya kalau gadis yang dulunya dia bully habis habisan menjadi sukses dan bahkan bukunya hendak di serieskan.

Ada sedikit cerita di casting Emma pada hari itu. Rupanya dia menunggu Eca dan produser selesai lalu menemui mereka. Emma berlagak baik dan langsung memeluk Eca mengaku mereka ada teman dekat. Awalnya memang Eca takut terlebih ketika Emma membisikan ancaman, "senyum atau gue hancurin karya lo ini," ucap Emma sambil berpura pura memeluk Eca.

Eca berusaha untuk memaksakan senyumannya tetapi Tante Mayang dan produser yang mendampingi Eca itu merasa aneh dengan gerak gerik mereka.

"Sebentar, kamu temannya Eca?" Tanya Tante Mayang.

Emma mengangguk antusias. "Iya kita teman. Sahabat malahan, dulu aku selalu support Eca di sekolah apapun yang Eca lakuin aku selalu ada di sampingnya dan mendukung Eca."

Tante Mayang mengangguk, "kalau gitu kamu juga deket sama adek perempuannya Eca?"

"Iya, adek perempuannya Eca lucu banget. Dulu saya sering main di rumahnya."

"Wah berarti kalian deket banget ya," ucap Tante Mayang. "Tapi sayangnya Eca nggak punya adek perempuan."

Emma mendelik dan melirik ke arah Eca yang hanya diam tapi tertawa dalam hatinya.

"Bakat kamu bagus tapi sayang kamu pembohong," ucap Tante Mayang dengan tegas. "Memang di dunia industri hiburan kita perlu pintar pintar untuk menjilat sana sini tetapi bukan berarti itu perbuatan yang baik."

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang