"Gaada yang bangunin anjing, gue telat!" Gumam Megan, pemuda tinggi itu segera berdiri mengambil flanel abu hitamnya dan memilih untuk keluar kamar.
Dan hal pertama yang cowok itu lihat adalah sosok Mahesa memakai boxer hello kitty berjalan santai melewati depannya sambil memakan roti panggang. Iya, kemarin malam Megan memang menginap di apartemen Mahesa karna tidak mungkin dia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat bisa bisa Bundanya akan marah besar.
"Ngapa lo liat liat kolor gue? Pengen?" Tanya Mahesa sambil memperlihatkan gambar Hello Kitty di bagian belakang boxernya.
Megan langsung menggelengkan kepala dan melesat pergi menuju ke pintu.
"Lo mau kemana?" Tanya Mahesa.
"Kampus lah, ini udah jam sembilan gue telat bangsat."
"Sekarang tanggal merah sih noh lihat tanggalan."
Megan seketika langsung melihat ke arah tanggalan yang digantung tak jauh dari tempatnya berdiri. Rupanya ucapan Mahesa benar, hari ini adalah hari libur.
"Untung deh," ucap Megan menghela napas. "Tadi jantung gue rasanya mau copot waktu lihat jam udah ke angka sembilan. Btw roti panggang lo masih ada? Gue laper."
Mahesa yang sudah duduk santai di depan televisi itu mengangguk sambil menunjuk ke arah dapur.
Dari arah dapur Megan berjalan dan memilih duduk di sofa sambil memakan roti panggang. Dia melirik ke arah Mahesa yang terlihat tertawa sendiri menonton acara televisi yang pagi ini dia tonton.
"Lo masih suka nonton Upin Ipin?" Tanya Megan.
Mahesa mengangguk.
"Gue sukanya sama Mail sih, doi keren banget apalagi pas pake sepeda ontelnya," ujar Megan.
"Pacar Mei Mei itu."
"Lo juga suka Mail Mei Mei Sa? Gila mereka lucu banget ya kek couple goals."
"Yoi, tapi gue lebih suka Susanti sama Jarjit sayang mereka beda agama."
Dan obrolan dua cowok dewasa itu berlanjut membicarakan para karakter animasi Upin Ipin. Sampai tak terasa adzan duzur berkumandang membuat Mahesa melirik ke arah jam dinding, "nggak kerasa ya udah siang, lo laper nggak? Cari makan yuk," ucap Mahesa sambil mematikan televisinya.
"Gue balik aja udah siang juga takut nyokap nyariin," ujar Megan melihat layar ponselnya. "Nanti malem lo free kan? Gue sama anak anak mau ke Goldenrose."
Mahesa yang sedang memakai kaosnya itu menoleh, "lagi? Lo mau mabuk lagi Gan? Istigfar Megan inget Tuhan," ucap Mahesa. Pemuda ini kemudian mengenakan celana cargo selututnya, "kalau lo emang lagi ada masalah mending cerita jangan apa apa mabuk, keblabasan nanti yang ada."
"Fyi aja bukan gue yang ngajak mereka ke sana sih, tapi Jakarta. Itu anak kan udah lama nggak kobam jadi ngajak yang lain nongkrong disana. Ikut lo ya." Megan mengedipkan satu matanya ke arah Mahesa sebelum akhirnya mengambil kunci vespa merah dan berjalan keluar. "Gue balik dulu Sa, makasih."
Mahesa menghela napas kemudian mengangguk. Sepeninggalan Megan, ponsel milik Mahesa berdering dengan keras menandakan ada satu telfon masuk. Pemuda itu mengambil telfon di atas meja dan tersenyum ketika melihat nama seseorang yang meneleponnya.
"Halo? Ada apa?"
🐙🐙🐙
Malam harinya seperti omongan Megan, kelima cowok tampan itu kini duduk di salah satu meja bar terkenal, Goldenrose.
"Tumben lo mau ngikut kita? Biasanya juga bucin sama Lilis," tanya Dimas kepada Bima.
Bima mengangguk meneguk whiskey miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Jaka! [END]
FanfictionEca udah naksir sama Jaka sejak SMA, tapi Jaka nggak. Dulu Eca jelek, bau, gendut, jerawatan tapi sekarang Eca udah berubah jadi cewek cantik. Akankah perubahan Eca bisa membuat Jaka jatuh cinta.