44

1K 158 36
                                    

Eca berjalan cepat menuju ke kelasnya yang akan dimulai lima menit lagi. Sial, tadi dia bangun kesiangan sebab kemarin malam merayakan debutnya sebagai penulis.

Iya, Ayah Eca memberi ijin setelah pembicaraan panjang dan cukup menguras energi itu.

Dia merayakan bersama dengan Janaka dan Sagara dengan makan makan di garasi rumah, tentu saja setelah meminta ijin kepada Ibu Tante dan Ayah. Akhirnya impian Eca sejak kecil untuk menjadi penulis sudah di depan mata, Eca janji dia akan membanggakan semua orang termasuk almarhum Bunda.

Sampai akhirnya ketika cewek ini hendak masuk, tangan seseorang menahannya.

"Jaka maaf tapi aku udah telat."

"You're not. Kelas lo dibatalin hari ini Ca."

Eca mengerutkan dahinya, kemudian melihat ke dalam kelas yang seharusnya sudah penuh itu kini kosong. Dia kemudian menatap ke arah Jaka yang tersenyum memandanginya.

"Kamu tau dari mana kelas aku dibatalin hari ini?" Tanya Eca curiga, takut kalau Jaka sedang menjahilinya.

"Gue udah disini setengah jam yang lalu terus denger salah satu anak ngomong kalau Bu Nanik batalin kelas, kalau lo nggak percaya cek di grup deh."

Eca segera mengambil ponselnya, membuka room chat kelas dan benar saja kelas hari ini dibatalkan. Dia menghela napas bersyukur meskipun tadi sempat khawatir karna Bu Nanik itu dosen yang selalu datang lebih awal dari jam yang sudah ditentukan, Eca nggak mau kalau sampai absennya merah karna terlambat beberapa menit saja.

"Gue mau ngomong sama lo," ujar Jaka sementara Eca sibuk membalas pesan di grup.

"Iya, aku denger kok. Kamu ngomong aja," balas Eca, dia sesekali terkekeh ketika melihat beberapa temannya membalas pesan menggunakan meme.

"Nggak disini. Kita ke kantin ya?"

Jaka menarik tangan Eca membuat gadis ini pasrah saja tangannya ditarik. Mereka sampai di area kantin fakultas Eca yang pagi ini lumayan ramai, Jaka mendudukkan Eca sementara dia berjalan ke arah sebaliknya, mereka duduk berhadapan.

"Jadi, gimana?"

Jaka membuka percakapan membuat Eca yang masih sibuk dengan ponselnya itu mendongkak.

"Gimana apanya? Konteks pertanyaan kamu ini apa, aku nggak paham."

"Oh iya sorry Ca gue terlalu excited," jawab Jaka, "soal Ayah lo," lanjut Jaka.

Eca mengerjap kemudian tersenyum. "Ayah udah ngasih ijin kok, asal nggak lupa sama kewajiban aku sebagai mahasiswa dan bisa ngatur waktu buat belajar sama nulis."

"BENERAN CA? YESSS!!"

"Kok kamu yang lebih seneng ketimbang aku sih Ja?"

"Hm? Ya seneng lah, akhirnya lo bisa meraih impian lo jadi penulis. Gue ikutan seneng."

Eca tersenyum.

"Makasih ya Jaka."

"Buat?"

"Buat semuanya termasuk ngenalin aku ke Tante Mayang. Pokoknya kalau aku jadi penulis besar nanti, kamu orang pertama yang bakalan baca tulisan aku."

Jaka terdiam memandangi wajah Eca yang terlihat lebih cantik daripada biasanya.

"Lo janji kan?" ucap Jaka.

"Hah?"

"Lo janji kan gue bakalan jadi orang pertama yang baca tulisan lo?"

Eca mengangguk. Dia menjulurkan jari kelingkingnya ke arah Jaka, "pinky promise?" Jaka memandang jari kelingking Eca kemudian tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang