50

1K 180 74
                                    

"Sorry lama gue ketiduran tadi. Lo duduk di situ aja gue obatin lutut lo."

"Nggak usah, aku bisa sendiri kok kamu katanya kan pusing tidur aja."

Jaka tidak mau mendengarkan, menarik kaki Eca dan mengobatinya.

"Aduh, perih ih pelan pelan Jaka."

"Ini pelan Ca, tahan ya."

Setelah beres mengobati lutut dan siku Eca. Jaka mengembalikan kotak obatnya dan duduk kembali di sebelah Eca yang kini mengeluarkan makanan serta obat pesanan Jaka.

"Jaka maaf tadi pas aku jatuh buburnya jadi kecampur semua," ucap Eca meringis ketika melihat bubur itu kini sudah tercampur jadi satu.

Jaka tersenyum dan mengangguk. "Gapapa gue suka bubur diaduk kok, kalau boleh ngerepotin lo tolong bawain mangkok sama sendok Ca gue bener bener laper sejak tadi belum makan."

Eca segera berdiri berjalan ke arah dapur mengambilkan alat makan dan kembali lagi.

"Kamu udah tau sakit kenapa nggak makan sih?" ucap Eca sembari menuangkan bubur di mangkuk. "Nih buruan di makan habis itu minum obat, aku ambilin air putihnya dulu."

Jaka diam saja mendengar dan mengamati semua gerak gerik Eca. Kini gadis itu sudah kembali sambil membawakan segelas besar air putih, menaruhnya di meja kemudian beralih melihat obat yang dibelikan oleh Mahesa itu.

Jaka mengusap hidungnya gatal, kemudian terbatuk kecil padahal tadi hanya pusing saja kenapa sekarang semakin bertambah. Tapi tentu saja di depan seorang cewek apalagi Eca, Jaka akan berlagak sok kuat.

"Kamu flu juga? Ini tuh akibat nggak makan seharian kan jadi sakitnya merambah kemana mana, makanya makan Jaka."

"Apa hubungannya sih Ca? Sekarang yang penting udah makan kan."

"Ya tapi manusia itu makannya tiga kali sehari, kamu cuma sekali. Manusia bukan?"

"Ca gue tinggal sendirian."

"Kan bisa order makanan."

"Pusing Ca, nggak kuat jalan."

"Buktinya sekarang bisa."

"Iya kan beda Ca. Udah diem dulu gue beneran sakit ini jangan malah lo omelin, nggak Abang Sekala, nggak lo, ngomel mulu hobinya."

Eca melengos, "nih obatnya diminum dulu habis itu makan lagi bakmienya habisin."

Jaka mengernyit menerima obat yang diulurkan oleh Eca. "Lo udah makan? Kalau belum lo makan aja bakmienya, gue udah kenyang."

"Nggak usah peduliin aku yang penting kamu dulu, buruan di minum obatnya makin parah loh nanti."

Jaka akhirnya menurut meminum obat yang baru saja Mahesa belikan itu. Kepalanya kembali pusing dan Jaka memutuskan untuk tiduran di sofa membuat Eca dengan sigap berdiri dan membantunya.

Merasa badan Jaka hangat, Eca dengan perlahan menempelkan tangannya ke kening Jaka. "Badan kamu panas banget, punya kompres nggak?" Tanya Eca khawatir.

"Lo cari di kamar aja Ca handuk kecil, sekalian sama selimut ya maaf ngerepotin."

Eca mengangguk dan segera melesat menuju kemar Jaka mencari handuk kecil dan selimut. Dengan cekatan Eca membuat air kompresan dan kembali lagi ke ruang tamu. Dia membuka selimut yang dia bawa dari kamar, perlahan menyelimuti Jaka.

Merasakan adanya gerakan, Jaka membuka mata perlahan, dia diam ketika Eca mulai mengompres dahinya.

"Ca gue suka.."

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang