17

1.1K 206 29
                                    

"Ca ngapain? Ibu tante masuk ya." Ibu Tante mengintip di balik pintu kamar Eca sementara Eca yang sedang melanjutkan menulis di laptop itu menoleh dan segera menutup laptopnya takut jika ibu sambungnya ini mengadu kepada Ayahnya.

Eca mengangguk, "masuk aja ibu tante maaf kalau kamar Eca berantakan belum sempet ngerapihin soalnya ada tugas dadakan nih padahal kan libur." Bohong Eca sambil menggaruk garuk tenguknya.

Ibu tante tersenyum dan memilih duduk di kasur empuk milik Eca. Dia melihat sekitar ke kamar si sulung ini, "itu rak buku kamu kosong Ca? Kenapa nggak diisi sama yang baru kamu beli kemarin?" Tanya wanita cantik dengan dress kuning pastel motif bunga matahari.

"Ibu tante kok tau aku beli buku?"

"Janaka yang cerita, katanya kamu diem diem beli buku pulang dari kampus diantar Saga. Kenapa nggak bilang sama ibu tante sih? Kan bisa nanti aku anterin," ujar ibu tante sambil menatap ke Eca.

Eca terkekeh saja.

"Oh iya Ca, bisa anterin ibu tante ke rumah temen nggak? Semua temen ibu tante lagi pada kumpul disana,tapi kalau emang nggak bisa ya ibu tante berangkat sendiri aja."

"Bisa kok ibu tante, Eca juga lagi nganggur di rumah."

"Ya udah kamu siap siap dulu aja ya ibu tante mau dandan juga."

"Oke siap ibu tante." Eca berdiri sambil menggerakan tangan bersikap hormat. Sementara ibu tante terkekeh dan langsung keluar dari kamar si sulung, wanita berumur tiga puluh tahunan itu sebenarnya mau saling bertukar cerita dengan Eca tapi dia rasa belum waktunya. Ketiga anak suaminya ini memang sudah menerima dan bersikap baik tapi tetap saja mereka masih belum bisa menaruh kepercayaan kepadanya.

Di dalam kamar Eca sudah bergegas untuk mengambil kardigan rajut warna coklat dan menganti celana kolor abunya menggunakan jeans panjang. Ia juga sempat memakai riasan tipis meskipun hanya sebatas mengantar saja tapi tetep harus kelihatan cantik dong, masa ibunya cantik Ecanya jelek.

Eca terlebih dahulu mengeluarkan mobil di bagasi sementara ibu tante menutup pagar dan menguncinya. Mereka sudah masuk dan menggenakan sabuk pengaman, tak lupa Eca juga menyalakan navigasi di mobil karna baru pertama kali ini mengantarkan ke rumah teman ibu tante.

Di perjalanan tak banyak yang mereka obrolkan palingan ibu tante cuma menanyakan soal cowok yang Eca sering ceritakan, cowok bernama Jaka itu.

"Jadi dia nggak gay Ca?" Tanya ibu tante memastikan kembali omongan anaknya.

Eca menggelengkan kepala sambil terus fokus menyetir.

"Terus kamu balik suka lagi sama dia?"

"Nggak lah ibu tante, aku udah bilang mau berhenti jadi berhenti toh di kampus dipikir pikir masih banyak yang ganteng daripada Jaka."

"Tapi kamu percaya nggak Ca sama yang bilang kalau jatuh cinta pas umur enam belas tahun itu pasti bakal punya posisi spesial di hati kamu? Ibu tante sih percaya soalnya sampe baru nikah sama ayahmu ibu tante baru bisa ngelupain mantan pertama di SMA."

"Pernah denger sih ibu tante tapi masa iya sih hahaha.."

"it's okay to fall in love at 16 because one day, when you've reached your dreams and you're already 30, you can never love the way how your teeneger self did"

Eca menoleh mendengar ucapan ibu sambungnya kemudian terkekeh dan fokus kembali melajukan mobil.

"Ibu tante jatuh cinta waktu kelas satu SMA dan kebetulan juga di umur yang ke enam belas tahun, menurut ibu tante itu jenis cinta yang murni. I can love him for who is he not for his job, degree, status or other material thing walau berakhir pisah tapi tetap ada tempat istimewa di hati ibu tante buat dia."

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang