18

1.1K 204 42
                                    

"Please gue butuh bantuan lo semua, tolong banget ini i'm begging bawa gue terbang ke mars atau kemana udah jangan tinggal di bumi."

Dimas yang baru datang di tongkrongan membuat keributan kecil disusul oleh Jakarta yang tertawa ngakak dan langsung memilih duduk di sebelah Megan yang asik meminum kopi hitam. Sementara Bima dan Jaka saling pandang menduga duga apa yang telah terjadi antara Dimas dan Jakarta.

"Lo semua tadi harusnya ada waktu Dimas di datengin Juju di kantin, mana mukanya Juju kek jijik banget ya ampun gue ketawa begini dosa nggak sih hahaha." Jakarta kembali ngakak lagi sambil menepuk nepuk pundak Megan membuat cowok ini hampir saja tersedak kopi.

"Kenapa dah?" Tanya Bima.

Jakarta mengusap air matanya, "Dimas ditolak sama Juju karna nembak itu cewek pake pantun yang dia tulis di sticky note, mana di tempel di mading lagi sumpah padahal gue udah ngasih saran nembak langsung aja biar malunya cuma kita yang tau ini sok sok an gaya biar kayak cowok cowok di novel," ujar Jakarta menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi.

Dimas yang daritadi menaruh kepalanya di meja akhirnya mendongkak juga, dia menatap ke arah Jakarta. "Emang anjing lo Jakarta temen lagi broken heart begini malah diketawain, gue doain putus mampus lo," sahut Dimas dengan pipi memerah malu akibat tolakan Juju barusan.

Jakarta langsung diem, takut kalau Dimas beneran doain dia putus sama Jesya.

"Emang lo bikin pantun modelan gimana sih Dim?" Tanya Jaka penasaran.

Dimas tanpa kata menyodorkan beberapa sticky note yang sudah diremas remas itu kepada Jaka membuat Bima langsung mengambil satu kertas dan membacanya dengan keras.

"Jalan jalan ke kota Paris, lihat rumah berbaris baris. Biarlah mati ditusuk keris, asal kudapat engkau yang manis, hestek terima aku Juju? Anjir Dim gue merinding sendiri bangsat," ujar Bima bergidik ngeri kemudian mengembalikan sticky note itu di meja.

"Gue bikin beginian mikir semalam juga kali lo pikir buat pantun gampang apa? Eh gue ditolak dong UANJENGG!!" Ujar Dimas menghentak hentakkan kakinya frustasi.

Jaka yang duduk tepat di samping Dimas mencoba menenangkan sahabatnya ini sambil menepuk nepuk punggung Dimas.

"Lo seharusnya berguru sama gue dulu Dim kalau mau nembak cewek," sahut Megan setelah menghabiskan kopi hitamnya. "Kemarin aja rumah gue di datengin banyak cewek cewek mana ada satu yang gemesin lagi."

"Siapa?" Tanya Bima penasaran.

"Temennya nyokap."

"Lieur maneh, itu mah emak emak Megan masa mau maneh embat juga atuh banyak banyak istigfar Meg..istigfar.." sahut Bima menggelengkan kepala tak percaya kalau Megan juga pecinta emak emak.

"Nggak heran sih gue ini kan Megan." Jaka ikut ikutan menimpali sambil membaca beberapa pantun buatan Dimas.

"Tapi beneran kemarin ada satu cewek anak kampus kita yang main ke rumah," ujar Megan dengan wajah menjengkelkan.

"Bukan Jesya kan?" Tanya Jakarta was was.

Megan menoleh, "bukan..bukan.. ayo tebak dong siapa?"

"ECAAAAAAA!!!!" Teriak Bima sambil berdiri dan menunjuk ke belakang Megan.

"WAH BETUL SEKALI ANDA IYA ECA YANG MAMPIR KE RUMAH KEMARIN YEY..YEY..YEY" heboh Megan.

"Bukan maksud gue itu ada Eca sama Jesya jalan ke sini." Bima menatap Megan sebentar kemudian kembali melambai lambaikan tangan ke arah Eca dan Jesya sambil tersenyum sumringah.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang