49

997 170 34
                                    

"Jadi lo sama Juwita ada masalah apa?"

Jesya memberikan minuman kepada Megan yang akhir akhir ini terlihat sangat tidak bersemangat menjalani hari harinya. Tentu saja mereka tidak berdua saja, Jesya ditemani oleh Jakarta yang sekarang sedang membawakan pesanan mereka.

Jakarta menaruh piring dengan hati hati di meja, kemudian ikut bergabung duduk di sebelah Jesya.

Megan meraih minuman coklatnya, meneguk sedikit kemudian mengaduk aduknya. "Gue juga nggak tau ada masalah apa dia tiba tiba ngajakin putus, mana di kampus juga jarang kelihatan gue mau nanya alasannya jadi nggak bisa, nggak pernah ketemu."

Jesya berdehem. "Mungkin lo pernah bikin salah apa gitu ke dia," ucap Jesya disetujui oleh Jakarta.

Megan diam tidak menjawab dan hanya mengamati gelas minumannya.

"Lo beneran sayang sama Juwita kan Meg?" Tanya Jesya.

Megan langsung mengangguk dan mendongkak. "Kalau gue nggak sayang sama dia nggak mungkin kan gue kayak orang gila begini diputusin sama dia, ya meskipun di awal niat gue jelek," sahut Megan sedikit demi sedikit memelankan suaranya. Dulu ketika Megan mengetahui bahwa ada seorang junior yang menyukainya dia memiliki pikiran untuk menjadikan cewek itu sebagai alasan bahwa dia sepenuhnya sudah melupakan Jesya dan cewek itu adalah Juwita.

Tapi semakin mengenal sosok Juwita, Megan merasa dirinya nyaman. Juwita memiliki sifat yang jauh berbeda dengan Jesya dulu, kalau Jesya sedikit tomboy Juwita ini lemah lembut. Mau berapa kalipun Megan menghiraukan pesan darinya, Juwita tidak pernah marah atau mengungkit ungkit bahkan cewek itu juga tidak pernah menuntun Megan untuk ini itu.

Megan tarik kembali ucapannya kalau Juwita tidak sepenuhnya mengisi hati Megan, cewek itu sudah mengambil semuanya.

"Maksud lo niat jelek itu apaan?!" Tanya Jakarta.

Megan menelan salivanya melirik ke arah Jesya dan Jakarta bergantian. Akhirnya Megan menceritakan semuanya, niat awal kenapa dia pacaran dengan Juwita sampai bagaimana Juwita benar benar mengisi hatinya.

Respon yang Megan dapatkan adalah Jesya dan Jakarta tertawa dengan keras. Mereka sampai sampai meneteskan air mata karna alasan konyol Megan itu.

"Jadi dulu lo masih gamon sama gue Meg? Anjir sumpah gue merasa bersalah banget," ucap Jesya.

Megan diam malu.

"Kasus lo sama kayak Jaka nggak sih? Kena karma." Jakarta menyahuti membuat Jesya yang awalnya tertawa itu kini menatapnya.

"Maksud kamu kena karma apa?" Tanya Jesya.

"Oh itu kemarin Jaka mabok terus cerita kalau dia suka sama Eca cuma Jaka takut aja mau confess, karna kamu tau lah masa lalu mereka berdua kayak gimana. Makan tuh karma makanya nggak usah aneh aneh, kalau emang belum move on mah bilang aja nggak usah nyeret anak orang juga."

Mendengar penuturan Jakarta barusan Jesya membeku. Jujur dia masih tidak rela kalau Eca harus dekat dekat dengan Jaka setelah masalah mereka dulu, tapi Jesya juga merasa sedikit tenang karna perubahan Jaka akhir akhir ini.

"Jangan jangan pas lo cium keningnya Jesya lo masih naksir sama Jesya ya Meg?" Tanya Jakarta dengan niat menggoda.

Megan menggelengkan kepala. "Nggak njing! Yang ada gue kaget, enak enak jalan mau ke kelas Juwita eh Jesya tiba tiba dateng mana narik tangan gue di bawah ke loker sepi. Gue kan takut doi mau ngapa ngapain gue," ujar Megan. Dia masih ingat jelas kejadian hari itu ketika Jesya bilang ingin memastikan sesuatu kepadanya.

Awalnya memang jantungnya berdetak tak karuan, karna satu memang dia takut Jesya berbuat macam macam kepadanya dan yang lainnya karna Megan kaget. Apalagi ketika Jesya mencium pipinya dan cewek itu menyuruh untuk membalas dengan mencium keningnya, Megan benar benar takut kala itu tapi perasaannya sudah tidak seperti dulu lagi. Mungkin Jesya juga merasakan perasaan yang sama seperti Megan dan setelahnya itu Jesya menceritakan semua.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang