46

920 163 35
                                    

Akhir akhir ini Megan merasa aneh dengan sikap Juwita, gadis yang kini menyandang status sebagai pacarnya ini bersikap seolah menghindarinya. Sudah dua mingguan ini dan itu benar benar membuat Megan frustasi rasanya.

Setiap Megan ajak untuk pulang bersama, Juwita selalu beralasan kalau ada kerja kelompok dan alasan itu berlangsung seterusnya.

Ketika berpapasan di kampus pun, Juwita hanya tersenyum kecil kemudian berlalu.

Sebenarnya ada apa dengan sikap gadis itu.

"BENERAN?! Semua lo yang bayarin kan Ja, nggak lebih tepatnya abang lo?" Dimas mengebrak meja kantin siang itu dengan girangnya membuat Megan yang duduk melamun di sebelah pemuda ini mengumpat kaget.

Jaka mengangguk sambil membuang stik permen, "lebih tepatnya abang gue cuma bayarin penginapannya aja, selebihnya mah sendiri sendiri," ucap Jaka meralat Dimas.

"Emang dalam rangka apa abang lo ngajak liburan?" Tanya Jakarta.

"Ulang tahun istrinya," jawab Jaka, "kakak ipar gue pengen banget liburan ke Bali. Dulu sebenarnya honeymoon mereka mau ke sana tapi sama bokap nggak dikasih ijin dan sekarang mumpung abang udah punya duit sendiri dia ngajakin gue."

"Dan lo ngajakin temen temen lo? Pinter banget emang bestie kita satu ini," sahut Bima.

Jaka hanya tersenyum. Sebenarnya Jaka tidak ada keinginan untuk mengajak ke empat temannya ini, dia hanya ingin mengajak satu orang tetapi tentu saja akan menimbulkan banyak gosip sana sini, karna orang yang ingin Jaka ajak adalah Eca.

Tentu saja kalau Jaka hanya mengajak Eca, ke empat temannya akan terus mengolok oloknya, Jaka juga pasti akan kesusahan jika meminta ijin ke orang tua Eca makanya dia berinisiatif mengajak ke empat sahabatnya ini karna otomatis jika Jakarta ikut Jesya tentu akan ikut juga, jika Jesya ikut maka besar kemungkinan Eca akan ikut.

Diam diam dalam hatinya Jaka merasa bangga dengan otak cerdasnya.

"Gue kalau ngajakin Lilis nggak papa nih Ja?" Tanya Bima dengan mata penuh harap.

Jaka mengangguk.

Bima bersorak kegirangan. Segera setelah mendapat lampu hijau dari Jaka, dia mengirimkan pesan kepada Lilis.

"Gue tanya Jesya dulu deh dia mau ikutan atau nggak," ucap Jakarta.

"Kalau doi lo nggak ikut lo juga nggak ikut gitu Ta?" Tanya Dimas yang segera dijawab anggukan oleh Jakarta. "Ya gusti lo beneran udah jadi budak cinta banget ya Jakarta, gue sih fix ikut Ja soalnya kapan lagi ke Bali gratis tumpangan sama penginapannya kan, lo gimana Meg?"

Megan yang namanya dipanggil itu menoleh dengan lesu, "apaan?"

"Anjir Megan lo kenapa? Muka lo kusut banget udah kayak nggak mandi dua tahun," ucap Dimas sambil mengecek wajah Megan.

Megan yang risih menepis tangan Dimas, "lo habis makan tahu petis pegang pegang wajah gue, bau semua tau," protes Megan. "Lo semua tadi bahas apaan? Sorry gue nggak fokus banget kemarin habis begadang soalnya."

"Jaka mau ngajakin kita liburan di Bali, lo mau ikut nggak?"

Megan melirik ke arah Jaka yang masih terus memakan batagornya. Pemuda tampan ini kemudian menghela napas kemudian mengusap kasar wajahnya, "gue lupa kalau bentar lagi liburan akhir semester." Bukannya menjawab pertanyaan Dimas, Megan malah mengucapkan hal lainnya.

"Nah maka dari itu sebelum kita masuk ke dunia mahasiswa tua, kita have fun dulu. Lo mau kan ikut?" Ucap Bima.

Megan mendesah pelan. "Kalau ngajak ceweknya boleh emang Ja?" Tanya pemuda ini ke arah Jaka.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang