47

1K 171 27
                                    

"Kita tuker motor dulu ke kafe D'nalu ya soalnya Megan lagi disana," ucap Jakarta sambil menyodorkan minuman dingin kepada Jesya.

Jesya menerima botol minuman itu kemudian meneguknya hampir setengah dan mengembalikan kembali kepada Jakarta.

"Sini biar aku yang bonceng kamu, kafenya deket juga kan," titah Jesya sambil tersenyum memandang Jakarta.

Ingin rasanya menolak permintaan Jesya tetapi pertahan Jakarta runtuh ketika melihat mata besar Jesya mengerjap lucu. Memang dasarnya mental Jakarta saja yang lemah kalau berhadapan dengan cewek bernama Jesya ini.

Mengalah, akhirnya Jakarta mengiyakan dengan syarat dijalan Jesya harus hati hati dan tidak terlalu berjalan di tengah, cukup di pinggir saja.

Dengan senangnya gadis ini menyanggupi permintaan Jakarta. Jesya menstaster vespa merah ini dengan eskpresi bahagia, "ternyata bisa motoran seru juga ya," ucap Jesya senang.

Terdengar bunyi yang cukup menganggu indra pendengaran mereka berdua tetapi tidak apa, Jesya masih saja bahagia karna usahanya selama ini membuahkan hasil. Pulang nanti dia akan memamerkan ini kepada kedua orang tuanya dan tetangga tetangga bahwa dia sudah bisa mengendarai sepeda motor.

"Ayo naik Jakarta!" Jesya terlampau senang, selama ini dia hanya bisa duduk diam di jok penumpang dan kini akhirnya dia bisa mengendarai sendiri. Jakarta hanya tersenyum di belakang Jesya, tangannya memegang ujung jaket merah marun Jesya sebagai pegangan.

Awalnya memang berjalan mulus dan lancar, sampai sampai Jesya mendapat pujian dari pacarnya ini tetapi ketika dekat dengan area kafe vespa mereka tiba tiba berhenti mendadak karna Jesya menekan rem ketika melihat ada kucing melintas.

"JESYA GAK PAPA?!" Teriak Jakarta memastikan keadaan cewek di hadapannya ini.

Sementara itu Jesya menunduk, "KUCING OREN NIH EMANG NGESELIN YA?! Kalau mau nyebrang ngasih aba aba dulu kek main jalan jalan aja, untung nggak gue tabrak lo."

Jakarta langsung terdiam. Sementara Jesya masih saja mengomel kepada kucing oren yang terlihat acuh dan terus berjalan tanpa memperdulikan omelan Jesya.

"Dasar." Setelah puas mengomel Jesya kembali menyalakan mesin vespa ini. Dia menunduk dan segera menoleh ketika merasakan tangan Jakarta memeluknya dari belakang.

Tangan besar itu memeluk Jesya dengan erat, membuat Jesya kaget bukan main.

"Sialan Jakarta kenapa tiba tiba main peluk sih hah?!" Gumam gadis ini dalam hati. Entah kenapa rasanya Jesya ingin berteriak karna baru pertama merasakan dipeluk Jakarta saat mengendarai motor karna biasanya dia kan yang meluk Jakarta.

Salting, iya Jesya salah tingkah.

"Ayo buruan jalan kenapa diem aja? Mau aku aja yang nyetir?" Ucap Jakarta memajukan wajahnya yang langsung mendapat balasan gelengan oleh Jesya.

Gadis itu akhirnya melajukan kembali vespa menuju ke tempat Megan berada. Dan saat memasuki area parkiran, Jesya maupun Jakarta tertegun ketika melihat Megan berdiri di depan pintu masuk kafe memandangi kepergian seorang perempuan.

"Itu Juwita kan?" Bisik Jakarta.

Jesya mengangguk. Dia mengerutkan dahinya bertanya tanya, sebenarnya mereka kenapa.

🐙🐙🐙

Setelah tadi puas menonton pertunjukan Jesya mengendarai vespa, Jaka yang memang belum mengisi perut sejak siang tadi mengajak Eca untuk makan bersama di salah satu warung makanan langganannya.

Karna mereka masing masing membawa motor dan Eca ijin untuk mengantarkan Bintang ke pangkalan ojek, maka dari itu Jaka menunggu kedatangan Eca di depan warung makanan sambil melihat jam tangannya.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang