"Anjing ini hujan kenapa nggak berhenti henti sih? Udah mau mahrib juga nih, terobos aja lah Dim daripada nanti makin malam pulangnya." Juju memakai penutup jaketnya dan segera memasang helm. Melihat hujan yang tak kunjung reda, Juju berniat mengajak Dimas untuk menembusnya.
"Tungguin biar sedikit reda Ju, gue takut kalau bawa motor hujan hujan begini," jawab Dimas.
Juju mengumpat pelan, gadis ini berusaha untuk menyakinkan Dimas bahwa mereka akan baik baik saja selama perjalankan.
"Kalau lo nggak berani sini udah gue aja yang bawa, laper juga nih."
Karna desakan gadis keras kepala ini, akhirnya Dimas luluh dan melanjutkan perjalanan untuk pulang. Tanpa jas hujan, baju dan badan mereka berdua sudah basah akibat terpaan air hujan yang semakin deras itu, untunglah ketika sampai di daerah dekat penginapan hujan tidak sederas tadi.
Dimas memarkirkan motornya sementara Juju langsung berlari masuk dengan keadaan basah kuyup.
Keadaan villa sepi, mungkin anak anak sudah masuk ke kamar masing masing karna memang hujan dan dingin. Dimas yang kini juga sudah masuk segera berlari ke arah kamarnya, mengambil handuk dan melirik sekilas Megan yang asik bercengkrama dengan seseorang di balkon bahkan anak itu sampai tertawa terbahak bahak.
Bersamaan dengan Dimas yang keluar dari kamar, Juju juga berlari untuk masuk ke kamar mandi. Mereka bertukar pandang sebentar, "lo duluan aja," ujar Dimas.
Juju mengangguk dan segera masuk.
Ada sekitar 30 menit Juju berada di dalam kamar mandi, sementara Dimas yang kini sudah berganti pakaian duduk sambil merokok di ruang tengah dengan keadaan gelap. Gadis itu keluar dengan handuk yang ditaruh di kepalanya, dengan gerakan mata Juju menyuruh untuk Dimas segera mandi.
Dimas berdiri, membuang putung rokoknya. Pemuda ini berjalan ke arah kamar mandi tapi menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu, "ada yang mau gue omongin tungguin gue di ruang tamu," ucap Dimas dengan nada serius.
Juju terdiam dan tidak membalas omongan Dimas, gadis ini melanjutkan jalannya menuju ke kamar.
Setelah sampai di kamar, Juju meletakkan handuk basahnya di atas kasur. Gadis kurus ini menjatuhkan diri dengan posisi wajah menghadap kasur, kejadian tadi di pantai terputar kembali di otaknya padahal beberapa waktu yang lalu setelah mereka melakukan itu Dimas sudah berjanji untuk tidak pernah melakukannya lagi, tapi cowok itu tiba tiba saja menyerang Juju.
Bukan menyerang sampai melukai Juju, Dimas menyerang dalam artian lain.
Dimas mencium Juju, meninggalkan banyak bekas di leher jenjang gadis ini. Tentu saja Juju tidak tinggal diam seperti beberapa waktu yang lalu di kosan Lilis, dia memberontak mencoba melawan tetapi tenaga Dimas yang jauh lebih besar ketimbang dirinya membuat Juju tidak bisa berkutik.
Apalagi omongan cowok itu yang membuat Juju ingin mengeluarkan ingatannya itu.
"Let me be closer by your side than anyone else. I want you everything." Suara serak Dimas di tengah tengah sepinya pantai itu masih bisa Juju dengar sampai saat ini.
Juju kembali menenggelamkan kepalanya di kasur dengan kaki menendang nendang udara.
Menarik napas kemudian menghembuskannya, Juju berdiri dan berjalan menuju ke koper. Dia mengambil bedak dan liptintnya, memakai setipis mungkin.
"Okay Ju, bersikap biasa aja. Nggak usah terlalu dipikirkan omongan Dimas," ucap Juju sebelum akhirnya keluar dari kamar menuju ke sofa ruang tengah. Dia memang tidak tau apa yang akan Dimas bicarakan dengannya, tapi yang pasti ini ada sangkut pautnya dengan kejadian di pantai tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Jaka! [END]
FanfictionEca udah naksir sama Jaka sejak SMA, tapi Jaka nggak. Dulu Eca jelek, bau, gendut, jerawatan tapi sekarang Eca udah berubah jadi cewek cantik. Akankah perubahan Eca bisa membuat Jaka jatuh cinta.