27

1K 171 27
                                    

"Lo nggak demen sama Eca kan Ja? Gue lihat akhir akhir ini lo sering nganterin balik itu cewek," kata Dimas kepada Jaka. Malam itu mereka berkumpul di kosan salah satu teman Tayo yang memberikan informasi tentang lomba film pendek.

Di sini ada Mahesa, Milan, Jakarta, Tayo, Megan, Dimas, Bima, Ogel, Yatno, Suryo dan masih banyak lagi. Suryo inilah yang memberitahu projek film yang diadakan salah satu perusahaan periklanan.

"Kenapa emang?"

"akhir akhir ini lo sering jalan berduaan sama dia njing, apa dong kalau nggak demen?" Tanya Dimas.

"Emang kalau gue baik ke dia artinya gue demen gitu?" Jawab Jaka membuat Dimas langsung terdiam. "Sekarang gue belum ada pikiran buat ada di suatu hubungan Dim, seminggu lagi adek gue menikah belum lagi dua bulan setelah ini bokap bakal peresmian anak perusahaan baru, ini aja kepala gue rasanya mau pecah."

"Peresmian perusahaan?" Ulang Dimas sambil mengerjap, "terus hubungannya sama lo apa kok lo yang pusing?"

"Sebagai penerus bokap secara nggak langsung gue dikasih kepercayaan buat megang anak perusahaan ini, setelah gue lulus otomatis gue bakalan kerja di sana nah nanti di peresmian perusahaan baru gue disuruh pidato di depan media makanya ini kepala gue pusing gak tau harus pidato apaan," kata Jaka sambil meminjat pelipisnya.

Kemarin malam ayah dan ibu angkatnya tiba tiba datang ke rumah memberitahu rencana mereka soal peresmian perusahaan baru dan sialnya Jaka harus mau mengurus perusahaan itu sebagai ganti Sekala. Awalnya tentu saja Jaka menolak, tetapi perusahaan ini berbeda dengan perusahaan ayahnya yang lain.

Perusahaan ini berbasis IT yang tentunya membutuhkan seorang design grafis di sana. Setelah berdiskusi dengan Sekala, akhirnya Jaka menyanggupi dengan syarat mereka tidak mencampuri urusan pribadi Jaka.

Ayahnya pun setuju, dia berjanji akan acuh dengan urusan anaknya ini asal Jaka bertanggung jawab penuh ke perusahaan.

Dan itulah awal mula kepala Jaka ingin copot dari tubuhnya.

"Anjing Jaka lo ternyata bener bener kaya ya gila, kalau gue lulus kuliah mau lamar kerja di perusahaan bokap lo aja deh biar kecipratan kaya," ucap Dimas takjub kepada temannya ini. "Lo mau pidato kan? Mau gue bantu bikin kata katanya nggak? Gue ahli merangkai kata."

Jaka menggeleng teringat lagi puisi cinta yang Dimas buat untuk Juju, "udah dibikinin sama abang gue."

Dimas mengangguk angguk sambil tersenyum. Ah rasanya masih belum percaya kalau dia bisa dekat dengan salah satu anak pengusaha kaya raya, andai aja Jaka cewek sudah pasti Dimas akan melakukan 1001 cara menaklukan Jaka, sayangnya temannya ini cowok.

Tayo dan Surya kembali dari luar dan mereka melanjutkan lagi diskusi yang sempat tertunda sebentar.

"Jadi gimana nih? Lo semua beneran mau ikut lomba film pendek ini atau nggak? Kalau emang mau ada yang mundur gue persilahkan mumpung tim juga belum kebentuk, waktu pengumpulan juga masih lama sekitar enam bulanan lagi." Surya memimpin diskusi malam ini sambil melihat satu persatu ke arah anak anak yang berada di sana. "Jadi lo semua mau? Oke kalau gitu gue mau bilang makasih, sisanya gue serahin ke Tayo buat handle yang lain."

Tayo mengangguk, "karna kita belum ada tim ada baiknya bentuk dulu kan? Nah di sini yang kita butuhin masih banyak, misal pemerannya belum ada, naskah juga belum, kalau soal MUA cewek gue katanya bisa, fokus kita sekarang ada di jalan cerita filmnya. Dari kalian semua ada yang kepikiran mau bikin cerita gimana?" Tanya Tayo tegas.

Bima mengacungkan tangan tinggi, "gue boleh usul nggak bang?"

"Silahkan."

"Gue punya kenalan,lebih tepatnya cewek gue punya temen anak sastra dia penulis novel yang naskahnya pernah dipinang sama penerbit, kalau gue minta bantuan ke dia gimana bang?" Tanya Bima senyum senyum.

Hello, Jaka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang