Jesya tidak pernah menduga paginya akan dimulai dengan Megan. Gadis ini sekarang berada di mobil Megan, bersama dengan Dimas dan juga Bima di belakang.
Ya Jesya sekarang duduk di depan bersebelahan dengan Megan setelah subuh tadi Jakarta bilang kalau nanti dia nggak bisa nganterin Jesya ke kampus dan sebagai gantinya akan di jemput Megan. Tentu aja Jesya nggak mau berduaan aja sama Megan maka dari itu Jakarta nyuruh Dimas sama Bima untuk nemenin mereka.
"Emang kalau orang kaya itu beda ya, helm nggak dibalikin sama temen gantinya pake mobil." Bima memulai obrolan garing di mobil ini berusaha untuk memecahkan keheningan.
"Emang lo, helm nggak dibalikin malah nyuri helm orang lain." Dimas menyahuti membuat Jesya yang duduk di depan itu terkekeh dan menoleh sekilas.
"Anjir bukan gitu. Nih Jakarta nyuruh gue buat jemput Jesya tapi suruh ramean nggak berduaan aja makanya gue bawah mobil," sahut Megan masih fokus menyetir.
"Pinter juga cowok lo Jes karna kalau cewek sama cowok berduaan tebak yang ketiga siapa? Iya, setan. Bisa bisa lo sama Megan diterkam pake gigi taringnya nanti," ucap Dimas.
Jesya mengangguk, menoleh ke belakang. "Gue tuh udah kenal sama tabiat Megan kayak gimana jadi ya antisipasi dulu lah," ujarnya kemudian menatap Megan sekilas dan mendengus.
"Emang gue kayak gimana Jes?" Tanya Megan.
"Kayak tai sih," sahut Bima membuat Dimas dan Jesya tertawa. "Lo beneran kayak tai Meg, kemarin lo kata Lisa nganterin Eca balik kan? Padahal dua hari yang lalu lo sama Juwita, kemarin sama Eca, sekarang sama Jesya kek semua cewek lo embat ah."
"Eca?" Tanya Megan menaikkan satu alisnya. "Gue nggak pernah tuh nganterin Eca balik, apa gue lupa ya? Eh, tapi beneran nggak kemarin kan kita ngopi sama Bang Tayo di tempat biasa."
"Iya juga ya terus yang kemarin nganterin Eca balik siapa? Kata Lisa pake helm lo kok," ujar Bima.
"Helm gue kan dipinjem sama Jaka sat," sahut Megan menghentikan mobil di lampu merah. Pemuda itu menoleh ke belakang, "kemarin Jaka pinjem helm ke gue sampe sekarang belum dibalikin."
"JANGAN JANGAN..." Dimas menutup mulutnya sendiri seolah shock mendapat berita besar. Bima yang juga duduk di sebelah pemuda itu sama memberikan reaksi terkesan lebay.
"Waduh Jaka bilangnya nggak demen tapi nganterin balik juga," ujar Bima menggelengkan kepala. "Emang omongan cowok itu nggak ada yang bisa dipercaya."
"Termasuk omongan kita juga? Kita kan cowok," sahut Dimas.
"Oh iya juga ya.."
Jesya cuma menghela napas aja, diantara ke empat orang yang ada di sini mungkin bisa dibilang cuma dia aja yang waras.
"Gue turun di gerbang aja. Mau ngejilid tugas dulu." Jesya sudah siap melepas sabuk pengamannya setelah melihat gerbang kampus tak jauh di depan.
"Gue juga deh bareng sama Jesya. Mau ke fakultasnya Lilis dulu," ujar Bima terkekeh menampakkan barisan gigi putihnya.
"Lo nggak mau turun di gerbang juga?" Tanya Megan kepada Dimas.
Cowok kurus itu menggeleng, "karna kita sefakultas, gue turun barengan sama lo aja hehe."
Megan menghentikan mobilnya tepat di samping gerbang kampus, Bima lebih dulu turun disusul oleh Jesya.
"Gue duluan ya Meg, Dim." Jesya melepaskan sabuk pengamannya seraya membuka pintu mobil. Gerakan Jesya terhenti ketika Megan dengan reflek memegang lengannya.
"Kalau nanti Jakarta nggak bisa jemput lo chat aja gue ya," ucap Megan dengan nada suara datar.
Jesya sejenak mengerjap kemudian menarik lengannya dan mengangguk. Jesya memandangi kepergian mobil Megan dengan diam sementara Bima juga sudah pamit untuk pergi ke fakultas Lilis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Jaka! [END]
FanfictionEca udah naksir sama Jaka sejak SMA, tapi Jaka nggak. Dulu Eca jelek, bau, gendut, jerawatan tapi sekarang Eca udah berubah jadi cewek cantik. Akankah perubahan Eca bisa membuat Jaka jatuh cinta.