Aku duduk di Taman Tasik Titiwangsa dengan Jun petang tu sambil mengambil gambar. Jun melayan je kerenah aku yang mengkritik gambar-gambar yang aku ambik sendiri.
"This one's nice," katanya.
"Nice is not enough, babe. I need the like's of 'amazing', 'fantastic' and 'incredible'!" balasku.
"Perfectionist!" Jun pura-pura mendengus.
"Of course! Kalau tak, takkanlah I pilih you," balasku sambil memberikan ciuman ringkas di pipinya. Dah merah dah pipi dia.
"What was your ex like?"
Aku tak tau sama ada faktor ke-selamba-an Jun mengutarakan soalan tu, ataupun aku sendiri yang tak pernah menduga soalan tu akan datang seawal ni dalam perhubungan kitorang... tapi aku agak terkejut.
"Don't you think that question should be asked at a later phase of our relationship?" dengan jujur aku menyuarakan pendapat aku.
"Oh, really? I tak tau pun yang hubungan kita ni berperingkat."
Aku tersenyum. Jun cukup pandai bagi balasan macam tu.
"Takdelah... I mean... Well, what do you wanna know?"
"I nampak dia sekali lalu je, masa kat apartment you tu. Dia nampak macam jenis yang lemah-lembut, sopan-santun. Very perempuan Melayu terakhir. Is that your type?" Mak aih.... directnya!
"Well, you've also met Raina, who's bold and very modern," kataku.
"Exactly! Tu skandal, bukan girlfriend," balas Jun.
"Your point, my dear?"
Jun memusingkan badannya ke arahku dan bersila di atas bangku yang kitorang duduk. "My point is... I'm more like Raina than Suhani. Raina was your scandal, Suhani was your steady girlfriend. Still don't know where I'm going with this?"
Aku ketawa. Aduihhh... comel la minah ni.
"What? It's not funny!"
"You're right. It's not funny," kataku sambil menghentikan tawaku. Aku memandang Jun dengan wajah serius dan berkata, "It's ridiculous."
"What is?"
"For you to even think that I'm not taking our relationship seriously," tegasku.
"I tak cakap macam tu..."
"You takut I anggap you sekadar skandal I. Betul kan?"
"I'm just saying..."
"You're just saying that I might not love you enough. You're just saying that you don't seem like my type, so I'm just goofing around till my actual type comes along." kataku.
Jun terdiam.
"Kalau I cakap kat you memang tu yang I tengah buat, macam mana?"
Jun memandang tepat ke arah mata aku, dan dengan yakin aku membalas renungannya.
"Itu bukan Amir yang I kenal," balasnya.
Aku ketawa sinis. "You cukup kenal ke dengan orang yang bernama Amir ni?"
"Sebab tak cukup kenal la I tanya soalan-soalan macam ni, supaya I lebih kenal," jawabnya, pantas.
Aku melepaskan keluhan. Aku merenung jauh ke bumbung Istana Budaya yang dapat dilihat dari Taman Tasik Titiwangsa tu.
"Kadang-kadang I pun susah nak kenal diri I sendiri Jun. Banyak sangat benda yang tak pasti dalam hidup I," ujarku.
Jun diam.
YOU ARE READING
KELABU (Novel)
Teen FictionSenang kalau hidup dalam dunia hitam putih. Baik-buruk, betul-salah, cinta-benci, lelaki-perempuan. Apa jadi pada yang di tengah-tengah? Apa jadi pada orang-orang macam aku? Bila Jun datang pada aku, menawarkan posisi sebagai 'boyfriend kontrak', ak...
