18

40 6 3
                                    

[DELAPAN BELAS]


Raut khawatir tercetak jelas diwajah Raga. Hari ini, ia dan Ana tidak sekolah. Ana izin karena sedang sedang demam, sedangkan Raga izin karena ingin menjaga Ana.

Karena Ana sendirian di rumah, jadi ia memutuskan untuk tidak sekolah dan memilih menemani Ana di rumahnya. Padahal Ana melarangnya, tapi Raga tetap pada pendiriannya. Akhirnya ia membiarkan Raga.

Sekarang, mereka sedang berada ditaman belakang rumah Ana, mereka memilih duduk di kursi taman yang berada dibawah pohon, karena disana teduh. Raga masih memakai seragam sekolahnya, sedangkan Ana dengan piyamanya.

"Padahal kemarin udah gue bilang, nanti sakit. Tapi lo nggak mau denger, demam kan lo?" Ana memutar bola matanya, "Udah berapa kali lo bilang gitu, Ga. Udah deh, capek gue dengernya, yang lain kek" Ucap Ana kesal.

Raga mengehela nafas, "Yaudah, sorry" Ana hanya mengangguk tanpa menoleh.

"Coba sini gue cek" Perintah Raga dan langsung dilaksanakan Ana. Ia berbalik menghadap Raga yang duduk disampingnya.

Raga meletakkan punggung tangannya didahi Ana sejenak lalu menariknya kembali, "Udah mendingan, tapi lo harus tetep istirahat, minum obat juga jangan lupa" Peringat Raga.

Ana tersenyum lalu mengangguk, "Perhatian banget sihh" Goda Ana sambil menunjuk-nunjuk wajah Raga.

Raga terkekeh dengan tingkah Ana, lalu mengacak rambut Ana, "Harus dong, lo kan kesayangannya gue"

Ana ikut terkekeh, "Janji?" Ana mengangkat kelingkingnya didepan Raga. Raga yang tidak mengerti, menekuk alisnya dan menatap bingung, "Hm?"

Ana mengendus kesal, "Janji, kalau lo bakalan terus sayang sama gue, oke?" Ucap Ana dengan senyuman diwajahnya.

Raga terkekeh, lalu menautkan kelingking mereka, "Janji" Setelah itu mereka tertawa bersama, lalu kembali menghadap kedepan menatap bunga-bunga.

"Na" Panggil Raga tanpa menoleh, tatapan mereka berfokus pada bunga-bunga didepannya. "Hm?" Jawab Ana.

"Lo sadar nggak sih, kita tuh terlalu cepat" Ana menoleh dengan raut bingung, "Maksudnya?" Tanya Ana.

"Lo yakin? Kalau kita, beneran saling suka?" Tanya Raga menatap lekat Ana.

Ana menunduk lalu mengehela nafas, "Maksudnya, lo nggak beneran suka sama gue? Gitu?" Ana balik bertanya dengan raut wajah murung.

"Nggak gitu Na, mak-"

"Terus apa?" Potong Ana dan mendongak menatap Raga. Melihat Raga yang diam, Ana terkekeh hambar, lalu kembali menunduk, "Mmm, mungkin, gue aja yah? Yang terlalu mengharap" Gumam Ana, yang masih bisa didengar oleh Raga.

Perlahan air mata Ana mengalir, menetes kebawah. Raga tidak menjawab, ia menarik Ana ke dalam pelukannya. Tangisan Ana pecah, dapat Raga dengar isakan kecil yang keluar dari mulut Ana.

"Bukan gitu, denger gue dulu. Gue tadi cuman bercanda. Maksudnya, semuanya tuh terjadi cepat banget, rasa suka gue ke lo itu timbulnya cepet banget, dan itu semua nyata. Cinta lo itu nggak sepihak, gue juga sama kayak lo, gue cinta dan sayang sama lo. Ngerti?" Jelas Raga.

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang