Assalamualaikum..
Vote Dulu!!
Selamat Membaca💜
----Pagi ini, Ana sudah bersiap berangkat sekolah dengan seragam lengkap dan rapih. Rambut hitam panjangnya ia gulung lalu diikat keatas, karena hari ini sedang panas. Seperti biasa, ia akan berangkat bersama Raga.
Melihat mobil Raga yang sudah sampai Ana pamit lalu masuk kedalam mobil Raga, dan memasang sabuk pengaman.
"Udah sarapan?" Tanya Raga sambil menjalankan mobilnya menuju sekolah.
Ana menoleh dan menatap heran Raga. "Tumben nanya? Ada apa nih?"
"Nggak, basa basi doang" Ana hanya mengangguk tanpa menjawab pertanyaan Raga sebelumnya.
Raga memarkirkan mobilnya lalu keluar menuju kantin, tanpa menghiraukan Ana. Ana yang melihat itu bingung "Raga kenapa? Gue ada salah yah?" Gumam Ana pelan. Lalu berjalan menuju kelasnya.
Saat sedang dikoridor, ada yang menepuk bahunya dari belakang. "Eh" Ana menoleh dan mendapati Deon yang tersenyum kepadanya. "Kenapa?" Suara Ana terdengar dingin.
Sejujurnya, ia masih sedikit kesal dengan Deon yang sering mengajak ketemuan, tapi ujung-ujungnya tidak datang dan tidak memberi kabar.
"Lo marah ya? Sorry yah. Malam itu gue ada urusan mendadak, dan nggak sempat buat ngabarin. Sorry yah?" Ucap Deon sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
Ana menghela nafas lalu mengangguk. Setelah itu ia lanjut berjalan menuju kelas.
Deon sudah bisa menebak, Ana pasti masih marah padanya. Tapi ia tidak terlalu ambil pusing, ia tau Ana tidak akan marah terlalu lama padanya.
Dari jauh, Raga melihat kejadian itu dengan jelas. Raga sedikit emosi ketika melihat Deon yang bersikap biasa-biasa saja setelah apa yang dia lakukan. Membiarkan seorang gadis ke club sendirian.
Raga tau, Deon tidak mungkin sebodoh itu untuk tidak mengetahui kejadian buruk apa saja yang bisa terjadi.
----
Tak terasa, bel pulang sudah berbunyi. Koridor mulai ramai dengan siswa siswi yang sudah siap untuk pulang. Begitu pula Ana.
Ana berjalan menuju parkiran dengan senyuman kecil, tapi langkahnya terhenti bersamaan dengan senyumannya yang perlahan memudar. Ia melihat Sonya dan Raga berjalan berdampingan menuju mobil Raga dengan senyum yang mengembang diwajah masing-masing.
Ana berbelok menuju gerbang lalu berdiri dipinggir jalan dekat gerbang. Sepertinya, ia akan pulang naik taksi saja.
Mobil Raga melewatinya. Ana bisa melihat Sonya yang tersenyum mengejek kearahnya lewat jendela mobil yang terbuka.
Ana menatap mobil Raga yang semakin jauh. Ana baru sadar, hari ini Raga jarang berada didekatnya. Istirahat pertama dan kedua pun, Raga tidak datang padanya.
"Raga kenapa?" Hanya itu yang bisa ia lakukan. Bertanya dalam hati, pada diri sendiri.
"Ga usah dipikirin" Ana terkejut dengan suara tiba-tiba itu. Setelah menoleh, ternyata itu Lintang.
"Mikirin apa? Gue ga ada mikirin apa-apa" Ana berbohong, padahal ia sedang memikirkan Raga yang sedikit berbeda hari ini.
"Mikirin mau pulang naik apa" Ucap Lintang. Ia tau apa yang dipikirka Ana. Ia juga sama, bingung dengan sikap Raga hari ini. Lebih banyak diam.
"Lo ngga pulang?" Tanya Ana.
"Pulang."
"Te-"
"Lo ikut gue, gue anter" Ana hanya mengangguk, lalu mengikuti Lintang.
Didalam mobil tidak ada yang berbicara hingga mereka sampai dirumah Ana. Ana sibuk dengan lamunannya, dan Lintang sibuk menyetir.
Setelah berterimakasih, Ana langsung masuk kedalam rumahnya. Sedangkan Lintang kembali menjalankan mobilnya.
Ana melepas tasnya lalu merebahkan tubuhnya dikasur empuknya. Memejamkan matanya berusaha menghapus Raga dari pikirannya saat ini. Tidak lama kemudian ia masuk ke alam mimpi.
----
Hari ini tidak seperti biasanya. Raga tidak lagi menjemputnya. Jadilah, hari ini ia berangkat bersama Ayahnya, kebetulan juga Ayahnya tidak sedang terburu-buru.
"Tumben hari ini nggak berangkat sama Raga, kalian lagi marahan?" Tanya Ridwan, sambil menyetir.
Ana hanya menoleh sekilas. "Nggak kok, ngga papa". Ridwan mengangguk mengerti.
----
Istirahat kedua tiba, Ana berjalan berdampingan bersama Deon kekantin. Seperti tebakan Deon, Ana tidak akan marah terlalu lama padanya. Dan Ana pasti akan selalu memaafkannya.
Tidak sengaja mereka berpapasan dengan Raga dan dua sahabatnya, yang berjalan berlawanan arah dengannya.
Ana tersenyum pada mereka bertiga, dan dibalas senyuman dari Reno dan Lintang. Sedangkan Raga tidak, bahkan menoleh atau melirik padanya pun tidak.
Ana sedikit sakit hati karena diabaikan, tapi ia tetap terlihat biasa-biasa saja. "Raga kenapa?" Lagi-lagi ia hanya bisa bertanya dalam hati, pada diri sendiri.
Ana dan Deon sedang makan bersama 2 teman sekelas mereka, sambil sesekali bercerita soal tugas kelompok yang diberikan guru. "Jadi kapan kita kerjanya?" Tanya Aldi, teman kelompok mereka.
"Ntar malam aja gimana?" Tanya Lian, teman kelompok mereka.
"Terserah kalian aja" Jawab Ana dan diangguki Deon.
"Yaudah. Jam 10 malam kita berkumpul di club, buat kerja kelompok. Oke?" Ucap Lian.
Mendengar usulan Lian, Ana menoleh dengan wajah heran. "Ke-" Baru akan protes, Deon sudah lebih dulu menyetujui.
"Oke." Potong Deon sambil mengangguk, lalu menoleh kearah Ana. "Lo berangkat bareng gue aja, yah?"
Ana berfikir sejenak lalu mengangguk. "Oke" Ana mencoba membuang pikiran buruknya. Lagipula ia tidak sendiri, ada Deon dan 2 temannya juga.
"Oke. Gue sama Lian duluan yah, ada urusan" Pamit Aldi sambil melirik Lian. Ana dan Deon hanya mengangguk lalu kembali makan.
Deon melirik Ana disampingnya, "Ngga usah khawatir, ada gue" Ana hanya menoleh sekilas lalu mengangguk.
Bersambung-
Vote & Komen!!
See You~
-Thank You💜
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGANA [END]
Teen Fictionºººº - RAGANA ALBIANO PUTRA & ANARA ADRIAN - Ragana Albiano Putra. Cowok 18 tahun, yang merupakan salah satu siswa populer di SMA NUSANTARA. Sifatnya yang ceria, membuat orang-orang menganggap bahwa dia baik-baik saja. Tapi tanpa mereka sadari, tern...