[EMPAT BELAS]
Ana mendorong troli sambil mengikuti Bundanya yang sedang berjalan sambil melihat-lihat isi rak supermarket. Ana mengendus kesal, sudah satu jam ia menunggu, tapi Bundanya tidak selesai-selesai. "Bund, masih lama nggak? Ana capek" Tanya Ana.
"Siapa suruh ikut?" Bundanya balik bertanya tanpa menoleh sedikitpun.
Memang tadi Ana yang memaksa ingin ikut dengan alasan bosan jika di rumah terus, jadi Bundanya mengiakan. Tapi Ana tidak tau jika akan selama ini. Mereka pergi bertiga dengan Arlan, tapi Arlan tidak ikut masuk, ia hanya menunggu di mobil, karena ia sudah tau jika ia ikut Bundanya, ia pasti akan capek. Apalagi ini belanja bulanan, pasti lama.
"Tapi kan A-"
"Kan tadi udah dibilangin nggak usah ikut. Tapi kamu sendiri yang maksa, jadi nggak usah banyak ngomong." Potong Bundanya. Terpaksa Ana tetap mengikuti Bundanya.
Ana mendorong troli dengan ogah-ogahan, wajahnya terlihat kesal. Lama-kelamaan ia jadi terbiasa, ia mengedarkan pandangannya melihat jualan-jualan. Saat melewati rak tempat snack-snack, Ana mengambil beberapa yang menurutnya enk lalu dimasukkan kedalam troli belanja.
"Woy!" Tiba-tiba ada yang mengagetkannya. "Anj- Raga!" Ana melepas troli itu dan beralih mencubit Raga, "Lo bikin gue kaget tau nggak?" Ucap Ana kesal lalu berhenti mencubit.
"Sshh, sakit tau, biasa aja dong nyubitnya!" Kesal Raga sambil mengusap perutnya yang kena cubit.
Ana melipat tangannya didada, "Kok lo yang marah sih? Kan lo yang mulai!" Ucap Ana tidak terima. Bundanya yang melihat itu hanya menggeleng lalu mengambil troli dan lanjut jalan meninggalkan mereka berdua.
Raga berkacak pinggang, "Ya nggak usah cubit-cubit juga dong! Kan yang lain bisa" Balas Raga tak mau kalah.
"Ck! Gitu doang kok marah" Ejek Ana sambil menatap remeh Raga lalu mengalihkan pandangannya. Raga yang tidak terima tersenyum licik, ia mendekat dan langsung mencium pipi Ana, lalu kabur dari sana sambil tertawa kemenangan. "Rasain tuh!" Teriak Raga dari jauh sambil menjulurkan lidahnya.
"RAGAA!" Teriak Ana kesal, tidak peduli dengan tatapan heran dari orang-orang. Ia mengejar Raga yang sudah jauh.
Ana tersenyum licik, ia menyelip diantara dua rak, mengambil jalan pintas. Ketika ia keluar dari ujung rak ia langsung merentangkan tangannya bersiap menangkap Raga.
Raga yang tidak bisa berhenti mendadak langsung menabrak tubuh Ana. Ana yang tidak bisa menahan tubuh Raga langsung jatuh dilantai diikuti Raga diatasnya. Tatapan mereka bertemu, waktu seakan berhenti. Tatapan orang-orang berpusat pada mereka berdua.
Raga mendekatkan wajahnya, menutup matanya, begitu pula Ana. Semakin dekat, dan..
Plak!
"Heh! Kalian mau ngapain hah?!" Bunda Raga tiba-tiba muncul dan memukul pantat Raga menggunakan gagang sapu yang ia pinjam pada karyawan di supermarket.
Ana yang sadar langsung mendorong kuat Raga dan berdiri, membersihkan pakaiannya lalu menunduk sambil memilin tangannya, takut.
"Kalian mau ngapain hah?!" Tanya Sari lagi, yang masih memegang sapu dengan tatapan tajamnya.
Raga berdiri sambil mengusap pantatnya yang kena sapu, "Apaan sih bund, ganggu aja!" Ucap Raga kesal. Ana yang mendengar itu melirik Raga tidak habis fikir, bisa-bisanya ia masih memikirkan itu.
"Ganggu apa? Hm? Kamu ini! Di suruh temenin Bunda malah keluyuran. Nggak malu apa, diliatin orang banyak?" Ucap Sari memarahi Raga.
Ana mengedarkan pandangannya, ternyata benar, banyak orang yang melihat. "Aaaa Raga bikin malu aja deeh" Ucap Ana dalam hati, dengan kepala yang makin menunduk.
Raga tidak menggubris Bundanya, ia melirik Ana lalu merangkul bahunya. Ana kaget, ingin melepas rangkulan Raga tapi Raga menahannya. "Udah yah Bund, marahnya di rumah aja, malu tau diliatin orang" Ucap Raga membujuk Bundanya.
"Ck! Punya malu juga kamu?" Tanya Sari seolah mengejek. Raga yang tidak terima, melepas rangkulannya dari bahu Ana lalu berkacak pinggang, andalannya. "Waah, jadi Bunda pikir Raga nggak punya malu gitu?"
"Iya! Buktinya, kamu nekat mau nyium anak orang di tempat umum kayak gini, itu sama aja kamu nggak punya malu" Jawab Sari.
"Ada apa ini?" Tanya Bunda Ana yang baru datang, sambil membawa troli yang sudah full. Ana semakin takut, bagaimana jika Bundanya tau?
"Eh? Tante, ini nih ta-"
"Ini si Raga mau nyium Ana" Potong Sari. "Sialan nih emak-emak, mulutnya ga bisa dikunci dulu apa" Ucap Raga dalam hati.
"Apa? Kamu nyium anak saya? Waah, nggak bisa dibiarin ini!" Ucap Sania sambil menggulung lengan bajunya bersiap memberi pelajaran pada Raga.
"Baru mau nyium tante, belum kejadian" Protes Raga. Ana melirk tajam Raga yang berani memprotes Bundanya, walaupun yang dikatakan Raga memang benar.
"Tapi kamu niatnya gitu"
"Iya deh, iya." Jawab Raga malas, yang mendapat tatapan tajam dari Sari. "Canda tante, candaa. Raga minta maaf, tadi kelepasan tente, maaf" Ucap Raga meminta maaf.
"Huh! Udah, lain kali jangan diulangin" Ucap Sania memaafkan Raga, lalu berjalan kearah Ana. "Saya pulang dulu yah, anak saya udah nungguin di mobil dari tadi" Pamit Sania dan diangguki Sari. "Maafin Raga yah, dia emang nekat orangnya" Ucap Sari, Sania tersenyum menanggapinya.
"Ana ayo kita pulang, Abang kamu udah nungguin dari tadi" Ana mengangguk lalu mengambil alih troli Bundanya. "Ana duluan tante" Pamit Ana sambil tersenyum manis. Setelah itu mereka berjalan menuju kasir.
Melihat Ana dan Bundanya yang sudah menjauh, Raga berdecak kesal, "Masa nggak pamitan ama gue sih" Gumam Raga kesal, yang masih bisa didengar Sari.
Sari melirik Raga sambil tersenyum mengejek, "Rasain tuh! Ana pasti marah sama kamu!" Ejek Sari lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertuda.
"Btw gue malu-maluin juga yah?" Gumam Raga bertanya pada diri sendiri, lalu mengikuti Bundanya. Raga ternyata sadar diri.
Bersambung-
Vote & Komen!!
Jangan Lupa Follow Akun Aku!!
See You~-Thank You💜
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGANA [END]
Teen Fictionºººº - RAGANA ALBIANO PUTRA & ANARA ADRIAN - Ragana Albiano Putra. Cowok 18 tahun, yang merupakan salah satu siswa populer di SMA NUSANTARA. Sifatnya yang ceria, membuat orang-orang menganggap bahwa dia baik-baik saja. Tapi tanpa mereka sadari, tern...