19

42 4 0
                                    

[SEMBILAN BELAS]


Lagit malam terlihat begitu indah dilengkapi dengan bintang dan bulan yang bersinar. Raga duduk sendirian dibalkon kamarnya, menatap bintang-bintang diatas sana.

Udara malam yang terasa dingin tak membuatnya beranjak dari sana. Ia ingin menikmati malamnya dengan tenang.

"Nggak lama lagi" Gumam Raga, entah apa yang ia maksud, selanjutnya ia terkekeh sendiri.

"Gue nanti bakalan masuk surga nggak yah?"

"Baru sadar, persiapan gue untuk di akhirat nanti belum ada, mungkin?"

"Gue jarang sholat, apalagi ngaji. Cowok apaan gue?"

Raga menghela nafas, "Gue takut. Gue nggak mau mati. Tapi, gue juga nggak sanggup, ngejalanin hidup dikelilingi orang banyak, tapi serasa hidup sendirian. Hambar" Gumam Raga lirih.

"Udah kurang dari dua bulan. Rasanya, waktu berjalan cepet banget. Waktu nggak berpihak sama gue"

"Misi gue sebelum pergi, pengen ngebahagiain orang yang gue sayang. Tapi gue belum lakuin apa-apa"

Gumaman Raga terus berlanjut, hingga larut malam. Jam menunjukkan pukul 01:00, rasa kantuk mulai terasa. Raga beranjak dari balkonnya, menutup pintu balkon lalu naik diatas kasurnya.

Raga mengecek ponselnya sebelum tidur. Ia tersenyum, banyak pesan dari Ana, serta dua panggilan tak terjawab dari Ana. Tadi, ia sengaja memberi mode senyap pada ponselnya, karena tidak ingin diganggu.

Raga membuka kontak, lalu mengganti nama kontak Ana menjadi 'Si cantik pacar Raga💜', terinspirasi dari 'Si manis jembatan ancol'.

Raga terkekeh sendiri dengan nama kontak yang ia berikan. Ia membuka chatnya dengan Ana, hendak membalasnya.

Si cantik pacar Raga💜

|Ga?
|Lo udah tidur?
|Telponan yuk!
|Gue nggak bisa tidurr
|Gue mau cerita
|Gue telpon yaah
|Kok nggak diangkat?
|Lo lagi dimana?
|Gue telpon lagi yah?
|Nggak diangkat lagi?
|Udah tidur yah?
|Yaudah, ceritanya nanti aja
|Sorry ganggu
|Bye sayangnya Anaa🐒🐒

Raga berdecak kesal, dia melewatkan ini. Padahal, jarang sekali Ana bersikap seperti ini padanya, tapi ia malah tidak mengetahuinya, jadi kesempatannya terbuang sia-sia. "Ini gara-gara gue. Sok-sokan nggak mau diganggu, sampe Hp aja di senyapin. Gaya lo Ga!" Gumam Raga kesal sendiri.

Sorry, Gue tadi nggak megang Hp|
Gue nggak tau lo nelpon|
Sorry yah?|
Lo udah tidur yah?|
Besok malam gue jemput|
Kita makan" di rumah Lintang|
Bye!|
Good night sayangannya Ragaa💜|

Setelah membalas, Raga mematikan ponselnya, lalu memejamkan matanya, hendak tidur. Tapi, tiba-tiba dada kirinya terasa sangat sakit. Ia segera duduk dan memegang dada kirinya. "Ssshh" Ringisan Raga hampir tidak terdengar.

Detak jantungnya tidak normal, dadanya terasa sesak, oksigen disekitarnya seolah menghilang. Sakit yang ia rasakan semakin menjadi, ia berusaha menahannya. Tangannya yang satu, meremas kuat sprei kasurnya, maluapkan rasa sakitnya.

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang