[DUA PULUH ENAM]
Ana menatap nanar jurang didepannya. Mata tajamnya sembab akibat terlalu lama menangis. Wajahnya penuh lebam. Sudut bibirnya terluka. Semuanya gara-gara Raga.
Perlahan ia melangkah mendekat ke pinggir jurang. Satu langkah lagi, ia akan jatuh kedasar jurang. Ia Menatap dalam jurang yang begitu gelap. "Mati?" Gumamnya.
"Jangan" Jawab seseorang dibelakangnya.
"Tugas lo didunia belum selesai."
----
Ana dan Deon berjalan bersampingan dikoridor yang tampak ramai oleh siswa siswi. Tatapan tajam yang mereka tunjukkan membuat sebagian menatap kagum mereka. Wajah Ana dan Deon masih terdapat lebam dari Raga tapi tak mengurangi kecantikan dan ketampanan keduanya.
Seperti biasa, bisik-bisikan selalu ada disekitar mereka. Mulai dari bisikan positif maupun negatif. Tapi mereka tidak mempedulikan itu. Mereka tetap berjalan santai hingga sampai kedalam kelas dan duduk dikursi masing-masing.
Ana dan Deon memang sudah baikan. Deon sudah menjelaskan tentang apa yang terjadi malam itu. Bahwa ia sedang dalam keadaan mabuk dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dan ia juga menyalahkan apa yang dikatakan Aldi dan Lian bahwa ialah yang merencanakan itu semua. Ana yang memang tidak terlalu ingat tentang apa yang terjadi pada malam itu tentu saja memaafkan Deon. Ia percaya pada Deon.
"Udah sarapan?" Tanya Deon.
Ana menoleh lalu mengangguk, "Udah" Jawabnya lalu kembali menghadap depan dikarenakan guru sudah datang.
----
Ana dan Deon duduk berdua dimeja kantin. Mereka makan dengan sesekali bercanda. Dan itu tak luput dari perhatian para siswa siswi, termasuk Raga dan kedua sahabatnya serta Lala dan Kinan. Raga menatap mereka dengan tatapan tajam dan sedikit emosi yang menyertainya.
"Ck!" Decak Raga lalu melanjutkan makannya.
Kinan yang duduk disamping Raga mengerut bingung. "Kamu kenapa? Nggak suka sama makanannya?" Tanya Kinan menatap Raga.
Raga menoleh sekilas lalu menggeleng. "Ngga papa" Jawabnya disertai senyuman diwajahnya.
Kinan mengangguk lalu mendaratkan ciuman dipipi Raga. Kinan menunduk malu karena mendapat tatapan dari mereka berlima. Sedangkan Raga terkekeh sambil mengacak pelan rambut Kinan lalu ikut memberi kecupan singkat dipipi kekasihnya.
"Ekhem! Diliatin mantan woy!" Kode Reno sambil melirik kearah meja Ana.
Raga segera menoleh kemeja Ana dan benar saja. Ana langsung mengalihkan pandangannya setelah tatapan mereka bertabrakan. Diam-diam Raga tersenyum tipis.
----
Ana berjalan sendirian dikoridor menuju toilet. Koridor tampak sepi, hanya ia sendiri disana. Ditengah perjalanan, dari jauh ia melihat Raga yang berjalan berlawanan arah dengannya. Tatapan mereke bertemu, tapi dengan cepat Ana memutuskan kontak mata mereka. Saat melewatinya, dapat Ana lihat Raga mengedipkan sebelah matanya dan dengan sengaja Raga menyambar bahunya kuat hingga Ana sedikit bergeser. "Shit!" Umpat Ana. Sedangkan Raga hanya terkekeh dan kembali melanjutkan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGANA [END]
Teen Fictionºººº - RAGANA ALBIANO PUTRA & ANARA ADRIAN - Ragana Albiano Putra. Cowok 18 tahun, yang merupakan salah satu siswa populer di SMA NUSANTARA. Sifatnya yang ceria, membuat orang-orang menganggap bahwa dia baik-baik saja. Tapi tanpa mereka sadari, tern...