4

49 9 1
                                    

[EMPAT]


"Maksud gue? Maksud gue kesini itu mau balas dendam sama lo! Dasar cewek ngga tau malu! Murahan!"

Brak! Ana berdiri dari duduknya dan menggebrak meja. Ia tak terima diperlakukan seperti itu.

Kantin yang tadi sepi sekarang rame oleh siswa siswi yang kepo dengan pertengkaran mereka.

"Ngga tau malu? Murahan? Haha, ngga kebalik? Bukannya yang lo bilang itu mencerminkan diri lo sendiri?" Balas Ana sambil melipat tangannya didada dan menatap remeh Sonya.

Plak!

Ana memegang pipinya yang merah karena tamparan mak lampir.

Bugh! Ana balik meninju wajah Sonya, membuat Sonya semakin marah dan menatap benci Ana.

"Berani lo sama gue?! Lo itu ngga ada sopan-sopanya yah sama kakak kelas! Lo ngga pernah diajarin orang tua?!"

Bugh! Ana kembali meninju wajah Sonya. "GA USAH BAWA-BAWA ORANG TUA ANJING!!" Bentak Ana lalu..

Byurr! Ana menumpahkan Es Tehnya tepat mengenai seragam Sonya.

"Lo kira gue takut gitu, sama lo? Nggak sama sekali! Dan tadi? Lo bilangin gue ga tau malu? Murahan? LO TUH YANG GA TAU MALU! MUARAHAN!" Marah Ana dengan emosi yang menyelimuti.

"Seragam ketat, make up tebal dan rambut pirang yang kentara banget ngga pernah disampo. Terus tadi lo bilang ngga ada sopan-sopannya sama kakak kelas? Kalo kakak kelasnya lo, siapa juga yang mau sopan?" Lanjut Ana.

Sonya yang juga sudah diselimuti rasa emosi, melayangkan tangannya kearah wajah Ana. Namun..

Grap! Tangannya dicekal.

"Raga?" Ucap Ana dan Sonya bersamaan.

Raga yang menatap marah pada Sonya. Raga menghempaskan tangan Sonya lalu beralih memegang kedua pundak Ana.

"Lo nggak papa? Ada yang sakit? Lo diapain aja sama Sonya? Bilang sama gue sekarang" Tanya Raga sambil menatap Ana penuh khawatir.

Ana melepas tangan Raga dari pundaknya. "Gue nggak papa Ga" Jawab Ana sambil tersenyum kearah Raga.

"Bener?" Ana hanya mengangguk sebagai jawaban. Raga menghela nafas lega, lalu berbalik menatap datar Sonya yang sekarang sedang menatap benci Ana.

"Pergi"

"Ta-"

"Pergi sendiri atau gue seret?" Ucap Raga datar.

"Ck!" Sonya menatap tajam Ana lalu melangkah pergi.

Raga kembali menatap Ana lalu menarik Ana pergi.

----

"Gue nggak papa Gaa, udah berapa kali gue bilang, ga usah khawatir" Ana menghela nafas. Sudah berapa kali ia meyakinkan Raga bahwa ia baik-baik saja. Tapi Raga tetap memaksa Ana untuk istirahat di UKS, dan sekarang mereka sedang duduk dipinggir ranjang UKS.

"Pipi lo masih merah"

"Ya ngga papa, ntar lagi juga ilang. Lebay banget sih lo" Ucap Ana kesal lalu hendak pergi tapi Raga menarik tangannya kuat.

Ana yang belum siap tidak bisa menahan dirinya dan jatuh dipangkuan Raga. Ana hendak berdiri namun Raga menahan pinggangnya.

"Eh?"

"Gue bilang istirahat, ya istirahat, Ana" Ucap Raga menatap dalam Ana. Ana gugup, tapi sebisa mungkin ia bersikap biasa.

"Hm, ini tuh cuma merah biasa doang Ga, ntar juga ilang" Ucap Ana meyakinkan, lalu hendak turun dari pangkuan Raga tapi lagi-lagi Raga menahannya.

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang