32

29 4 0
                                    

Suasana hening menemani Raga dan Ana yang sedang duduk ditaman belakang rumah sakit. Taman itu terlihat sepi, hanya ada 6 orang termasuk mereka berdua yang berada disana. Mereka memilih tempat duduk yang jauh dari orang-orang itu.

Tadi Raga di telepon Arlan agar segera ke rumah sakit karena Ana yang terus merengek ingin bertemu dengannya. Raga awalnya bingung tapi ia tetap mengiakannya. Saat sampai, Raga langsung ke taman belakang sesuai dengan suruhan Arlan. Dan ternyata disana sudah ada Ana yang duduk dengan pakaian pasien sedang menunduk sambil menendang-nendangkan kakinya.

Tapi saat ia sudah berada disana Ana terus saja diam. Dan itu membuat Raga bingung sendiri. Ingin memulai pembicaraan tapi ia juga enggan. Setelah selama 2 menit saling diam, akhirnya Raga memutuskan untuk mengalah dan memulai duluan.

"Lo manggil gue kesini, bener?" Tanya Raga. Ana mangangguk kecil dengan kepala yang masih menuduk, ia sama sekali belum memperlihatkan wajahnya sedari tadi. "Kenapa?" Tanya Raga lagi.

"Nggak tau. Tapi pengen aja" Jawab Ana. Suaranya pelan namun masih bisa didengar Raga.

Satu alis Raga terangkat, bingung. 'Maksudnya apa, sih?' Tanya Raga dalam hati. Siapa yang tidak bingung jika seperti ini. Bingung mau berkata apa lagi, alhirnya mereka kembali saling diam. Hingga Raga teringat sesuatu.

"Liat gue, Na" Perintahnya dan langsung dialaksanakan Ana. Mereka hanya saling tatap untuk beberapa detik, hingga Raga mengucapkan sesuatu.

"Maaf" Ucap Raga sambil menatap dalam mata Ana. Ana memiringkan kepalanya sedikit dan mengerjap dua kali, terlihat bingung.

Raga menunduk, "Maafin gue soal yang kemarin-kemarin, ya? Gue merasa bersalah banget sama apa yang gue lakuin ke, lo. Gue udah banyak ngasih luka buat lo. Gue udah pernah bikin lo sakit hati, nagis, luka fisik, bahkan-" Raga menghela nafas lalu mendongak kembali menatap Ana yang juga menatapnya dengan tatapan yang tersirat kekecewaan. "Maafin gue udah ngambil apa yang selama ini lo jaga" Lanjutnya dengan suara pelan.

Ana hanya diam, membiarkan Raga selesai dengan perkataannya. Moodnya yang semula membaik karena kehadiran Raga, berubah kembali setelah megingat perlakuan Raga padanya.

"Gue nyesel banget, Na. Sorry banget. Jujur, gue takut. Gue nggak tau mau ngomong apa. Gue ngerasa jadi cowok brengsek-"

"Emang" Potong Ana dengan suara dinginnya. Raga terkekeh hambar mendengar ucapan Ana yang memang benar.

"Lo mau maafin gue atau nggak itu urusan lo. Tapi gue minta, lo maafin gue, ya?" Raga menatap penuh harap pada Ana, membuat Ana kembali mengalihkan pandanganya.

"Gue nggak bisa ngejalanin hidup dengan tenang setelah apa yang gue lakuin ke, lo, Na. Gue kesiksa sama ini semua. Tapi gue juga nggak bisa ngeluh. Karena ini semua salah gue. Sekali lagi gue minta maaf. Maafin gue, ya?" Raga menatap penuh harap pada Ana. Jujur, ia sangat-sangat mengharapkan maaf dari Ana. Ia tidak bisa menjalani hidup dengan rasa bersalah yang terus menghantuinya.

Ana balik menatap Raga dengan tatapan datar. "Makasih udah dateng. Gue duluan" Setelah mengucapkan itu Ana berdiri dari duduknya hendak pergi. Tapi Raga dengan cepat mencekal tangan Ana.

"Na, jangan menghindar. Kita selesaiin semuanya sekarang, pliss. Kita nggak mungkin diem-dieman kayak gini terus. Kita selesaiin semuanya sekarang, jangan ngulur waktu, Na" Ucap Raga.

Ana mendongak, menahan air matanya agar tidak jatuh. Hatinya sakit mengingat semuanya. Raga ada benarnya, tidak mungkin mereka terus-terusan seperti ini.

Ana menghela nafas lalu kembali menatap Raga. "Nanti gue kabarin. Kita bicara baik-baik. Kita selesaiin semuanya. Sebelum terlambat."

----

Suasana kantin SMA Nusantara sangat ramai oleh siswa siswi. Ana celingak-celinguk mencari tempat duduk yang masih kosong, namun tidak ada. Ada, tapi itu tempat dimana Raga dan teman-temannya duduk. Tidak mungkin Ana tiba-tiba kesana dan langsung duduk bergabung dengan mereka, 'kan? Lagi pula Ana tidak seakrab itu dengan mereka.

Ana mengendus kesal. Ia memutuskan untuk kembali ke kelas dengan sepiring nasi goreng ditangannya. Ia akan makan dikelas saja. Baru akan keluar dari pintu kantin, Ana mendengar namanya dipanggil oleh suara yang sangat familiar.

"Ana! Mau kemana?" Ana berbalik dan menemukan Raga yang berlari kecil kearahnya. Ana mengangkat satu alisnya bingung. "Kelas" Jawabnya singkat.

Raga tersenyum kecil. "Ditempat gue masih ada yang kosong. Lo duduk disana aja, ayok!" Tanpa persetujuan Ana, Raga menarik pelan tangan Ana dan membawanya menuju meja tempat diaman ia dan teman-temannya duduk. Disana ada Lintang, Reno, Zean, Jaka, Daren, dan juga Lala dan Kinan. Mereka duduk dimeja yang panjang sehingga cukup untuk mereka semua.

Ana tersenyum canggung kearah mereka semua. Ia duduk di tengah-tengah Lintang dan Raga. Ana dapat melihat sekilas raut tak suka dari Kinan, membuat Ana semakin tidak nyaman disini. Ia akan cepat-cepat menghabiskan makanannya dan pergi dari sana.

"Lama tak jumpa. Kau semakin cantik!" Ucap Reno lebay. Mereka memutar matanya sedangkan Ana hanya tersenyum menanggapinya.

"Pelan-pelan, Na. Nggak usah buru-buru makannya. Lagian abis ini nggak akan belajar. Guru-guru pada mau rapat" Ucap Zean saat memerhatikan Ana yang terburu-buru.

Raga menoleh kesamping melihat Ana yang hanya membalas ucapan Zean dengan senyuman tipis. Dapat Raga liat raut tak nyaman diwajah Ana. Ia jadi merasa bersalah. "Cepet habisin. Abis itu ikut gue" Ucap Raga berbanding terbalik dengan Zean. Tatapan orang dimeja mereka langsung tertuju pada mereka bertiga.

Ekhem!
Ekhem!
Ekhem!

Reno, Jaka, dan Daren berdehem bersama. "Tanda-tanda cinta segitiga!" Ucap Jaka dan diangguki Reno dan Daren.

Kinan mengendus kesal, ia tidak terima. Raga sudah tidak menyukai Ana, baginya Raga hanya menyukainya. Raga 'kan pacarnya.

"Kalian tuh kalo ngomong sembarangan!" Ucap Kinan kesal.

"Segi empat!" Ucap Reno semangat.

"Berisik!" Ucap Lintang. Baginya ini tidak penting.

"SEGI LIMA!" Pekik Reno, Jaka, dan Daren.

Raga, Ana dan Lala hanya terkekeh dan menggeleng bersama melihat tingkah orang-orang orang didepan mereka.

Bantu promosiin cerita ini di sosmed kalian! Oke?

Oke!

Jejak!

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang