34

35 3 1
                                    

Setelah sekian lama akhirnya up juga.
Sorry lama.
Ngga ada kuota🙂
.
.
.
.
.
.
.

[TIGA PULUH EMPAT]

Hari itu akhirnya tiba. Jam menunjukkan pukul 9 malam, acara pernikahan mereka sudah selesai beberapa jam yang lalu. Acara hanya dihadiri oleh keluarga serta orang-orang terdekat, seperti teman-teman Raga dan Ana. Lintang, Reno, Jaka, Daren, Lala, dan tak terkecuali Kinan dan Zean.

Anehnya, Kinan terlihat biasa-biasa saja. Padahal kemarin-kemarin, bisa dibilang Kinan sangat lengket dengan Raga, berhubung Kinan adalah pacar Raga. Entah ada apa dengan Kinan.

Raga tidak memeberitahu mereka tentang atas alasan apa mereka menikah. Karena mungkin akan berakibat buruk. Ia hanya mengatakan bahwa mereka terlibat perjodohan dari kedua orang tua mereka. Alasan yang tepat.

Ana, Raga dan teman-temannya duduk di sofa ruang tamu rumah Ana. Ana dan Raga sudah mengenakan pakaian rumah, sedangkan yang lain masih mengenakan pakaian formal.

"Nggak nyangka gue, lo berdua dijodohin" Ucap Reno sambil menggelengkan kepala. Mereka tentu terkejut setelah mendapat kabar yang tiba-tiba seperti ini.

"Sama mantan lagi" Sambung Jaka, mengundang tawa yang lainnya.

"Sabar ye, Ki. Jodoh lo bukan si Raga" Ucap Daren pada Kinan, membuat Ana menatap bersalah Kinan.

Kinan tersenyum seolah mengerti dengan perasaan Ana. "Nggak papa kali. Lagian gue cuman manfaatin dia doang" Ucapnya santai. Sontak mereka menatap kaget Kinan, kecuali Raga, Lala dan Lintang. Mereka bertiga seolah sudah tau kebenarannya.

Lala tentu tau karena Kinan sempat curhat padanya, Kinan 'kan sahabatnya, tentu ia tau, tapi tidak mungkin ia membongkarnya, lagi pula Kinan pernah bilang padanya kalau Kinan akan memberitahu semuanya nanti. Sedangkan Raga dan Lintang, sebelumnya mereka sudah menduga ini, jadi mereka tidak terlalu terkejut mendengarnya.

Reno, Jaka, dan Daren menggeleng pelan. "Wah! Parah lo, Ki" Ucap Reno sambil bertepuk tangan pelan.

"Jujur banget, btw" Ujar Daren mengundang tawa mereka semua.

"Calon-calon pelakor nih" Ucap Jaka berniat bercanda. Kinan yang mendengar itu langsung saja melemparkan bantal sofa dengan tatapan tajamnya.

"Kayaknya Emaknya ngidam suara hati istri waktu hamilin nih anak" Ucap Reno.

"Bukannya dapet jiwa-jiwa si istri, malah dapet pelakornya" Sambung Daren. Sontak mereka semua tertawa tak terkecuali Kinan juga ikut tertawa, walaupun ia yang menjadi bahan tertawaan.

"Tapi jago juga lo! Nggak ketebak banget!" Ucap Daren.

Kinan menepuk dadanya bangga dengan tampang sombongnya. "Patut diacungi jempol!" Ujarnya dan langsung mendapat acungan jempol dari Reno, Jaka, Daren, dan Lala. Setelahnya mereka semua terkekeh tak terkecuali Lintang dan Raga.

"Lo pada aja yang nggak sadar. Gue sama Lintang mah udah curiga duluan. Eh, ternyata bener" Ucap Raga sambil melirik Lintang.

"Lo berdua mah, emang suka Suudzon" Ucap Reno.

"Tapi bener, 'kan?" Balas Raga. Reno mengangguk memebenarkan. "Ya iya, sih" Jawabnya.

"Lo ngga terima gitu? Dimanfaatin si Kinan?" Tanya Daren.

"Satu sama. Gue juga manfaatin dia" Ucap Raga. Mereka semua menoleh kearah Raga yang sedang merangkul Ana.

"Manfaatin gimana, nih?" Tanya Kinan dengan nada bercanda.

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang