48

30 3 0
                                    

Sorry lama🙏
Akun Wp ku error soalx..

"Gue nggak punya nomornya"

"Kenapa nggak minta?!" Kinan memukul meja karena kesal, membuat yang lain terkejut dibuatnya.

"Santai aja napa?!" Ucap Raga ikut kesal.

"Si Reno tuh!" Kinan menunjuk Reno yang langsung menatapnya kaget dan menujuk dirinya sendiri. "Lah? Napa jadi gue?"

"Berisik!" Suara Lintang menghentikan pertengkaran tak berfaedah mereka. Lintang mengambil ponselnya kemudian menelfon Adiknya, Lala. Tak butuh waktu lama telepon diangkat.

"Assalamualaikum, Bang?" Dapat mereka dengar suara Lala dari sebrang sana, karena Lintang yang menspeakernya.

"Lagi dimana?" Tanya Lintang.

"Emm, ini lagi.." Alis mereka mengerut bingung saat Lala terdengar gugup seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Dimana?" Tanya Lintang lagi. Raga, Ana Kinan dan Reno hanya menyimak.

"Ditaman! Iya lagi ditaman!" Jawab Lala cepat. Mereka mengangguk menanggapinya.

"Ah, lama!" Kinan merampas ponsel Lintang. "Woy! Lo ngapain disana?" Tanya Kinan.

"Lagi duduk aja. Kenapa sih?"

"Sama siapa?" Lala tidak langsung menjawab, membuat Kinan greget sendiri. "Woy!" Pekikan Kinan tak hanya membuat Lala kaget, tapi juga Raga, Ana, Reno dan juga Lintang. Refleks Ana menabok lengan Kinan disertai pelototan tajamnya. Sedangkan diseberang sana, Lala mengusap kasar telinganya.

"Nggak usah teriak-teriak juga! Ini gue lagi sama Zean!" Lala langsung memutuskan sambungan telepon sepihak.

Perkataan Lala barusan menimbulkan respon berbeda-beda pada mereka, kecuali Ana dan Kinan, mereka sepemikiran. Ana dan Kinan saling pandang dengan tatapan menggoda seolah sedang meledek Lala, dan Raga yang tersenyum kecil karena jika saja Lala dan Zean benar-benar sedang dekat, maka kemungkinan besar Zean tak lagi punya perasaan lebih pada Ana. Berbeda dengan Ana, Kinan dan Raga, Reno dan Lintang hanya diam menanggapinya.

----

"Jadi gimana? Setuju nggak?"

"Nggak!"

"Ayo dong! Jangan nyerah gitu aja. Masa lo mau ngelepasin dia dengan orang yang bahkan lo benci banget?"

"Pergi!"

"Ngga usah munafik, gue tau lo setuju sama ajakan gue. Atau lo nggak mau karena takut merasa bersalah? Nggak usah merasa bersalah, dia aja bisa bikin lo sakit hati sampe jadi sad boy kayak gini, kenapa lo nggak?"

Seorang cowok tinggi berpakaian serba hitam yang mendengar percakapan itu hanya tersenyum miring. "Murahan!" Gumamnya sebelum pergi dari sana.

----

Ana berjalan santai ditrotoar jalan sambil bersenandung kecil. Ditangannya terdapat kantong kresek berisi mie instan berbagai macam rasa yang baru saja ia beli. Ia mendongak sebentar, menatap langit malam yang menurunkan rintikan kecil air hujan, namun ia tetap berjalan santai karena hujannya tak deras, hanya rintikan kecil.

Dari jauh, Ana melihat siluet seorang cowok yang memakai pakaian serba hitam, sedang berdiri menatap jalan sepi didepannya. Ana baru sadar, jalanan saat ini sedang sepi, hanya satu atau dua kendaraan saja yang lewat, ia bergidik ngeri, "Tuh orang keliatan serem deh" Gumam Ana.

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang