51

41 3 0
                                    

Shaka keluar dari kelas dimana ada Deon dan Sonya kemudian menguncinya, didepan juga sudah ada penjaga suruhan Shaka. Sebelumnya ia sudah mengikat mereka dan tidak lupa mulut mereka yang ia solasi, entah ada masalah apa Shaka dan mereka berdua.

Shaka berjalan menyusuri koridor menuju parkiran kemudian masuk kedalam mobilnya dan menelpon seseorang.

"Gue kesana sekarang" Setelah mengatakan itu Shaka langsung mematikan sambungan telepon, tanpa mau mendengar ucapan orang diseberang sana.

Shaka mengedarkan pandangannya sejenak lalu kembali ke kelas dan mengode kedua anak buahnya agar membawa Sonya dan Deon kemobil dan langsung dilaksanakan kedua orang itu.

"Lewat belakang, pastiin ngga ada yang liat" Ucap Shaka yang langsung mendapat anggukan.

"Udah lama nggak main" Gumam Shaka.

----

"Na, lo ngga papa kan?"

"Lo diapain aja sama mak lampir?"

"Perlu gue bales ga, Na?"

"Kita laporin ke kepala sekolah aja Na"

Ana memutar bola matanya malas saat Kinan dan Lala terus bertanya. Malam setelah kejadian disekolah tadi, Kinan dan Lala datang kerumah Ana dan Raga dan sekarang mereka sedang berada dikamar Ana dan Raga.

Ana menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. "I'm okay"

"Ah! Yang bener lo Na!" Protes Kinan. Tentu ia tidak percaya dengan jawaban Ana, dari kepalanya yang diperban saja sudah dapat terlihat bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

"Katanya kepala lo dibenturin kelantai ya? Sakit ngga Na?" Pertanyaan Lala sontak membuatnya mendapat tatapan datar dari Kinan dan Ana. Emangnya kalau kepala dibenturin kelantai itu sakit atau tidak?

Ana kembali menggeleng pelan. "Nggak kok, ngga sakit sama sekali"

Oh, ternyata tidak sakit teman-teman.

Lala mengangguk pelan masih dengan wajah bingungnya. Menurutnya Ana cukup kuat.

Kinan yang gemas lantas menabok pelan lengan Lala, membuat Lala menatapnya bingung plus kaget. "Lo bego apa gimana sih, ya jelas-jelas sakit lah! Pake nanya lagi lo" Ucap Kinan kesal.

"Yaa kan, sapa tau aja-"

"Udah sih ngga usah bertengkar. Gitu doang" Ana segera menengahi sebelum pertengkaran mereka berlanjut.

"Terus kalian tadi kenapa nggak dateng-dateng pas gue tungguin dikantin?" Tanya Ana, mengubah topik pembicaraan agar kedua temannya ini tidak lagi mengkhawatirkannya.

"Oh iya Na. Sorry, tadi gue lupa kalau lo lagi nungguin kita dikantin" Jawab Kinan. Ana menggeleng cepat sambil tersenyum saat Lala dan Kinan terlihat tidak enak.

"Eh nggak kok, gue mau tanya aja, santai" Jelas Ana cepat.

"Tapi itu gara-gara dia Na, bukan gue" Lala langsung mendapat pelototan tajam dari Kinan. "Dia tadi ada liat adek kelas yang ganteng, terus diikutin deh diam-diam dan berakhir dimintain nomer Wanya"

"Lo-"

"Kalau ngga percaya periksa hpnya Na" Lala memotong ucapan Kinan. "Lo mau ngomong apa tadi?" Sambungnya sambil menatap Kinan.

Ana terkekeh pelan sedangkan Kinan menggeleng pelan. "Nggak, ngga jadi gue ngomong" Jawab Kinan dan hanya diangguki Lala.

"Kalian kalau dirumah sekamar ya?" Tanya Ana.

"Eh, tapi kok Sonya bisa ada disekolah sih? Bukannya katanya dia pindah ya?" Tanya Lala.

"Katanya sih bukan pindah, cuman liburan aja ke luar kota" Jelas Kinan sesuai dengan gosip yang ia dengar. Memang Kinan ini lumayan gercep kalau soal gosip.

Lala dan Ana hanya mengangguk menanggapinya.

Dan malam itu mereka menghabiskan waktu bersama dengan menonton drakor hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan jam setengah satu malam.

"Eh kita pulang dulu ya, ngga kerasa banget ternyata udah jam segini" Kinan dan Lala membereskan barang-barang mereka kemudian keluar bersama Ana.

Saat melewati ruang tengah, mereka terkejut saat melihat Raga dan Lintang tertidur disofa. Mereka terlalu asik sampai melupakan kedua cowok itu.

"Anjir! gue lupa sama cowok gue" Dengan cepat Kinan menghampiri Lintang yang tidur sambil duduk disofa. Ia menepuk pelan pipi Lintang untuk membangunkannya. "Lintang bangun hey, udah pagi ini"

Ana dan Lala terkekeh pelan mendengar Kinan yang masih sempatnya bercanda. "Lo nggak bangunin Raga Na?" Tanya Lala.

Ana melirik singkat Raga yang juga sedang tertidur disofa. "Bentar gue bangunin"

"Tumben kebo" Gumam Kinan saat Lintang tak juga bangun. Ia terus saja menepuk pelan pipi Lintang. "Beneran nggak bangun gue tinggalin ya" Ancam Kinan.

Lintang mulai mengerjab kecil, ia sedikit terkejut saat membuka mata dan wajah Kinan tepat ada didepannya dengan jarak dekat. "Hmm?" Gumam Lintang membuat Kinan jadi gemas dengannya lantas Kinan mengecup singakt pipi pacarnya itu. Ana dan Lala yang sedari tadi hanya melihat pun menggeleng pelan.

"Pulang bang, udah malem banget ini" Ucap Lala sambil melirik jam tangannya.

Lintang mengangguk pelan kemudian berdiri dan melihat jam tangannya. "Kalian kenapa lama banget sih" Ucap Lintang sambil memakai jaket jeansnya.

"Keasikan nonton tadi" Jawab Kinan. Kemudian mereka keluar bersama.

"Balik dulu ya Na" Pamit Kinan. Ana hanya membalasnya dengan anggukan dan senyumannya.

Setelah mobil mereka sudah keluar, Ana kemudian masuk dan mengunci pintu. Ia mendekati Raga kemudian menatap wajahnya sebentar. "Lagi tidur aja ganteng lo Ga" Gumam Ana kemudian terkekeh sendiri.

Ia menepuk pelan pipi Raga, seperti yang dilakukan Kinan tadi. "Bangun Ga, jangan tidur disini"

Raga hanya bergumam tak jelas menjawabnya, malahan ia membalikkan badannya membelakangi Ana. Ana menghela nafas pelan. "Beneran nggak mau tidur bareng gue?" Dan berhasil, Raga perlahan duduk, bangun dari tidurnya. Ana yang melihat itu lantas terkekeh pelan kemudian berdiri setelah tadi duduk di karpet bulu dekat Raga.

"Ayok" Ajak Ana saat Raga tak juga beranjak dari kursi. Bukannya berdiri, Raga malah menarik pinggang Ana agar mendekat kemudian memeluknya, menempelkan wajahnya dan kembali memejamkan matanya.

Ana yang melihat itu lagi-lagi terkekeh pelan, ia kemudian mengelus pelan rambut Raga. "Ngapain coba" Ucap Ana.

"Kepalanya masih sakit?" Tanya Raga.

"Udah mendingan. Udah ah, ayok keatas gue mau tidur, ngantuk nih"

Raga akhirnya menurut dan mereka naik dan tidur.

☹️👍

Jejak!

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang